Ada waktu dimana kau merasa sendirian. Kau terpuruk disemua sisi. Saat tempat kau bernaung, bukan lagi tempatmu pulang. Saat rumah yang nyaman, tidak lagi membuatmu merasa aman. Saat tidak ada siapapun yang mampu mendengarkanmu dengan baik. Saat tak ada satupun yang mengerti tentangmu kecuali dirimu sendiri.
Situasi ini, apa kau pernah merasakannya?
Disaat yang sama satu sosok datang. Datang tak terduga begitu saja. Bukankah memang begitu, pertemuan memanglah selalu menyimpan sebuah misteri. Menyimpan halaman-halaman selanjutnya yang kosong dan tak bisa kau tebak alurnya. Pertemuan selalu jadi awal yang baru, yang mungkin bisa saja indah. Namun bukan berarti tidak ada celah. Karena pertemuan selalu speaket dengan perpisahan. Aku tahu itu.
Rupanya kita sama. Kita sama-sama berada dalam tekanan hidup. Situasi ini membuat jarak kita semakin sempit. Karena ketika dua orang dengan masalah yang sama bertemu, maka tak akan ada lagi kata salah. Yang ada hanya rasa nyaman, pembenaran-pembenaran hakiki atas dasar pemikiran yang sama. Hanya ada rasa saling percaya tanpa mau tahu ada kata ragu di baliknya. Hanya memahami apa yang terasa tanpa mau tahu pembenarannya. Hanya menyatukan semua yang ada tanpa mau tahu bagaimana akhirnya.
Kita memilih untuk tidak peduli pada kata dunia. Yang kita tahu kita benar dan bahagia. Yang kita tahu kita melengkapi dan kuat saat bersama. Seakan resiko, akibat dan akhir seolah-olah hanya sekedar kata tanpa makna. Seakan dunia berputar hanya untuk menakdirkan kita yang istimewa. Berani beda walaupun tak menjamin tak akan terluka. Saat kita sadari saat itu aku dan kamu menyatu. Satu dalam artian hati. Karena sama membuat kita sempurna dan saling melengkapi. Karena kita tidak sempurna namun bisa menyempurnakan.
Kita jatuh cinta. Tepatnya saling memilih jatuh dalam perasaan yang disebut cinta.
Nyatanya ekspektasi tak sesuai realita. Aku harus menerima suatu kenyataan yang pahit setelah kejujuran yang kau buka. Walaupun itu tetap menunjukkan bahwa kita berada dalam situasi yang sama. Kita sama-sama terluka dan butuh satu sama lain untuk menguatkan. Namun semuanya berada di waktu yang salah dan kita tak berhak untuk mengharapkan akhir yang bahagia, meskipun saat ini kita bahagia tanpa mau tahu apa kata dunia.
Bagai hujan turun dimalam hari. Tetap tabah turun meskipun tidak mendambakan pelangi. Seperti kita yang tetap tabah berjalan dan saling menguatkan. Meski sesungguhnya jalan kita berbeda. Setidaknya aku masih punya kamu yang dengan sabar menopang agar aku tetap berdiri. Dan kau juga punya aku yang dengan tulus menuntunmu agar kau tak berjalan ke arah yang salah. Kita tetap berjalan meskipun waktu kapan saja bisa membuat jarak kembali melebar. Kita tetap percaya dan saling menguatkan.
Aku percaya Tuhan menciptakan pertemuan bukan tanpa alasan. Meski keadaan tak pernah mau untuk berteman. Kita tak butuh banyak alasan untuk bertahan. Hanya saja ini masih terasa sangat indah untuk dihentikan. Genggam jemariku tanpa ragu dan enggan. Mari berjalan meski harus berpisah di persimpangan. Jika nanti tak sejalan anggap aku persinggahan. Namun jika memang kau, biar Tuhan memberikan jalan tanpa akhir yang menyakitkan. Bagiku, kau, dia, ataupun mereka.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Nice �