Apa itu Doomscrolling, dan Dampaknya bagi Kita? Begini Menurut Sains!

Hati-hati, doomscrolling bisa menyebabkan kecanduan!

Pernah tidak sih kamu begadang hingga larut malam sambil scroll handphone dan membaca berita tentang pengeboman rudal di Ukraina, penculikan, pembunuhan, atau kekerasan seksual? Banyak dari kita yang tentunya melakukannya, tetapi hanya sedikit yang menyadari bahwa para ilmuwan menamai fenomena ini sebagai doomscrolling



Anehnya, kecintaan kita pada sesuatu yang bisa dibilang berdampak buruk ini sudah sangat lazim di zaman kita yang notabennya dipenuhi teknologi. Meskipun istilah ini belum masuk ke kamus, Merriam-Webster mendefinisikan doomscrolling sebagai kecenderungan seseorang untuk terus menjelajahi atau menelusuri berita buruk, meskipun berita itu sangat menyedihkan, mengiris hati, atau membuat depresi.



Seperti yang dijelaskan oleh studi terbaru di Komunikasi Kesehatan, psikolog meyakini bahwa doomscrolling juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental kita, lho. Wah, bagaimana bisa ya? Istilah tersebut tergabung dengan leksikon Amerika pada tahun 2020, tahun di mana terjadinya pandemi, lockdown, dan meningkatnya kekacauan politik. Nah, karena semua itu, banyak orang yang akhirnya menghabiskan lebih banyak waktunya dengan ponsel mereka.



Sebenarnya sih efek negatif media terhadap kesehatan mental bukan topik baru, para peneliti telah melihat penelitian sebelumnya tentang krisis modern ini, tetapi psikolog mencatat bahwa dampak negatif media, ditambah teknologi dan politik yang kacau, membuat doomscrolling menjadi sesuatu yang berbeda, karena bisa membuat seseorang mengalami stres.



National Academy of Sciences menerbitkan sebuah studi pada tahun 2014, mereka membandingkan stres yang disebabkan oleh paparan bom Boston Marathon vs liputan media tentang peristiwa tersebut. Hasilnya mengejutkan, karena liputan media jauh lebih buruk membuat seseorang stres.



Sebuah studi di Psychological Science menunjukkan bahwa gambar perang selama empat jam sehari bisa memperburuk gejala stres akut hingga tiga tahun setelah serangan 9/11 di World Trade Center. Studi tersebut bukan meminta kita untuk menghindar dari peristiwa dunia, tetapi penting lho bagi kita untuk mengatur berita yang kita konsumsi dan media sosial kita sendiri. Meskipun studi di atas muncul setelah internet, media seperti televisi dan film juga menjadi perhatian banyak orang, yang bertanya-tanya apakah berita dan hiburan dapat merusak kesehatan mental kita. 



Kecemasan karena efek kekerasan di media sebenarnya sudah ditangani dengan adanya penyensoran, seperti yang terjadi di televisi. Berita negatif sebenarnya memang dibuat untuk meningkatkan kesadaran kita akan masalah tersebut. Seperti dilansir The Guardian, beberapa orang tidak terlalu terpengaruh oleh berita negatif, tetapi ada juga yang malah terobsesi.  Kecenderungan kompulsif untuk mengonsumsi berita negatif itulah yang menjadi masalah bagi banyak orang.



Pada bulan Agustus tahun 2022, sebuah studi baru menunjukkan bahwa di era pandemi COVID-19, banyak orang yang terobsesi dengan laporan berita COVID-19, yang justru menyebabkan stres dan kecemasan lebih bagi banyak orang.  Seperti penelitian-penelitian sebelumnya, sisi kompulsif dari berita ini dianggap sebagai masalah utama.



Bryan McLaughlin, yang menulis penelitian ini, mengemukakan bahwa ada beberapa aspek konsumsi media yang dikategorikan bermasalah. Yang pertama mengacu pada penyerapan dalam narasi berita yang disajikan, lalu keasyikan kita membaca berita tersebut dan terobsesi untuk mengikuti perkembangannya, serta misregulation dan underregulation yanh mengacu pada kegagalan atau ketidakmampuan kita untuk menyaring berita-berita apa saja yang kita konsumsi. Terakhir adalah ketika obsesi berita ini merusak hubungan sosial kita dan aktivitas sehari-hari lainnya. Seperti membuat kita jadi selalu ingin menyendiri, dan menghindari interaksi sosial dengan orang lain. Akibatnya, doomscrolling ini menyebabkan semacam kecanduan.



Menurutku, tidak ada salahnya membaca berita tentang tema yang agak berat atau bahkan negatif, tetapi batasi waktu kalian dan cukup ambil pelajaran dari berita yang kamu lihat itu. Jika kamu terus-menerus memikirkan tentang berita negatif itu, kamu wajib mengatur informasi yang kami konsumsi di dunia digital, dan stop mencari tahu kelanjutan beritanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Killing my time with arts, literature, phraseology, visualization, and manipulate. https://ameliasolekha.blogspot.com/