Ayah Memang Tegas, Akan Tetapi Bukan Berarti Dia Tidak Sayang Terhadapmu Anak Laki-lakinya

Ayah adalah seorang role modelku dari dulu hingga sekarang


Ayah adalah seorang role modelku dari dulu hingga sekarang

Advertisement

Bapak: Bang, tahu enggak kau?

Aku: Tahu apa itu Pak ?

Bapak: Bang, kalau bapak punya bapak seperti bapakmu ini, kurasa udah bisa bapak sampai keluar negeri sekolah 


Advertisement

"Di keluarga, aku memanggil ayah dengan sebutan bapak"

Pernah enggak kalian punya percakapan seperti itu? Rasa-rasanya jarang bukan? Iya percakapan diatas bukan tanpa sebab. Itulah sebuah curahan hati seorang ayah, yang belum sempat merasakan kasih sayang dari seorang ayahnya. Ayahku adalah seorang yang cukup tangguh, bahkan dapat aku katakan seorang yang sangat-sangat tangguh untuk menghadapi kerasnya kehidupan ini.

Advertisement

Lho kok berani-beraninya aku ngomong gini? Iya dong, aku berani mengatakan seperti itu karena memang keadaan keluarga dari ayahku bukanlah keluarga yang mampu secara ekonomi, melainkan harus bertani bahkan memelihara kerbau untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Ayah juga bukan seorang yang memiliki pendidikan tinggi, bahkan bisa dibilang pendidikannya sampai pada jenjang sekolah menengah atas. Tapi jangan salah sangka lho, dengan hanya bermodal pendidikan SMA ayah memiliki visi dan misi yang besar terhadap anak-anaknya, terutama kepadaku anak panggoarannya ini.

Anak panggoaran itu  merupakan bahasa batak yang berarti anak laki-laki pertama.

Tidak jarang ayah mendidikku dengan keras, mulai dari jam belajar yang teratur, dan jam bermain malam yang sangat ketat. Tak jarang aku sering mengadu kepada mama  "Ma, bapak ini banyak kali aturannyalah, udah gitu sering kali marah-marah samaku, yang enggak sayangnya bapak samaku Ma?". Tapi mama dengan santai menjawab "Bang, bapakmu itu baik kali loh sebenarnya samamu! kau aja yang enggak sadar" 

Dalam hati ini berkata "Apanya coba yang baik? Orang dikit-dikit kalau aku salah pasti bapak langsung marah "  dan aku juga jadi teringat ketika pada masa-masa duduk di sekolah dasar, pada saat itu aku kelas 4, semester 1 aku mendapat peringkat 2 dan ayah terkesan lumayan senang, dan entah kenapa ketika di semester 2nya peringkatku turun 1 menjadi peringkat 3, dan di situ ayah entah kenapa seperti memiliki amarah yang sangat besar kepadaku hingga melemparkan buku rapor ku tepat mengenai wajahku.

Mungkin dari ceritaku di atas ayahku adalah seorang yang sangat terlihat kejam dan menakutkan. Tapi aku mau cuma mau bilang sama ayah terima kasih sudah mendidikku seperti layaknya seorang lelaki tangguh, karena aku yakin di dalam hati ayah tersirat "Aku tidak mau anakku ini menjadi seorang yang sama denganku".

Setelah menjalani kehidupan di tanah perantauan ini, aku selalu berdoa semoga ayah diberikan kesehatan yang terbaik dari Tuhan, serta diberikan umur panjang. Aku tidak pernah menyesal sering kali dimarahi, dibentak, bahkan sesekali hampir dipukul karena telah melakukan kesalahan. Aku yakin semua itu dilakukan di luar kesadaran ayah. Aku yakin sehabis dia marah terhadapku dia menangis dalam diam, dan merasa bersalah karena telah membentak anaknya ini. 

Aku jadi sadar lebih baik dibentak oleh ayah sendiri, daripada dibentak oleh orang lain yang tidak kenal, karena didikan ayahlah aku bisa bertahan di tanah perantauan tempatku mengemban ilmu ini. Terima kasih ayah, semoga anak panggoaranmu ini kelak akan menjadi orang berguna bagi keluarga, bangsa, dan negara terlebih kepada Tuhan.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Yesterday is not ours to recover, but tomorrow is ours to win or lose. -Lyndon B. Johnson