Anjani, Kisah Ini Seperti Dongeng Tentang Cinta yang Tak Kenal Jeda

 

Advertisement

Anjani sayang, bersama pesan ini kutulis untuk dirimu, aku ingin membawamu berlayar ke tengah lautan, barang kali kita bisa menyaksikan lumba-lumba terbang dan burung elang berenang. 

Anjani sayang, kutulis pesan ini karena aku tahu untuk menjemputmu di istana tidaklah mudah, peluru-peluru itu bisa saja menancap di dadaku bahkan di kepalaku.

Anjani sayang, akan kucari sebutir mutiara di dasar lautan, barang kali mutiara itu bisa kutukarkan dirimu dari keluargamu. Aku tak peduli seberapa dinginnya dasar lautan, tapi setidaknya aku membeku karena cinta.

Advertisement

Anjani sayang, setelah kudapatkan mutiara itu, kita bisa melihat senja berdua bersama alam yang merayakan cinta kita. Tapi maaf Anjani, bila aku tak kembali menjemputmu, kau cari saja kapalku, lalu tenggelamkan saja diriku di dasar lautan.Barang kali kaupun bisa membaca pesan cinta yang kutulis di dinding kapal. Jangan menangis, Anjani.

Kau harus lihat Anjani, saat aku berhasil menaklukan gelombang yang besar, derasnya hujan dan melompat ke lautan yang dingin itu, aku hanya terus membayangkan dirimu menungguku di atas kapal dengan penuh kecemasan. Ketika aku selesai, kau memeluku. Aku hampir menyerah saat aku tak dapat menemukan mutiara itu. Ingin rasanya aku mati saja karena membuatmu cemas di atas kapal lalu kau pulang. Tapi karena cinta, aku tak mau kau menjadi wanita yang paling menyedihkan karena memikirkanku.

Advertisement

Sampai akhirnya aku temukan mutiara itu dan aku kembali ke kapal. Aku kedinginan, Anjani. Bersama mutiara yang kutemukan ini, aku terus memeluknya karena aku tahu kaulah mutiaranya, sambil kutulis pesan-pesan di dinding ini dengan tubuh yang mulai kaku dan kapal berlayar.

Anjani sayang, dari kejauhan aku sudah melihat kau di tepian dermaga itu dengan baju coklat dan sebuah senyuman darimu. Aku tak sabar ingin memelukmu, Anjani. Kan kuserahkan mutiara ini untuk ayahmu.

Aku tidak bisa tak menangis membaca pesan darimu ini, Jaylani. Bagaimana mungkin aku sudah menunggumu di tepian dermaga dan kau mati sia-sia? Sendainya kau tak berteriak memanggil ayahku di istana, mungkin kita bisa melihat senja yang kau bilang itu. Hanya karena mutiara bodoh yang ingin kau berikan ke ayahku lalu kau mati tertembak.

Aku masih ingat senyuman darimu itu, Jaylani. Senyuman dengan penuh harapan bahwa kau bisa membawaku pergi. Aku hanya terus meraba membaca kata demi kata yang kau tinggalkan di dinding kapal ini bersama mutira bodoh yang membuatmu mati.

Sejak peluru itu menancap di dadamu, aku langsung segera naik ke kapal ini dan pergi meninggalkan istana. Satu per satu peluru dari ayahku mulai mengarah ke kapal ini, Jaylani. Aku tak tahu ayah macam apa yang rela menembakkan peluru ke arah anaknya sendiri. Jaylani sayang, maaf aku tak bisa tak menangis karena melihat wajahmu yang pucat dan penuh darah ini, aku terus memelukmu, selayaknya kau memeluk mutiara itu saat kau kedinginan. Jaylani sayang, percayalah kau dan aku tetap bisa melihat senja sembari merayakan cinta kita bersama alam.

Jaylani sayang, langit sudah mulai terang. Aku sekarang bisa melihat lumba-lumba terbang dan burung elang berenang yang kau maksud itu, aku tersenyum, tapi sayang kita tak pernah melihatnya bersama-sama. Jaylani sayang, aku tak tahu apakah aku harus membiarkamu pergi dengan tenang atau aku harus tetap memelukmu di kapal ini. Aku takut setelah aku membiarkanmu pergi, aku sendirian menjadi wanita paling malang.

Jaylani sayang, tapi jika kau menginginkan mayatmu ini tenggelam di dasar laut akan kulakukan, aku siap, tapi tunggu senja tiba. Kuharap cuaca begitu baik hari ini.

Senja telah tiba, Jaylani. Aku dan kau telah menyaksikannya. Walau matamu tertutup, tapi kau tersenyum. Aku menangis, Jaylani. Hatiku terus berkata “Bodoh! Bodoh!”

Jaylani sayang, sudah saatnya aku biarkan kau tenggelam di lautan ini, aku tidak tahu kenapa langit yang cerah sekarang mendadak hujan bersama gelapnya malam. Air mata ini tak bisa berhenti, Jaylani. Rasanya tak rela hidup sendiri tanpa dirimu.

Aku ikut Jaylani, ya. Ikut bersamamu ke dasar lautan, menemanimu tertidur pulas. Mataku terpejam masih tetap memelukmu, sama-samar langit mulai hilang, dalam hati selalu ku katakan–jangan lepaskan aku.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria yang mengaku kenal dengan Brontosaurus saat ia sedang tertidur sehingga mengganti nama social medianya menjadi Javiersauruss, ia dilhirkan di kota yang penuh misteri yang di sebut Pontianak pada tanggal 8 oktober 1999 mengaku tampan tapi tetap saja ia tidak lebih tampan dari Bapaknya. Pria ini sedang melanjutkan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta. Pria ini sangat berharap ada orang yang mau membantu untuk mengkoreksi setiap tulisannya..