Menurut Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yang tersusun secara hierarki mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai dan yang tertinggi ialah aktualiasi diri atau bisa juga disebut hasrat untuk mencapai potensi dalam diri. Memang ada benarnya juga dari apa yang diteorikan oleh Maslow.
Manusia memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya dan lebih lagi agar merasa lebih "hidup".
Kadang ada yang hidup namun raganya saja. Ada pula yang benar-benar hidup dan bertahan bahkan hingga tak ada lagi sosoknya.
Dari apa yang diuraikan tadi, bisa dilihat bahwa kebutuhan dasar secara tak langsung akan mulai memasuki ranah kehidupan berangsur-angsur dari usia kecil hingga dewasa. Mungkin lebih jelasnya, kebutuhan fisiologis misalnya tentang makan, kesehatan, akan cenderung lebih dirasakan ketika usia kita masih menginjak masa kanak kanak. Pada masa tersebut pikiran cenderung lebih fokus pada apa yang dirasakan oleh fisik. Kalau lapar ya makan, kalau capek ya istirahat. Beranjak bertambahnya umur serta matangnya pemikiran, kebutuhan akan hal lain pun akan mulai terpikirkan. Rasa aman, kasih sayang, rasa ingin dihargai dan pengembangan diri.
Sejauh ini, pada usia saya yang masih tergolong remaja yang sudah mendiami bumi ini selama 20 tahun, saya mulai menyadari tentang kebutuhan kebutuhan lainnya. Tentu saja setelah kebutuhan pertama dan kedua sudah khatam terpenuhi.
Sederhanannya saja, ketika kita mulai menginjak masa remaja dimana masa pubertas sedang gila-gilanya secara tak langsung pula kita mengenal rasa sayang. Terkhusus anak muda yang menamakan hal ini dengan cerita asmara antara dua jenis gender yang berbeda. Begitu pula saya, maupun kalian yang disana, kita mengalami hal yang serupa. Cinta monyet atau apalah namanya, ada sesuatu dalam batin yang menyulut untuk ditemukan. Ketertarikan pada lawan jenis umum memang, sehingga kita akhirnya berada dalam satu kondisi dimana kita perlu mendapatkan rasa kasih sayang yang kita inginkan.
Oke sabar dulu kawan, sebelumnya mengenai kebutuhan dasar ini memang pembahasannya mungkin tak jauh dari yang namanya cinta, hubungan, self-improvement. Lebih lagi untuk kalian dan juga saya yang remaja dimana kita sudah bisa memenuhi kebutuhan fisiologis dan menemui rasa aman maka kita akan mulai memasuki masa yang menuntut kebutuhan akan kasih sayang, rasa dihargai dan pengembangan diri. Disitulah kita berada sekarang, nyatanya saja banyak sekali anak muda yang galau akan cintanya, yang begitu hebatnya membuat puisi tentang cinta di medsosnya dan pula banyak yang berprestasi karena karyanya.
Kebutuhan akan kasih sayang memang sudah kita dapatkan dari orang tua. Namun, percayalah sensasinya beda dengan si "dia" yang sering kalian bayangkan kehadirannya dan selalu muncul dalam doa. Entah siapapun itu ketika kita mulai jatuh cinta, semuanya seakan ingin diberikan kepadanya. Rasa ingin memiliki menjadi sesuatu yang begitu amat berharga untuk dilindungi. Seperti hukum sebab-akibat, ketika kamu memberikan rasa sayangmu maka seharusnya ada berakiabt rasa cinta yang kau dapatkan setelahnya. Sayangnya, hukum itu berlaku bagi benda saja, tak semua manusia merasakannya. Tak heran ada lagu populer dari Dewa 19 yang berjudul "Pupus"
aku persembahkan hidupku untukmu telah ku relakan hatiku padamu
namun kau masih bisu diam seribu bahasa dan hati kecilku bicara
baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan kau buat remuk seluruh hatiku
Akhirnya satu kebutuhan dasar tak terpenuhi. Namun para pejuang masih bertarung dalam kelamnya kenyataan yang menimbulkan luka disanuribanya. Keep Fighting Guys.
