Ayah Dan Ibumu Memang Tak Selalu Bisa Diandalkan, Namun Mereka Sudah Mengupayakan

Tentang kamu, dan ayah-ibumu.


Bagaimana bisa kamu melewati semua ini sendirian, nak?


Advertisement

Tak ada yang salah dengan telingamu, pertanyaan itu memang keluar dari mulut Ayah dan Ibumu ketika tahu bahwa selama ini kamu terbiasa memeluk tubuhmu sendirian. Hari-hari dimana kamu harus terbiasa berdiri tegap menyambut badai dan dinginnya di musim hujan atau kamu harus mampu berjalan meski tertatih kelelahan dibawah teriknya musim kemarau. Kamu sendirian, tanpa genggaman tanpa pelukan.

Banyak hal yang kamu sembunyikan, dan memang bahwa kamu sengaja untuk diam. Entah perihal betapa sulitnya kamu menjalani proses pendidikan, perihal hubungan pertemananmu yang rumit, sampai soal asmaramu yang tak jarang semua itu membuatmu menangis sendirian. Sedangkan Ayah dan Ibumu hanya tahu bahwa kamu baik-baik saja, kamu menikmati hari-harimu sebagai anak muda yang dianggap belum memiliki beban dan tanggungjawab besar seperti mereka.

Kamu hanya berbagi sedikit dari keseluruhan ceritamu. Sebab seberapa banyaknya kamu bercerita, mereka tak akan mengerti. Kamu lelah jika harus kembali dibanding-bandingkan dengan saudaramu, atau tetanggamu yang sepantaran denganmu. Kamu juga cukup lelah jika setelah kamu selesai bercerita, yang kamu dapatkan bukanlah empati, melainkan tanggapan menyakitkan yang justru semakin memberatkanmu.

Advertisement


Jangan lagi menanggungnya sendirian.


Yang kamu pahami, kamu terbiasa mengemban tekanan moral sebagai anak yang berbakti. Kamu diharuskan untuk menjadi kebanggaan orang tua, kamu diwajibkan untuk menjadi anak yang patuh dan menghormati segala kehendak keduanya. Demi mewujudkannya semua itu, kau tanggung beban yang begitu menyesakkan hingga akhirnya mau tak mau harus kau telan-telan sendirian. Tapi sayangnya dalam kisahmu ini, keluhmu tak pernah didengar, apalagi mendapat perhatian.

Advertisement

Dimana Ayah saat aku jatuh hingga tubuhku remuk kesakitan? Dimana Ibu saat aku kebingungan mencari jalan pulang? Kamu berteriak sambil terisak hebat. Meski terbiasa menanggungnya sendirian, tapi tetap saja kamu mengharapkan sebuah rumah ditengah ketakutanmu, kekhawatiranmu, dan segala pilu yang kamu hadapi.


Maafkan Ayah dan Ibumu yang banyak kekurangan, sehingga tak cukup bisa diandalkan.


Sebuah kilasan balik mengingatkanmu pada beberapa moment yang luput dari perhatianmu. Ayahmu yang berusaha menjadi kepala keluarga yang memberikan nafkah, saking fokusnya beliau terhadap tanggungjawabnya hingga tak menyadari bahwa anaknya juga kepayahan menanggung beban. Atau Ibumu yang selama ini mengurusi rumah atau ikut mencukupi perekonomian keluarga, yang menganggap bahwa saat kamu sibuk dengan urusanmu atau sekadar memastikan bahwa kamu sudah makan hari ini, olehnya kamu dianggap baik-baik saja.

Lalu, tiba-tiba matamu terbuka. Kamu terbangun dari tidurmu dan menyadari bahwa bantalmu basah. Mimpi singkat barusan terasa nyata sampai-sampai membuatmu menangis sesenggukan. Kamu lekas keluar mencari Ayah dan Ibumu yang ternyata sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Ayahmu yang merakit kipas angin dan ibumu yang menjemur pakaian.

Tak ada manusia yang sempurna, kira-kira begitu pikirmu. Kamu memang berharap agar dimengerti, kamu berharap dua orang yang selama ini mengurusi hidupmu itu agar selalu dapat diandalkan setiap waktu. Tapi saat mengalihkan sudut pandang, saat kamu mencoba melihat dari sisi mereka, kamu menemui hal yang serupa. Mereka juga butuh dimengerti oleh anaknya, dan menjadi mereka dengan segala tanggungjawab berkeluarga tentu saja tak semudah dibayangkan.

Ditengah harapanmu atas mereka, kamu menyadari bahwa kalian sama-sama menanggung beban dan tentu saja saling ingin dimengerti oleh satu sama lain. Dan kenyataan bahwa selama ini kamu, ayah dan ibumu sudah berusaha. Terlepas bagaimana hasilnya, hanya saja kalian sudah mengupayakan diri dan saling menganggap bahwa telah memberikan yang terbaik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.