Surat Terbuka untuk Aku: Cintailah Dirimu Sebab Bahagia Bisa Kamu Ciptakan Sendiri

Bahagia kita ciptakan sendiri


Hai Aku

Advertisement

Bagaimana kabarmu?

Lelah? Tertekan? Tak bahagia?

Hai Aku


Advertisement

Kalau akhir-akhir ini kamu banyak menangis, mungkin kamu kurang bersyukur (lagi). Kamu hanya terfokus pada hal yang belum kamu capai. Lihatlah sekelilingmu. Ada Ayah dan Ibu yang menerima mu apa adanya. Padahal ada banyak orang di luar sana tak memiliki orangtua yang ingin mereka banggakan.

Saat ini kamu tinggal di tempat yang nyaman, terhindar dari panas dan hujan. Padahal ada banyak orang di luar sana yang hidup nomaden dari ruko satu ke ruko lain dengan hanya bermodalkan koran dan kardus sebagai alas tidur mereka.

Advertisement

Kamu memiliki fisik yang sempurna untuk memudahkan aktifitas mu. Padahal banyak orang di luar sana yang berharap dipanggil “normal” dan “setara”,  namun mereka banyak didiskriminasi, karena sejak lahir telah kehilangan panca indra mereka.

Saat ini kamu hidup dengan aman dan tentram di negeri yang kaya. Padahal ada banyak orang di negeri lain untuk memejamkan mata sekali pun mereka kesulitan, karena dentuman ledakan yang meraung-raung di berbagai sudut kota. Sekarang hapus air mata mu, bersyukur dan tersenyum, lalu katakan, “Terima kasih Tuhan!”

Kalau akhir-akhir ini kamu terlalu cemas, mungkin karena kamu tenggelam dalam rutinitasmu sehingga tak bisa menikmati hidup mu. Tak perlu cemas masalah rezeki, toh hingga hari ini kamu masih bisa hidup dan masih bisa makan.

Tak perlu cemas masalah pasangan, hati mu baik, maka ia yang mendampingimu juga pastilah orang baik yang akan datang di saat yang juga baik. Tak perlu cemas tentang mimpi-mimpimu, bahkan kamu pun tak tahu apa masih bisa menghembuskan napas di esok hari.

Sekarang nikmati harimu. Sesekali keluar lah dari rutinitas mu. Bahagialah bersama orang sekitarmu, ajak mereka mengobrol, makan dan berlibur. Hidup begitu singkat, jangan biarkan pikiranmu di hantui rasa cemas akan masa depan hingga lupa membuat kenangan indah bersama mereka yang menyayangimu.

Kalau akhir-akhir ini kamu sering merasa ketakutan, mungkin karena kamu terlalu sering mendengar kata orang (lagi). Kalau saja BJ Habibie mendengar kata orang-orang yang meremehkan kemampuannya, mungkin hari ini ia tak pernah akan dikenal sebagai perancang pesawat dan Bapak Teknologi Indonesia.

Kalau saja Rahmah El Yunusiyah mendengar kata kaum pria bahwa perempuan tidak akan pernah bisa setara dalam memperoleh pendidikan, mungkin ia tidak akan pernah bisa mendirikan Diniyah School Putri yang masih berdiri hingga saat ini dan mencetak puluhan ribu siswi.

Kalau saja Ir. Soekarno mendengar kata Golongan Tua bahwa 17 Agusutus bukan saat yang tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia dengan berbagai ancaman kedepan, mungkin hari ini Indonesia masih menjadi jajahan negara lain.

Kalau saja Jamil Azzaini mendengar kata gurunya, bahwa ia tak akan pernah menjadi penulis karena tulisannya jelek, mungkin hari ini kita tak bisa membaca rentetan buku best seller miliknya. Dan kalau saja kamu paham, bahwa bahagia itu diciptakan sendiri oleh perasaan mu, maka kamu tak perlu mencari definisi bahagia menurut orang lain.

