Bagi sebagian orang, menulis adalah kegiatan yang anak sekolah dasar juga bisa melakukannya. Bagi sejumlah orang, pada praktiknya menulis hanya butuh pena dan kertas, lalu mengarang bebas. Bagi beberapa orang, menulis bukan profesi yang menjanjikan. Dear, menulis itu hakikatnya memang bukan menyoal harga atau bayaran, tapi merupakan sebuah cara bagaimana mengekspresikan perasaan, ide, gagasan yang dituang dalam bentuk tulisan yang enak dibaca oleh siapa saja. Selain itu, menulis merupakan media terapi yang bisa membantu orang-orang menyalurkan emosinya.
Mungkin bagi kamu yang sedang menggeluti dunia tulis-menulis pernah mendapat pertanyaan dari orang-orang sekitar, “pekerjaan kamu apa?” lantas kamu jawab, “menulis” yang direspon dengan tertawaan bahkan cibiran. Kok menulis jadi pekerjaan? Sesungguhnya, di luar sana masih banyak orang yang berpikir kolot bahwa menulis adalah bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Rintangan dan halangan dalam dunia menulis itu lumayan banyak, tetapi musuh utama seorang penulis adalah diri kita sendiri—bagaimana cara menaklukkan diri dan ego untuk tetap duduk menatap layar laptop dan menemukan ide tulisan. Terkadang rasa malas menulis datang secara tiba-tiba, tekad yang bulat menjadi datar, ide yang tak kunjung mengilham, ditambah perkataan orang lain yang membuat telinga panas dan hati nyeri.
Rintangan kedua, tak jarang datang dari sejumlah pihak yang dengan enaknya mengataimu sebagai pengangguran, tidak berkelas dan malas. Kerjaan hanya memandangi laptop atau corat-coret kertas, padahal kamu sedang memikirkan ide apa yang sebaiknya ditulis. Penilaian setiap orang berbeda-beda dan bebas-bebas saja bersuara serta berpendapat, mungkin sebagian dari mereka tidak menganggap ‘menulis’ adalah sebuah profesi melainkan hobi.
Dear, jika kamu terlampau jauh memikirkan perkataan orang, kamu tidak akan pernah maju. Seperti yang kita tahu, omongan orang tidak ada habisnya, makin ditanggapi makin menjadi. Alih-alih menghasilkan karya, kamu malah akan selalu stagnan yang berujung kehilangan kepercayaan diri. Ingatlah, orang-orang usil yang suka menyentil lewat perkataan pasti sangat banyak. Mereka tidak akan ada habisnya mengataimu, memojokkan kamu, atau memengaruhimu. Sekarang, waktunya bagi dirimu untuk membuktikan kepada mereka bahwa apa yang dipandang mereka selama ini salah.
Bagaimana caranya? Kuatkan tekadmu, kembali ke niat awal tentang alasan kamu menulis, tutup telinga rapat-rapat, kesampingkan segala perkataan orang-orang yang tidak mendukungmu. Ingat, melakukan kesalahan dalam menulis bukan perkara besar tetapi wajar. Teruslah berusaha dan lanjutkan tulisanmu, nanti akan ada waktunya kamu paham dan berpikir realistis bila kamu terus berproses.
Menulislah meski dunia menertawakanmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”