Anjing, mungkin seperti itulah mereka memanggilku. Sebagai anjing kampun, aku tidak mengerti mengapa mereka selalu memanggil namaku ketika bercanda atau berkelahi dengan sesamanya. Aku tidak begitu paham dengan sifat manusia yang unik, Kadang aku ingin tertawa lepas ketika melihat mereka bekejar kejaran sebari memanggil namaku.
Ya, Tuhan menciptakan sesuatu yang nyata, tetapi, kebodohan manusia yang membuat semuanya menjadi unik. Kadang aku berpikir bahwa aku seorang selebritis yang sangat diagung-agungkan, sehingga mereka selalu menyerui namaku.
Aku anjing jalanan, lahir di sebelah got dekat TPU. Kamu tahu apa itu TPU? Iya tempat manusia yang sudah tidak bisa bergerak dibungkus lalu dimasukan dan ditutup dengan tanah. Aku tidak begitu paham mengapa mereka menguburkannya, mungkinkah manusia itu sudah tidak terpakai lagi oleh mereka? Atau bagaimana? Atau suatu saat akan digali lagi untuk di keluarkan lagi seperti tulang yang selalu aku kubur?
Mengapa manusia itu juga tidak protes ketika mereka mulai meninggalkannya? Aku tidak mengerti, yang aku mengerti adalah mencari makan dan hidup. Meskipun kadang aku ditendang karena mengambil sebongkah tulang, bahkan aku sering diteriaki Anjing.
Hidup sebagai Anjing itu terkadang mengasyikkan, kamu tidak harus memakai pakaian, kamu tidak harus berselisih dengan temanmu. Ya, hidup seperti ini penuh kedamaian meskipun kelaparan selalu menjadi temanku setiap hari.
Tetapi tidak apa, aku bersyukur meskipun mereka selalu meneriakan namaku setiap hari. Hingga suatu saat laparku tak terkendali, cacing di dalam perutku mengamuk siap menggerogoti lambungku, aku hanya bisa mencari cari tempat sampah untuk memungut apa yang bisa aku makan.
Teringat saat itu, aku mencoba menyebrangi sebuah persimpangan dengan berlari, namun sialnya aku. Aku malah terserepet motor, dia meneriaku “dasar anjing” aku yang lemah tak berdaya hanya bisa berpasrah diri. Tergeletak menahan lapar dan kesakitan.
Hingga saat gelap sudah menyelimuti seluruh mataku, dia membawaku. Aku tidak tahu siapa dia. Dari suaranya begitu berat, kurasa ini pertanda buruk untukku. Ya, aku mau Anda goreng, cincang atau dijadikan sop anjing silakan. Aku berpasrah diri. Biarkan aku bertemu dengan keluargaku yang sudah dijadikan “anjing panggang” oleh mereka.
Aku kadang tidak mengerti, mengapa manusia ingin makan hewan sepertiku, padahal aku kan lucu dan imut, aku juga selebritis dunia. Hmppp… dalam renunganku dia membawaku ke sebuah tempat di mana banyak sekali Anjing sepertiku tinggal.
“Hei Anjing, kamu kenapa, Njing?” teriak Anjing berwarna hitam.
Aku dengan lemas berkata “aku belum makan, Njing, lapar rasanya perutku."
Namun, anjng itu hanya tertawa dan berkata: "Tinggalah bersamaku di sini. Di sini banyak sekali makanan, kamu tidak akan kurus seperti itu, Njing."
Aku hanya tersenyum sembari menahan kakiku yang terluka.
“Njing, sabar ya, Njing,” ucap laki-laki yang menyelamatkanku sebari terus mengelus kepalaku. Ya, aku merasakan sesuatu yang berbeda, dia sepertinya menyayangiku. Aku mulai jatuh cinta pada manusia ini, apakah dia juga mencintaiku? Aku kadang merasa kasihan padanya harus jatuh cinta pada Anjing kampungan sepertiku. Tetapi aku tidak apa, mekipun cinta kita berbeda jenis, aku tidak apa.
Hingga siang dan malam berlalu, aku sudah menjadi anjing cantik kembali. Kerjaku hari ini hanya melihatnya berangkat meninggalkan tempat tinggalnya dan menunggunya di persimpangan jalan. Hingga dia menyambutku dan kita kembali pulang ke rumah. Tidak lupa juga hobi kami adalah berjalan jalan di taman sebuah kota, aku sangat senang. Karena itu bisa meregangkan semua otot dan kakiku. Pada hari itu dia kembali bertemu dengan seorang dokter cantik yang waktu itu menyelamatkanku. Cemburu? Jelas, meskipun aku seorang Anjing kadang aku cemburu tetapi aku sadar diri, mereka sejoli yang sepertinya sangat cocok untuk disatukan.
