Bagaimana rasanya kau di sini setia sedang dia di sana mendua?
Kau tahu sakitnya lebih dari sekedar teriris pisau. Jika tanganku teriris pisau darahnya hanya sebentar aku bisa mengobatinya segera biar ia tak larut perih. Tapi dikhianati saat kau disini menjaga hati dan melawan godaan, pedihnya masih terasa meski telah berhari-hari berlalu. Dan terkadang sakitnya bisa tiba-tiba datang jika ada yang coba mengungkitnya.Â
Dulu saat kau bilang akan pergi. Aku baik-baik saja . Sungguh.Â
Meski ada keresahan tapi aku tak punya hak untuk menahanmu tetap disini. Â
Kau punya mimpi yang ingin dikejar. Ada cita-cita mulia yang akan kau wujudkan. Dan aku tak punya keputusan akan hidupmu. Â
Aku hanya sebatas kekasih belum menjadi istri, dan tak punya kuasa mengaturmu.Â
Kupikir hubungan yang sudah terjalin lama dimana orangtua kita sudah saling mengenal sudah bisa menjamin kita akan baik-baik saja walau berjauhan dalam waktu yang cukup lama. Nyatanya aku salah. Â
Telponan hampir setiap hari, selalu bertukar pesan tiap ada waktu. Kita benar-benar memanfaatkan waktu yang ada .
Komunikasi yang dibilang sangat baik. Lantas belum cukup mampu jadi pegangan kau tidak mendua. Â
Aku mati-matian di sini menjaga hati. Selalu mendoktrin diri bahwa aku milik kamu. Meski berjauhan aku harus jaga perasaanmu. Merasa bersalah jika bersikap terlalu dekat pada laki-laki lain. Tapi kamu disana tak peduli perasaanku. Seakan lupa ada aku menunggumu disini. Lalu diam-diam kau berkhianat.Â
Aku tak habis pikir. Bagaimana bisa kau tega menyakitiku. Tidak berpikir sebelum bertindak.Â
Kau paham bukan hubungan kita bukan sekedar pacaran lalu putus.Â
Ada keterlibatan orangtua didalamnya. Â
Bagaimana dengan cincin yang kau pasang dijari ku. Bagaimana dengan ibu bapak ku yang telah menerima kehadiranmu dengan sangat baik.Â
Terkadang aku bertanya secantik apa wanita itu sampai kau terpikat? Senyaman apa wanita itu sampai kau bersandar di bahunya? Apa yang dia beri hingga bisa membuatmu berubah? Apa yang dia tawarkan hingga kau memilih tak setia?Â
Jika saja hanya aku yang disakiti dalam hal ini, ku terima sesakit apapun itu. Namun urusan ini tidak semudah kau mengucap putus lalu kita berjalan sendiri – sendiri.Â
Bertanggungjawab lah pada apa yang telah kau lakukan. Datang kerumahku, temui orangtuaku dan mintak maaflah pada mereka. Â
Aku bersyukur Tuhan memperlihatkan ‘busuk'mu dihadapanku sebelum kata akad terucap, aku berterimakasih atas penjagaan Allah yang begitu baik untuk dijauhkan dari laki-laki tak setia.Â
Tuhanku telah menyelamatkan aku dari sosok suami dan ayah yang tak bertanggungjawab sepertimu.Â
Bolehkah aku juga bersyukur pada jarak yang pernah memisahkan kita? Karena #JarakMengajarkanku hubungan yang serius itu butuh komitmen yang amat tinggi. Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”