Pagi tadi, aku yang sedang santai di atas kasur sembari menyaksikan drama Korea yang sudah lama aku simpan, tiba-tiba mendengar suara bapak-bapak yang terdengar penuh semangat.
Pakettttt…
Sekali seruan, masih aku abaikan karena merasa tidak sedang menunggu paket. Dua kali seruan, baru aku melihat keluar jendela, ternyata paket tersebut memang untuk rumah ini. Langsung aku bergegas ke luar rumah untuk menghampiri bapak. Sedikit tidak enak karena sempat mengabaikan bapak, tapi bapak tidak kesal sedikit pun.
Di depan pagar, terlihat ada 1 kardus air mineral yang diletakkan di bawah. Otomatis aku langsung melihat kardus air mineral tersebut dan di pandanganku terlihat pula kaki bapak di belakang kardus. Terlihat ada sedikit yang aneh, tapi awalnya aku pikir mungkin hanya perasaanku saja. Ketika bapak mulai bergerak dan berjalan, baru aku bisa melihat kondisi kaki bapak yang sebenarnya.
Kondisi kaki bapak berbeda dengan kaki pada umumnya. Ketika kita bisa berjalan dengan baik berkat kaki yang sehat dan normal, bapak harus berjalan dengan kondisi kakinya yang berbeda, yang mungkin bisa jadi terasa tidak nyaman ketika harus dipakai untuk berjalan dan mengendarai motor. Apalagi motor bapak bukan motor matic, melainkan motor yang mengharuskan bapak menggunakan kakinya pula. Terlepas dari keadaan bapak yang memiliki keterbatasan tersebut, bapak tetap semangat mencari nafkah.
Semoga bapak sehat selalu dan dilimpahkan rejeki yang baik ya, Pak.
Saat itu pula aku tertampar oleh kenyataan yang mungkin Tuhan ingin tunjukkan kepadaku. Baru saja tadi malam aku bersedih karena semua urusan tidak berjalan sesuai dengan harapan dan rencanaku. Aku mengadu kepada Tuhan tentang seberapa berat dan sulitnya semua ini serta tidak ada satu keinginanpun yang bisa aku dapatkan. Keinginan yang penuh dengan duniawi, yang mungkin belum tentu aku butuhkan sebenarnya. Baru segitu saja aku sudah ingin menyerah, ingin pulang meskipun di rumah, ingin menghentikan semua rintangan dan ujian yang aku hadapi. Sedangkan keinginanku, cita-cita, dan angan-anganku sangat banyak dan tinggi. Padahal aku sudah dilimpahkan banyak nikmat oleh Tuhan, tapi tetap saja ingin lebih.
Itulah manusia, terkadang kita dibutakan oleh hal-hal yang tidak kita miliki. Padahal sebenarnya kita sudah dilimpahkan berbagai macam rejeki oleh Tuhan, diberikan banyak hal yang mungkin saja diinginkan oleh orang lain. Namun, tipu dunia yang kuat membuat kita jarang untuk bisa bersyukur dan terus mengejar hal-hal yang tidak kita miliki meskipun kita tahu sebenarnya nggak akan ada habisnya mengejar hal-hal duniawi ini. Malahan mungkin saja hal yang kita inginkan itu bukan yang terbaik untuk kita, mungkin Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih baik daripada hal itu. Atau mungkin apa yang kita inginkan itu bisa mencelakakan kita dan Tuhan tidak ingin kita terluka. Mahabaik sekali bukan Tuhan?
Setelah kejadian pagi tadi, aku jadi merasa malu. Malu kepada Tuhan, malu kepada beliau-beliau yang masih memiliki semangat tinggi. Ada satu kalimat yang Ibuku sering ingatkan kepadaku dan aku ingat kembali pagi ini.
Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan?
Memang benar, banyak sekali nikmat yang sudah Tuhan limpahkan ke kita, tapi ya kitanya saja yang terlalu sibuk melihat emas yang jauh di sana, sedangkan berlian di depan mata tertutupi oleh tipu dunia. Semoga kejadian ini bisa jadi pengingat untuk kita semua untuk bisa selalu bersyukur dalam keadaan apa pun. Bahkan dalam keadaan yang sulit sekalipun, yakinlah kalau Tuhan sudah menyelipkan kebahagiaan untuk kita. Tinggal bagaimana kita bisa menerimanya, apakah diterima setengah hati, atau dengan sepenuh hati. Apakah diterima dengan mengingat bahwa itu adalah pemberian Tuhan atau diterima dengan mindset bahwa itu adalah kutukan dunia.Â
Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang selalu pandai bersyukur, yaa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”