Hai Aku

Apakah kamu masih sama seperti dulu?

Menghabiskan waktumu di kamar untuk merancang dan berpikir akan diri dan masa depanmu. Aku masih bisa merasakan bagaimana semangatmu merancang mimpi-mimpimu. Kamu membuatnya sedetail mungkin. Hingga tak jarang kamu merasa kecewa jika apa yang kamu rencanakan tak sesuai yang kamu harapkan. Kamu akan terus memikirkannya hingga berhari-hari dan sering membuatmu tak bisa tidur.

Jika hari ini kekecewaan itu terjadi lagi, maka taka apa-apa. Kamu hebat dan kamu orang yang baik. Aku tahu segala impian itu bukan hanya tentang dirimu. Aku sangat tahu itu. Aku tahu setiap impian yang kamu buat selalu tertuju untuk orang-orang sekitarmu.

Niat dan proses yang sudah kamu jalani adalah usaha terbaik yang bisa kamu berikan. Dan tentu itu tidak mudah. Karena ada serangkaian proses yang menempa dirimu. Namun jika hasilnya tak sesuai harapanmu, maka taka apa-apa. Karena Dia yang paling tahu apa yang terbaik untukmu.

Kamu tidak salah dan tidak ada yang perlu disalahkan. Tuhan hanya ingin membuatmu lebih hebat, karena Dia begitu menyayangimu.


Hai Aku

Apakah kamu masih sama seperti dulu?


Seorang pemikir berat,

“Apakah aku sudah menjadi orang yang baik? Apakah hatiku tulus? Apakah aku orang yang munafik? Apakah aku hanya sibuk memikirkan diri sendiri? Apakah aku masih belum bisa bermanfaat untuk banyak orang? Apakah aku menyinggung perasaannya? Apakah aku jahat?”

Jika hari ini kamu sedang menangis karena marah dengan diri mu sendiri, tak apa-apa. Itu artinya kamu masih seorang manusia. Memiliki hati yang masih bisa digunakan untuk merasa. Kamu tahu kan hidup ini tempat belajar yang panjang.

Ada kalanya kamu lupa, salah dan lalai. Namun itu wajar. Yang tak wajar adalah apabila kamu berhenti belajar. Tidak lagi menggunakan hatimu untuk mengintrospeksi diri tapi justru menyalahkan orang lain. Maka tetaplah pertahankan hatimu sebagai wadah kosong tempat dirimu terus belajar untuk menjadi orang yang lebih baik.


Hai Aku

Apakah kamu masih seperti dulu?


Penyembunyi ulung. Aku tahu kamu benci memperlihatkan kelemahanmu pada orang lain. Kamu selalu ingin terlihat kuat dan mampu menyelesaikan semuanya. Saat kamu merasa khawatir dan cemas, tapi ada orang di sebelahmu bercerita bahwa ia merasa ketakutan, maka kamu akan memakai topeng dan memberinya semangat. Lalu, saat sunyi barulah kamu menumpahkan segala rasa sesak dan air mata yang begitu deras membasahi wajahmu.

Jika hari ini hidupmu terasa begitu berat, maka menangislah hingga puas, tak apa-apa. Tentu kamu masih ingat ketika kecil kamu sering bertanya kepada Tuhan kenapa kamu diciptakan di dunia ini. Lalu Tuhan memberimu jawabannya di usia mu ke-19 tahun. “Karena kamu punya peran di dunia ini”. Seketika itu pun kamu merasa dirimu begitu berharga. Semoga surat yang ku buat ini bisa menjadi pengingatmu saat kamu merasa tak bernilai.

Cintailah dirimu, dengan begitu kamu bisa berbagi lebih banyak cinta dan ketulusan kepada orang lain.

Yogyakarta, 31 Agustus 2019

Tertanda

Aku

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jika engkau bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka jadilah seorang penulis." ~ Imam Al-Ghazali

Editor

Not that millennial in digital era.