Selama hidup apakah kamu pernah bertanya "Apakah saya harus menikah?" atau pertanyaan ini tidak pernah muncul di benakmu karena kamu memahami tujuan akhir setiap individu ialah menikah.
Banyak anak muda yang berpikir bahwa tujuan hidup ialah menikah, punya anak dan menjalani kehidupan hingga hari tua. Namun, mereka lupa bahwa tidak semua orang berpikir jika tujuan hidup ialah menikah. Ada orang-orang yang memiliki banyak tanggung jawab dan mimpi yang besar, sehingga mereka berusaha untuk mencapai semua itu sebelum menikah. Dengan demikian rencana untuk menikah tidak pada umur yang terlalu muda, misalnya baru menikah pada umur 30 hingga 45 tahun.
Menikah tidak menjadi tujuan hidup, bukan berarti tidak ingin tetapi menikah pada waktu yang tepat sesuai dengan kondisi ekonomi yang baik dan kondisi psikologis yang matang. Menikah muda, belum menikah ataupun memutuskan untuk tidak menikah ialah hak setiap individu. Memaksakan seseorang untuk harus menikah sesuai dengan stereotipe bahwa setiap individu diciptakan dengan tujuan reproduksi, membuat seseorang kehilangan hak untuk menentukan langkah hidup.
Bagaimana jika selalu ditanya “Kapan menikah?”
Setiap anak muda di atas 25 tahun sudah mulai diperhadapkan dengan pertanyaan “kapan menikah?”, bahkan ada praktek-praktek pernikahan di bawah umur (Underage marriage) di beberapa pelosok daerah di Indonesia yang tidak mempertimbangkan kesiapan anak dalam menghadapi pernikahan. Pertanyaan “kapan menikah?” seringkali di tujukan kepada kaum perempuan dengan alasan umur perempuan menentukan kemampuan untuk memiliki anak, oleh karena itu harus segera menikah. Dengan demikian, tidak mudah bagi perempuan untuk menghadapi pertanyaan seperti ini, karena perempuan dilihat hanya sebagai alat reproduksi. Perempuan menghadapi problematika yang lebih kompleks ketika menghadapi pertanyaan “kapan menikah?”.
Pertanyaan “kapan menikah?” tentunya sangat mengganggu privasi orang lain, akan tetapi banyak dari masyarakat yang menganggap bahwa pertanyaan “kapan menikah?” ialah pertanyaan yang biasa atau lumrah. Jika kamu sering mendapatkan pertanyaan “kapan menikah?” dari orang-orang terdekat (orangtua dan sahabat-sahabat), maka kamu harus pastikan bahwa secara mental kamu tidak merasa tertekan ketika menghadapi pertanyaan tersebut. Akan tetapi pertanyaan mengganggu seperti ini, jarang terlontar dari pihak keluarga ataupun sahabat, biasanya ditanyakan oleh orang-orang yang tidak terlalu dekat misalnya; tetangga, kenalan dan teman-teman “biasa”.
Perlu dimengerti bahwa langkah hidup kamu ditentukan oleh dirimu sendiri. Oleh karena itu, Jangan sampai kamu menjalani hubungan dan menuju pernikahan, karena dilatarbelakangi pikiran bahwa “umur sudah tua” atau “sudah sering ditanya kapan menikah”. Pastikan bahwa kamu akan menikah karena kamu sudah siap untuk menikah, bukan menjadi ajang pembuktian bahwa kamu bisa menikah dan tidak lagi mendengar pertanyaan tentang pernikahan. Pertanyaan-pertanyaan yang melanggar privasi orang lain, pasti akan kamu temui bahkan ketika kamu telah berumah tangga dan tidak bisa dihindari. Karena, beberapa kalangan masyarakat masih berpikir bahwa bertanya tentang urusan pribadi orang lain merupakan hal lumrah dan tidak menimbulkan masalah.
Tulisan ini tidak mengajak kamu untuk berpikir bahwa apakah akan menikah atau tidak menikah. Namun, tulisan ini ingin menekankan bahwa tubuh kamu bukanlah milik masyarakat ataupun orang tua, tubuh kamu ialah milikmu sendiri. Oleh karena itu jika kamu akan menikah maka menikahlah karena tidak terdesak oleh tuntutan masyarakat pada umumnya bahwa setiap individu harus menikah.
Menikahlah karena kamu secara paradigma, ekonomi dan psikologis sudah siap untuk menikah, karena pernikahan tentang dua pribadi yang secara dewasa siap menghadapi gejolak tantangan kehidupan bersama-sama.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”