Penyebaran virus corona atau covid-19 yang kian mengkhawatirkan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk melakukan tindakan preventif terhadap penyakit pendemi ini. Kekhawatiran masyarakat Indonesia meningkat dengan Indonesia menjadi Negara dengan tingat fatalitas kematian tertinggi yaitu 9%. Sejak kasus pertamanya awal Maret lalu, kasusnya kerap meningkat setiap hari. Per 30 Maret 2020 sebanyak 1414 orang positif, 64 lainnya sembuh, dan 114 orang meninggal.
Korban yang tersebar di seluruh Indonesia dan angka fatalitas kematian yang tinggi membuat kita waspada. Pemerintah pusat, daerah, instansi-instansi,universitas hingga sekolah telah mengeluarkan surat resmi untuk self quarantine atau karantina mandiri di rumah selama kurang lebih 14 hari atau bisa menjadi lebih untuk menghindari cepatnya penyebaran covid-19. Apabila ada kebutuhan yang mendesak untuk keluar rumah seperti membeli bahan makanan dan lain-lain, untuk menghindari penyebaran virus kita harus menjaga jarak satu sama lain atau social distancing.
Self quarantine berarti menetap dirumah saja selama 14 hari, melakukan pekerjaan ataupun proses perkuliahan secara online dari rumah.
Menetap di rumah tanpa beraktivitas di rumah tentunya dapat menjadi aktivitas yang sangat membosankan. Terutama untuk orang yang tidak tinggal dengan keluarga, anak kos misalnya. Orang yang tinggal sendirian seperti halnya anak kos cenderung lebih cepat bosan, apalagi hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang, 2 minggu. Untuk seseorang dengan kepribadian introvert yang suka menyendiri dan menghindari bersosialisasi dengan banyak orang mungkin hal ini terasa ringan.
Namun bagaimana dengan si ekstrovert yang sangat terbuka dengan lingkungan sosial dan suka bergaul? Hal ini tentulah hal yang berat. Tidak betemu dengan teman-teman, tidak bisa nongkrong di kafe favorit, tak bisa ngobrol dan tertawa bersama. Self quarantine bisa menjadi masalah besar bagi seorang ekstrovert karena mereka sangat terbiasa dengan kebersamaan. Kecenderungan besar untuk merasa bosan dan tidak betah untuk tinggal dirumah saja adalah dasar masalahnya. Untuk mengatasi masalah ini, kita dapat menggunakan teknologi yang tersedia.
Sosial media dan internet adalah jawabannya. Kita tetap dapat bersosialisasi dengan sosial media. Face time atau video call adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan seorang introvert saat self quarantine. Bertatap muka dengan keluarga dan teman lewat laptop dan telpon seluler tampaknya dapat mengobati kebosanan. Selain itu mejalin hubungan jarak jauh sengan keluarga dan teman juga dapat membagun quality time dan kelekatan emosional. Jadi setidaknya meskipun tidak keluar rumah kita tetap tak merasa bosan. Jika hal-hal seperti ini tak dilakukan, maka kejadian terburuk yang akan terjadi adalah depresi. Stress akibat tak bisa keluar rumah dan kerjaan atau tugas kuliah yang menumpuk tanpa hiburan teman, tidak bisa makan di luar atau sekedar bermain-main.
Namun, dibalik banyaknya manfaat yang kita dapatkan dari sosial media kala mengadapi covid-19 dengan stay di rumah, ada juga dampak buruknya. Stress, melihat banyaknya berita tentang covid-19 bertebaran di sosial media, naiknya angka kematian korban dan bertambahnya pasien positif. Belum lagi hoax-hoax yang bertebaran social media. Hal ini dapat membuat kita semakin kepikiran, menjadi cemas dan khawatir takut-takut akan menjadi korban selanjutnya. Oleh karena itu dibutuhkan pula adanya social-media distancing.
Apa itu social-media distancing?
Secara bahasa berarti menjaga jarak dalam bersosial media.
Tujuannya tentu saja untuk mengurangi stress dan menghindari berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Contohnya saja, pada awal hebohnya kasus penyebaran virus corona, tersebar berita palsu lewat grup Whatsapp yang mengatakan bahwa virus ini dapat menyebar lewat barang asal China, seperti gadget. Virus dapat menyebar lewat speaker dan layar gadget tentunya sangat tidak masuk akal, namun masih ada masyarakat awam yang mempercayai berita bohong tersebut. Oleh karena itu social-media distancing perlu dilakukan agar kita dapat memilah-milih bacaan dan berita yang tepat dan jelas sumbernya serta valid isinya.
Tidak hanya lewat aplikasi bertukar pesan seperti Whatsapp, lewat social media seperti twitter juga memberikan dampak stress. Seminggu yang lalu ketika lockdown mulai ditetapkan, hamper setiap hari saya membuka Twitter untuk mencari berita terkait dengan covid-19. Banyak sekali berita yang saya dapatkan, banyak pula pengetahuan yang saya terima. Hal ini bukan membuat saya menjadi lega karena banyak tahu, malah semakin banyak tau saya semakin cemas dan takut. Daripada cemas dan takut pada akhirnya saya mengurangi intensitas mencari berita taerkait covid-19 di social media.
Untuk menjaga pikiran tetap positif dan sehat sehingga dapat meningkatkan imunitas, ternyata kita juga harus melakukan social-media distancing. Setiap hal memiliki sisi baik buruknya. Adanya sosial media membantu kita keluar dari stress akibat tak bisa keluar rumah dan bersosialisasi, namun juga dapat membuat kita stress jika terlalu banyak membaca berita tak mengenakkan. Oleh karena itu semua yang digunakan secara berlebihan tidak menghasilkan sesuatu yang baik, bijaklah dalam menggunakan sosial media.
Berbagai cara harus dilakukan agar tahan untuk self quarantine. Karena, mengisolasi diri sendiri berarti kita ikut berjuang melawan covid-19. Apabila hal ini tidak dilakukan, orang-orang berusia muda dengan imunitas lebih baik daripada orang yang berumur berpotensi besar menjadi carrier atau penular covid-19. Virus ini cukup mematikan, penyebarannya sangat cepat dan beberapa kasus tidak menunjukkan gejala. Sehingga sangat dibutuhkan kegiatan preventif seperti social distancing dan self quarantine untuk memutus rantai penyebaran dan menurunkan angka fatalitas kematian akibat covid-19.
Untuk itu tetaplah dirumah dan melakukan self quarantine selama 14 hari. Makan makanan sehat dan bergizi, mejaga kebersihan, lakukan hal-hal positif anti depresi dan lakukan social distancing jika terdesak harus keluar rumah dengan alasan penting. Sehingga penyebaran virus covid-19 dapat dihentikan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”