Serupa dengan rasa ingin dihargai, setiap manusia umumnya tak suka bila ada mengacuhkan segala kerja kerasnya. Ada rasa ingin diakui dalam diri, ada rasa ingin dilihat dalam diri, ada rasa yang menuntut untuk dibahagiakan dengan pujian dan tepuk tangan. Seorang yang berusaha keras untuk menggapai sesuatu dan menghasilkan sebuah karya yang hebat patut untuk diberikan penghargaan. Memang terkadang ada yang melakukan sesuatu tanpa pamrih, ikhlas tanpa mengharapkan apapun. Tetapi kadang rasa ego dalam diri menuntut untuk dipuaskan, meski dengan hal kecil saja, paling tidak ada rasa yang didapatkan disana, rasa dihargai, entah siapa saja.
Dulu saya suka dengan pepatah "Jadilah seperti lilin, terus menerangi disekitarnya meski dia sendiri terbakar". Kalimat tersebut menjadi pedoman bagi saya. Melakukan "penerangan" bagi sekitar meski mungkin diri ini "terbakar" karenanya. Percayalah, ada kemurnian penghargaan yang nantinya akan didapatkan, meski terkadang tak selalu datang dari yang diiimpikan. Namun pula, saya sadar manusia tak sesederhana seperti bongkahan lilin. Manusia memiliki perasaan. Manusia memiliki hati. Dan tak semua manusia siap atau ingin menjadi lilin.
Setelah melewati itu semua, kadang ada motivasi dalam diri untuk menjadi lebih baik. Pernah dengar dan mungkin sering mendengar "jodoh adalah cerminan diri" kan. Sehingga banyak orang berlomba lomba menjadi lebih baik agar mendapatkan pasangan yang setimpal. Benar, menjadikan diri lebih baik adalah dari jaminan investasi yang tak merugikan kelak. Ada yang ingin lebih baik perilakunya, ada yang ingin lebih mengembangkan kemampuannya, ada pula yang ingin lebih luas wawasan agamanya. Semua itu untuk memuhi kebutuhan dalam diri, mengembangkan potensi diri.
Bahwa menjadi lebih baik dan berkembang memang bukanlah keharusan melainkan sebuah pilihan. Kau bisa duduk santai sambil menikmati jam berdetak tiap harinya atau keluar menyambut matahari pagi dan mengasah diri dalam keyakinan.
Manusia memiliki kebutuhan yang memang perlu dipenuhi. Ada yang mungkin sudah mendapatkannya atau ada pula yang masih giat memperjuangkannya. Tak apa, kita berada dalam satu garis yang sama. Sebuah proses dalam hidup untuk menjadi manusia selayaknya. Kasih sayang memang prestisius harganya, kadang kita tak mendapatkannya. Tapi teruslah menyebarkan kasih sayang, karena dalam diri sudah ada kasih sayang dariNya yang telah diturunkan bagi hati kecil itu, yang tak habis jumlahnya. Hargailah setiap usaha dan pengorbanan dari orang lain, meski kecil terlihat tetapi belum tentu usaha untuk mencapainya pun kecil. Kelak penghargaan terhadap diri sendiri akan datang dari tempat yang tak terduga, buatmu senyum dan bahagia luar biasa. Tetaplah menjadi lebih baik meski kadang ada saja sandungan yang membuat lututmu bertekuk lagi, namun tetap berdiri dan melangkah. Untuk menutup tulisan ini dan mungkin pula mewakili segala apa yang tertulis, sedikit kutipan dari Abraham Lincoln ini semoga bermanfaat :
Tidak penting berapa kali engkau gagal. Yang penting berapa kali engkau bangkit
-Abraham Lincoln
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.