Apakah #BertepukSebelahTangan Bisa Disebut Sebagai Cinta?

Ada satu hal yang selalu ingin aku tanyakan padamu, Apakah kamu pernah menyukaiku?

Ada satu hal yang selalu ingin aku tanyakan padamu, “Apakah kamu pernah menyukaiku?

Advertisement

Sekedar ingin melegakan hati bahwa rasa ini pernah berbunyi meski tak saling berinteraksi, bahwa diri ini masih cukup layak untuk menjadi duniamu meski hilangnya lebih cepat dari terbenamnya mentari. Aku ingin tahu seberapa besar pengaruh yang muncul dari berbagai sikapku. Aku ingin tahu seberapa besar kesempatanku saat itu, ingin tahu bagaimana caramu memandangku. 

Ah ~ Ini tidak benar.

Mungkin memang sebaiknya aku tidak pernah tahu. Untuk apa mengetahui sesuatu yang hanya aku perjuangkan setengah hati. Meski rasa ini sepenuh hati, untuk apa mengenang kurangnya usahaku untuk bahagia denganmu. Hanya akan membawaku pada penyesalan akan masa lalu. 

Advertisement

Seandainya saat itu aku tahu kalau dia juga punya rasa yang sama. Seandainya saat itu aku mengajaknya pulang bersama. Seandainya aku berani menyampaikan kekagumanku padanya. Seandainya aku tidak ragu untuk menyapanya sore itu. Seandainya saat itu aku lebih berusaha untuk mendapatkannya, jujur padanya dengan rasaku. Mungkin, atau pasti sekarang kita sudah punya cerita baru bersama.

Salah tingkah saat kamu menengok ke arahku, membuatku merasa mencintaimu dalam diam lebih menenangkan, membuatku leluasa untuk memperhatikanmu. Panik saat kamu mengajakku bicara, membuatku lebih sering terdiam dan merekam suaramu saat berbicara dengan orang lain. Membatu tiap kamu menyentuhku, membuatku ingin mendorongmu untuk terus berkutat dengan cita-cita dan hobimu.

Advertisement

Apakah ini bisa disebut sebagai cinta?

Jika aku memaksamu lebih dari ini rasanya hanya akan memperkeruh hidupmu. Membahagiakanmu? Bahagia bersamamu? Nyatanya aku tak mampu untuk itu, tak cukup kuat untuk menunjukkan maksudku.



Hei ~

Bagaimana menurutmu dengan hubungan kita saat ini… sebagai sahabat? Bukan hal yang sulit untuk mengubah sikapku agar kamu lebih nyaman bersamaku. Aku juga tak keberatan jika kamu memposisikan aku layaknya sahabat laki-laki seperti mereka, selama aku masih bisa bersamamu. Mungkin itu akan lebih mudah untuk kita.

Aku berjanji untuk tidak mengganggumu dengan wanita manapun, karena itu jangan buat hubungan kita lebih buruk dari ini. Aku yang tak pernah bisa lebih dekat denganmu, kumohon jangan menjauh dariku. Apakah ini bisa disebut sebagai cinta? Saat aku hanya puas dengan apa yang terjadi diantara kita, tak pernah berusaha lebih, tak pernah menyampaikan maksudku?

Apakah ini bisa disebut sebagai cinta? Saat aku tersenyum melihat bahagiamu. Saat aku me-sugesti diriku untuk terus menahan perih saat tahu duniamu adalah dia. Saat aku sadar bahwa kenangan kita tidak masuk dalam daftar bahagiamu.

Seandainya kamu tahu, namun aku tak ingin kamu tahu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Manusia yang bercita-cita bisa bangun jam 4 pagi setiap hari, kalau nggak jam 5 pagi lah.