Miris. Kala mendengar kata kata cinta bertepuk sebelah tangan. Sama persis dengan sebuah kisah yang baru baru ini kualami. Mencintai seseorang yang jelas-jelas hatinya tak dapat ku sentuh. Aku hanyalah seorang yang egois memempertaruhkan perasaan hanya untukmu.
Hai tuan, taukah kau selama ini kurang lebihnya tiga tahun aku mencoba untuk meyakinkanmu, mencoba merobohkan benteng yang kau buat. Untuk sekedar menjadi pemenang dalam hatimu. Namun nyatanya di tiga tahun ini hanyalah rasa sesal yang aku dapati.
Berawal dari sebuah perjumpaan yang tak sengaja, aku mengenalmu. Dan untuk pertama kali dalam hidupku aku tertarik denganmu. Obrolan singkat kita yang membawaku terbuai dalam cinta yang semu.
Dari obrolan singkat menjelma menjadi sebuah kebiasaan , jatuh bangun dalam hidupmu aku yang tahu. Aku yang tahu persis detail hidupmu. Aku merasa telah memenangkan hatimu kala itu. Bodoh, iya aku terlalu bodoh. Justru itu adalah awal di mana awal mulanya hatiku mulai retak. Aku tak membaca sinyal sinyal dari tuhan. Aku terlalu masuk dalam permainan yang kau ciptakan di mana aku pemerannya.
Tingkat percaya diriku meningkat ketika kau memberikan perhatianmu untukku, bentuk kasihmu yang memperhatikan setiap detailku. Ternyata itu tak cukup untuk membuatmu mencintaiku . Hanya sekedar nyaman tanpa ingin menetap.
Retak dalam hatiku semakin terasa, ketika kau hanya menganggapku sebagai seorang teman. Tak lebih. Tak ada niatan sedikitpun dalam hatimu untuk menjadikanku yang utama. Dan selama tiga tahun ini aku hanya membuang buang waktuku untuk orang yang hatinya tak pernah benar-benar untukku.
Hancur, marah dan kecewa semua berkecamuk dalam hati. Sungguh, pernyataannya yang paling menyakitkan adalah “maaf, bukan kamu yang akku cari kamu berhak mendapatkan yang lebih baik dariku aku selalu mendoakanmu tapi bukan bersamaku” .
Rasanya sesak dalam dada mendengar kata kata itu keluar dari bibirmu. Tak terasa air matapun jatuh di pelupuk mataku. Air mata kesedihan dari seorang yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Doa yang selalu kupanjatkan setiap malam, rupanya bersebarangan dengannya. Aku mendoakannya tapi dia mendoakan kebahagiaanku dengan yang lain.
Tiga tahun yang ternyata tak cukup untuk meyakinkan perasaan seseorang. Yang terlihat dekat nyatanya belum tentu rekat, yang mencintai sepenuhnya masih mendapat penolakan sedalam itu. Lalu, apa artinya semua ini. Awalnya aku berusaha mencari jawaban dari segala pertanyaan yang ada di kepalaku.
Tapi aku tak bisa memaksamu untuk mencintaiku, cintaku memang #BertepukSebelahTangan tapi biarkan tanganku tetap menengadah kepadaNya. Tetap memintamu kepadaNya biarkan aku memintamu dengan keras kepalaku. Bukan untuk sekarang, tapi nanti. Ketika waktu itu datang. Ketika tuhan merestui.
Kini aku akan melanjutkan hidup, tanpamu. Aku pasti bisa. Rasa sakit ini tak akan lama semua hanya butuh waktu. Waktu untuk bernapas tanpamu. Bahagialah kamu, dengan siapapun yang akan menjadi pilihanmu nantinya. Bahagiaku untukmu 🙂
Puncak mencintai terdalam adalah ketika harus merelakan orang yang dicintai mencintai orang yang dipilihnya. Cinta bertepuk sebelah tangan mengajarkanku untuk menghargai perasaan seseorang. Bahwa segala yang hadir tak selalu berniat untuk menetap.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”