Dalamnya arus waktu ini sayangku, terkadang hampir membuat kita tenggelam bahkan terombang-ambing ombak ketidakpastian. Kita serupa para pelari yang sedang mati-matian berusaha mencapai garis finish meski nafas tersengal-sengal.
Ah sayang. Kadang seorang perenang tangguh pun sering terbawa gelombang maha besar. Sedang kau dan aku tahu pasti, bahwa kita sama-sama tidak semahir perenang dan pelari tersebut.
Kita. Hanya berupaya mencari aman sendiri-sendiri. Saat ini. Tentunya.
Lalu?
Kapan kita akan berakhir pada garis yang sama?
Hingga kita bisa segera menuju garis finish yang sudah tertentukan sebelumnya meskipun belum tentu sampai.
Kau bisa saja bebas sekarang. Aku pun bisa memakai gaya apa saja ketika terbang. Kau bisa bebas berekspresi menggeluti semua hobimu. Aku pun begitu. Lantas, kapan kita sama-sama menggeluti hobi yang sama? Beriringan tangan, saling menopang langkah. Berupaya bersama. Berjuang bersama.
Ya, tetapi kita sama-sama tahu bahwa kita tetap tak bisa mengubah arah hasrat. Kau yang (mungkin) masih takut mengambil langkah. Dan aku yang takut memulai langkah. Ah, terlalu sama perasaan yang kita punya.
Tapi, di salah satu persinggahan. Jika kau bertemu aku dan menyapaku. Lalu telah memantapkan arah langkahmu serta memutuskan untuk berjuang bersama. Kita bisa berjanji demi apa saja, demi bulan, demi bumi, demi matahari, demi dewa-dewi, untuk bisa bersama.
Ya, walau emosi-emosi yang kita miliki tentu saja belum bisa bersinambungan nantinya. Aku tetap akan dan harus berupaya mengerti maksudmu. Dan kamu pun aku yakin pasti juga begitu. Setidaknya kita mengetahui untuk apa cinta diciptakan. Yaitu untuk menyatukan perbedaan. Lagipula, kita sedari awal memang beda. Kau lelaki, aku perempuan. Kau terlahir memimpin, aku terlahir tuk menemani.
Kita berkenalan karena cinta yang turut ambil andil mengenalkan. Kita tertawa, kita menangis, dan kita bertumbuh seiring arus waktu.
Lalu seiring waktu yang terus bergelombang, akan tiba juga saatnya tanggal yang telah pemilik waktu tetapkan. Perpisahan hadir setelah pertemuan. Atau bisa jadi sebelum pertemuan denganku, kau juga akan bertemu orang lain. Aku pun juga pasti begitu. Kita pelakon sandiwara. Tentunya sedang mengikuti arus skenario dari-Nya.
Ah, apa yang harus dirisaukan?
Tuhan telah menetapkan kapan mawar akan mekar. Seperti dia yang menetapkan kapan kita bertumbuh karena cinta. Jadi, sekarang yang bisa kusimpan dalam doa adalah semoga dia mempertemukan dengan cara baik dan ditempat baik.
Sementara yang paling layak untuk dikatakan sebenarnya hanya kata ‘Tetaplah sehat dan menua bersamaku. Demikianlah, inginku.
Tetapi, sayangku, aku ingin mengatakan kabar sedikit gembira kepadamu. Meskipun kita tak bisa memilih kapan bertemu dan berpisah, kita bisa memilih untuk bahagia. Mungkin itu satu-satunya pilihan yang tersisa untuk kita.
Salam
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”