Apa yang Tersisa Dariku Selain Secuil Cinta? Hatiku yang Berpijar di Dekatmu

Satu langkah berikutnya adalah ketidakberdayaan

Seperti kehilangan sebuah kepala, aku berjalan tertatih menyusuri sebuah kota yang hancur yang dalam benakku, benak dalam kepalaku yang tergeletak di suatu tempat. Seperti bekas diterjang tsunami. Aku menabrak puing tiang-tiang rumah, tersandung reruntuhan, dan tertusuk serpihan-serpihan kayu yang tajam. Sebuah bencana bisa menimpa kapan saja, seperti bintang jatuh. Oleh karena itu sebelum dijemput maut, aku bertekad untuk menemukanmu. Tanpa kepala, ini sejenis apa yang sering disebut orang-orang dengan cinta buta. Kedua tanganku menggapai-gapai kehampaan, berharap sebuah keajaiban bisa merenggutmu untuk kupeluk di suatu hari paling kelam. 

Advertisement

Pijar hatiku yang reduplah yang menerangi kegelapan hidupku. Walau tanpa kepala aku ragu kamu akan mengenaliku, aku berharap kamu dapat merasakan denyut jatungku yang bernafsu padamu, hatiku yang berpijar di dekatmu. Ketika aku sadar bahwa aku terpukau pada ide-ide cinta semacam itu, hal itu semakin membuatku porak-poranda. Aku hanyalah seonggok daging yang merasa berharga karena cinta. 

Aku ketakutan memikirkan kalau-kalau seluruh dunia menunjukkan kepadaku bahwa ada sesuatu yang lebih berharga dari cinta, aku akan langsung berubah menjadi seonggok daging di suatu tempat jagal, yang dikerumuni lalat. Warna jingga mewarnai siluet reruntuhan kota itu. Aku terpaku, agak menggigil. Malam akan turun. Rasa tragis menyergap hatiku yang rapuh. Apa yang tersisa? Pertanyaan itu terus mengusikku seperti hantu gentayangan. Apa yang tersisa dariku selain secuil cinta? Aku bahkan meragukan diriku sendiri. Aku bukanlah lelaki seromantis itu. Aku lelaki dengan lubang menganga di hatinya, seperti sebuah luka. Aku berjalan lagi dalam gelap dunia. 

Satu langkah pertama adalah keraguan. Satu langkah berikutnya adalah ketidakberdayaan. Aku akan menemukanmu. Aku akan menemukanmu. Kemudian kesunyian membentang di hadapanku, seperti memasuki ruang hampa. Aku dapat mendengar suara angin yang terdengar getir menggesek reruntuhan, seolah-olah sebuah ode untuk kematian. Secara tiba-tiba aku merasakan sebuah hantaman keras di bagian belakang punggungku.

Advertisement

Maut. Aku takut. Namun alih-alih merasakan sakit, hanya kedamaian yang meliputiku, membungkus diriku seperti seekor ulat yang menjadi kepompong. Seandainya aku menemukanmu. Benakku terus mengulang pengandaian itu. Seandainya aku menemukanmu. Kemudian aku hanya ingin meringkuk dan tidur.

Suara debur ombak samar-samar terdengar. Aku tidak terkejut kamu berdiri dihadapaku, cantik seperti bidadari. Jika pujian itupun terdengar basi, aku hanya ingin menutup mulutku agar berhenti mengungkapkan sesuatu yang tak sanggup menggambarkan kecantikanmu, hanya detak jantungku yang bernafsu dan pijar redup hatiku. Sesuatu mendadak surut di hatiku, aku ingin menangis, kemudian ketika tsunami cinta itu  pada akhirnya membanjiri setiap ruang di hatiku, aku sungguh-sungguh menangis seperti seorang perempuan. 

Advertisement

Aku hanya ingin menatap wajah-mu disepanjang sisa hidupku. Ketika kamu mengajakku ke suatu tempat dengan cahaya yang berkilauan dan dipenuhi tawa anak-anak yang lucu aku diserang ketakutan, aku ingin berbalik. Aku hanya ingin membakar puing puing kota itu bersamamu dan bercinta di suatu jarak sambil melihat kota itu secara perlahan lenyap, hanya untuk membuktikan teori bahwa terkadang cinta itu bisa sangat merusak. Aku hanya ingin kamu pasangkan lagi kepalaku di tempatnya untuk kamu pandangi mataku yang pesimis lalu mengecupnya. 

Aku hanya ingin kamu menggenggam tangan ku yang gemetar dan meyakinkan diriku yang dipenuhi keraguan bahwa aku bisa mengangkat kepalaku lagi dan memberikan salam hangat kepada dunia setelah porak-poranda karena bencana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati lezatnya rasa dan peristiwa yang terbalut kata-kata