“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca Hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Menikah muda seolah menjadi fenomena yang sedang hits di Indonesia. Ajakan untuk menikah muda sering digembor-gemborkan di media sosial. Tak jarang karena beberapa postingan persuasif itu memicu keinginan orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Hal ini jangan sampai ditiru ya karena dampaknya akan berpengaruh pada masa depanmu nanti.
Beberapa orang menganggap menikah adalah tujuan hidup yang sesungguhnya. Memiliki keluarga besar, anak-anak yang lucu adalah tujuan bagi mereka untuk melanjutkan hidup. Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh psikolog Della Nova, M.Psi., bahwa setiap orang memiliki tujuan hidup masing-masing. Ada yang ingin menikah dahulu, mementingkan karir dahulu, atau mengabdikan dirinya pada kepentingan orang banyak dengan menjadi relawan. Maka tidak salah menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup. Namun masalahnya saat ini kecenderungan untuk ikut-ikutan harus dievaluasi kembali sebab menikah berarti menyatukan dua individu yang berbeda. Kalau kamu menikah hanya untuk kesenangan satu dua hari lebih baik dipikirkan kembali ya!
Della menambahkan bahwa faktor lain seperti lingkungan dan keluarga dapat menciptakan kondisi di mana lebih cepat menikah lebih baik. Adapun faktor lain karena merasa tidak ingin melanjutkan studi atau karir lebih lanjut dengan kata lain menyerah dengan karir sehingga lebih memilih untuk menikah. Seiring berjalannya waktu, kamu pasti akan menyadari apa sesungguhnya tujuan hidup kamu. Bukan karena ikut-ikutan dengan tren saat ini tapi lebih fokus pada diri sendiri. Sebab, masa depan kamu yang menentukan bukan orang lain.
Menikah merupakan penyatuan visi dan misi. Bagaimana jika pasangan kamu ternyata ingin lebih dahulu menikah sedangkan kamu bertujuan untuk karir?
Psikolog Della menyarankan untuk lebih memberikan pengertian kepada pasangan. Ngobrol dengan pasangan agar doi juga mengerti kalau kamu masih mempunyai beberapa hal yang harus dicapai sebelum menikah. Selain itu menikah juga membutuhkan kedewasaan dan kematangan dalam berpikir. "Penikahan akan langgeng apabila dibarengi dengan pola pikir, tujuan dan komitmen yang sama. Sepakat memaknai arti pernikahan tersebut," kata Psikolog Della.
Kesiapan mental juga diperlukan dalam menikah. Dikutip dari artikel Riliv Story berjudul 'Pentingnya Kesehatan Mental di Awal Lima Tahun' bahwa semakin banyak ketidakcocokan dalam proses penyamaan pandangan dapat menyebabkan pudarnya perasa cinta pada pasangan. Maka dari itu sejalan dengan yang dikatakan psikolog bahwa menjaga kesehatan mental sangat berpengaruh pada komitmen terhadap pasangan. Sebab komitmen yang akan mengingatkan pada tujuan awal pernikahan. Jadi, apakah sudah siap dengan tujuan hidupmu?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”