Pernah suatu ketika, majikanku mengusap-ngusap kepalaku sebari berkata “Njing, aku menyukai dokter wanita itu, apakah aku bisa mendapatkan cintanya ya?” aku hanya mengonggong kemudian dia berkata kembali “Kadang aku merasa bodoh, seakan kamu bisa mengerti perkataanku, kamu kan Anjing. Hmpp.. tapi aku tidak apa, meskipun kamu anjing kamu kesayanganku” aku hanya mengibas ngibaskan ekorku dan menutup mataku, aku mengerti maksudmu tetapi bahasa kita yang berbeda membuat komunikasi kita begitu sulit.
“Sayang, nanti hari sabtu kita bertemu di taman kota ya? Aku punya sesuatu buat kamu.”
Sebuah perkataan yang dia ucapkan kepada kekasihnya. Aku merasa senang ternyata dia akan melamar kekasih hatinya. Meskipun sulit, sebagai anjing sejati aku merelakan majikanku mendapatkan yang lebih baik dariku.
Ya apalah dayaku, aku kan hanya seekor anjing. Akhirnya waktu itu tiba. Parfumnya begitu menyengat, rambutnya dia rapikan, bahkan kumis tipis dan jenggot yang selalu menghiasi wajahnya hilang. Dia sangat tampan dan bersemangat.
“Anjing, mari kita ketaman kota, aku mau melamar Indah kekasihku,” ungkapnya, dan aku mengiakan.
Sesampainya di taman kota, majikanku diam menunggu aku pun ikut menunggu sebari berduduk dan menjulurkan lidahku. Hingga hujan tiba, akhirnya dia membawaku menepi, dia tidak mau buluku yang sudah bersih ikut kotor karena terkena percikan air hujan. Kemudian dia mulai menelepon Indah, tetapi, entah kenapa raut mukanya berubah pucat, tanpa banyak basa basi dia langsung berlari dan menyebrangi jalan.
Aku yang terkaget tertarik dan leherku tercekik. Aku menahan dengan keempat kakiku namun dia terus menarikku hingga hampir menyeretku. Dan apa yang tidak aku harapkan terjadi, majikanku tertabrak mobil dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Darahnya mengalir deras mewarnai hitamnya aspal.
Aku hanya berteriak agar seseorang menolongnya, plis, aku hanya seekor anjing tidak kuat aku untuk mengangkatnya. Tolong aku orang orang, tolong aku. Aku hanya menggonggong, berharap seseorang menolongku, namun mereka hanya mengeluarkan benda kotak aneh dan menghasilkan kilauan seperti kilat.
“Wah kasihan, ada korban tabrak lari,” ungkap seseorang.
Kesedihanku tak terbendung, aku hanya menangis tersedu sedu, hingga akhirnya mobil dengan kunang kunang berwarna merah dan biru menghampiri membawa majikanku kesebuah tempat yang asing. “Awas Anjing, kamu tidak boleh masuk,” kata seseorang berjas putih yang membawa sedotan yang dia gantungkan di lehernya.
Kemudian ada seseorang yang datang dan memberitahukan orang lain lewat sesuatu yang tadi menghasilkan kilauan kilat “Pak, Pak, Nandar kecelakan, Pak,” jawab pria itu. Aku tidak mengerti tetapi sesaat itu ayah dan ibu majikanku datang ke tempat itu. Hingga beberapa menit kemudian, mobil itu kembali melaju ke arah rumah majikanku. Aku sebagai anjing tidak ingin tertinggal, aku berlari mengejarnya tidak peduli pada hujan atau badai, aku berlari dan terus berlari hingga bayanganku hilang ditelan sirine ambulans itu.
Kedua orang tua Majikanku menangis tak kuat menahan air matanya tas dan semua peralatan yang majikanku bawa dikeluarkan, aku melihat secarik amplop yang aku tahu, itu berisi cincin untuk Indah. Di saat mereka lengah aku membawa surat itu. Hingga saat itu, majikanku masih dibungkus plastik kuning di bawa menuju tempat tinggalku dulu. Tangis pecah dikala itu, Indah datang dengan wajah yang lebih lebam dari semuanya.
Dia bersama seorang pria, tinggi tetapi kurus. Aku tidak tahu siapa dia, dia menangis di tempat mejikanku dikuburkan. Aku sebagai Anjing tidak mengerti apa apa, aku hanya ingin memberikan surat dan cincin yang pernah majikanku bawa. Ternyata itu malah membuatnya semakin tertekan dan menagis begitu keras.
Aku tidak mengerti. Aku hanya seekor Anjing tak berperasaan dia menangis dan terus menangis, hanya lelaki itu yang menemaninya. Hingga gelap tiba mereka mulai meninggalkan majikanku. Aku sebagai Anjing hanya akan menunggu majikanku terbangun kembali.
Tidak peduli panas atau hujan aku hanya menunggu di sini. Hingga suatu saat wanita bernama indah itu kembali datang dengan seorang anak kecil yang digendongnya bersama pria asing itu. Aku yang lemah hanya bisa terdiam dan bersimpuh, sembari menunggu majikanku bangun dari tidur panjangnya.
***
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”