Selama ini semua orang menganggap parkir di Jakarta adalah suatu keharusan. Tapi apakah ini benar? Parkir di lahan yang dirasa cukup tersedia ternyata mengiming-imingi masyarakat untuk membawa mobil pribadi tanpa mempedulikan kemacetan. Parkir sebenarnya merupakan faktor yang sering diremehkan, namun kontribusinya terhadap krisis perumahan perkotaan dan kurangnya ruang terbuka hijau diabaikan. Apalagi tanpa disadari, semua orang, termasuk yang tidak memiliki kendaraan, juga mengesahkan peraturan pemerintah untuk mensubsidi parkir.
Lahan parkir tidak mengurangi beban kota, tetapi memperburuk kehidupan warga perkotaan dan memperburuk perkembangan kota, karena ruang terbuka hijau dan perumahan kota yang membangun tempat parkir tergerus. Bahkan mendirikan tempat parkir di kota besar seperti Jakarta bisa menimbulkan masalah besar. Ketersediaan lahan dan tempat parkir tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang meningkat seiring meningkatnya aktivitas warganya. Dibanding mengadakan lahan parkir yang membutuhkan lahan luas, penyediaan gedung parkir berkapasitas jumbo merupakan opsi masuk akal bagi Jakarta. Bila biaya untuk membangun gedung parkir seperti di perkantoran dan perbelanjaan mewah terlalu besar sebab butuh lahan luas, ada opsi gedung parkir otomatis yang lebih hemat tempat.
Bagi banyak orang mobil bukan barang mewah, tapi barang modal yang dibutuhkan untuk mencari nafkah. Menurut pengamat tata kota Yayat Supriatna, rencana yang disampaikan Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat tersebut sangat baik. Tetapi penerapannya secara tegas tidak mungkin efektif jika pemerintah tidak menyiapkan jalan keluarnya. Sebelum diterapkan, peraturan yang dibuat tiga tahun lalu oleh Mantan Gubernur Basuki Thajaja Purnama tersebut semestinya diikuti upaya rekonstruksi konteks pembangunan penerapan aturan lebih lanjut. Misalnya, membangun gedung-gedung parkir atau menyediakan lahan untuk parkir bersama di pemukiman padat penduduk serta sentra aktivitas ekonomi.      Â
Karenanya, deretan mobil parkir di jalanan padat penduduk di pelosok Jakarta menjadi pemandangan yang biasa. Meski menyita waktu kegiatan pencarian parkir dan antrian di luar gedung, namun area parkir masih melumpuhkan jemaah kota. Meski menyita waktu kegiatan pencarian parkir dan antrian di luar gedung, namun area parkir masih melumpuhkan jemaah kota. Tempat parkir sama sekali tidak cocok untuk aktivitas manusia, apalagi pada malam hari. Jika parkir liar tetap ada, maka akan menimbulkan kontroversi, tidak hanya merusak keindahan kota, tetapi juga mengorbankan ruang dan kenyamanan pejalan kaki.
Trotoar biasanya menghadap tempat parkir, bukan bangunan dan etalase yang menarik, sehingga pengalaman berjalan kaki di Jakarta tidak menarik. Â Bangunan parkir sama sekali bukan ditujukan untuk aktivitas manusia, terutama di malam hari. Parkir di luar gedung (di depan ruko atau di badan jalan) bukan hanya merusak keindahan kota, tapi juga mengorbankan ruang dan kenyamanan pejalan kaki. Trotoar biasanya menghadap tempat parkir, bukan bangunan dan etalase yang menarik, sehingga pengalaman berjalan kaki di Jakarta tidak menarik. Karena sulitnya menemukan tempat parkir di Jakarta, tempat parkir liar di jalan atau trotoar menghalangi pejalan kaki. Dengan cara ini, penanggung jawab kantor sub layanan pengendali lalu lintas dapat menindak kendaraan yang telah diparkir secara ilegal. Misalnya, menderek mobil atau mengunci ban mobil di tempat parkir ilegal.
Oleh karena itu, beberapa mall di Jakarta telah membuat tempat parkir khusus wanita, dirancang untuk memfasilitasi pengemudi wanita dan menarik perhatian wisatawan, serta mengatasi masalah parkir tersebut sehingga mobil mereka dapat ditempatkan di lokasi yang strategis, dekat dengan pintu masuk dan lainnya. Kebijakan parkir minimum Indonesia saat ini telah menyebabkan tempat parkir bermunculan seperti jamur, dan pusat kegiatan baru kota juga meningkat. Bayangkan, setidaknya tiga perempat luas bangunan harus digunakan sebagai tempat mobil pribadi berdiam diri selama beberapa jam.           Â
Meski belum ada solusi untuk masalah keterbatasan tempat parkir, kini pengguna mobil bisa menggunakan cara parkir yang sederhana. Parkir wanita tidak terlalu penting. Arti kata tidak penting sebenarnya tidak perlu ada karena disalahgunakan seperti pria yang ingin bertukar tempat duduk dengan wanita untuk mendapatkan tempat parkir. Berdasarkan survey, mengatakan justru yang penting adalah parkir untuk difabel agar dekat dengan pintu masuk. karena dengan begitu para difabel bisa lebih dekat dengan pintu masuk. Difabel harusnya lebih diprioritaskan agar pengunjung mal yang difabel mendapat kemudahan.           Â
Biasanya tidak banyak tempat parkir untuk wanita, tetapi tempat yang luas. Hanya cocok untuk tiga sampai empat mobil. Padahal, ini area yang luas karena diyakini perempuan tidak pandai parkir. Oleh karena itu, banyak ruang yang dibebaskan agar perempuan bisa parkir dengan leluasa. Hal ini juga seolah menegaskan bahwa kemampuan mengemudi perempuan kurang begitu baik, khususnya keterampilan parkir. Faktanya tidak semua wanita bisa parkir di parkiran wanita ini, dan masih banyak orang yang parkir di parkiran non wanita.
Bagi para wanita, tujuan dari tempat parkir khusus ini adalah untuk mengatasi beberapa pengemudi yang sering menemui kendala saat hendak parkir, sehingga pengemudi lain ladies parking ini tidak perlu ada karena tidak semua bisa mendapat tempat di ladies parking, selain itu tempat yang disediakan hanya untuk tiga sampai empat mobil saja. Ini bukan tentang cari parkir itu susah, tetapi masalah parkir adalah siapa cepat dia dapat. Oleh karena itu walaupun masih ada yang mengatakan bahwa parkir wanita itu penting karena sulitnya mencari tempat parkir, dan karena supir wanita harus mempunyai tempat parkir yang luas untuk mengatasi masalah tersebut, tidak demikian. Mencari tempat parkir memang sulit, tapi kita juga harus menghormati orang lain agar bisa parkir secara adil di tempat yang disediakan.           Â
Dalam jangka panjang, kita harus meningkatkan kepadatan spasial. Untuk tujuan ini, kita harus mengadopsi seperangkat kebijakan baru yang ditujukan untuk pejalan kaki. Oleh karena itu, tidak perlu lagi memiliki kendaraan pribadi, dan kebutuhan parkir pun akan berkurang. Pemerintah juga harus mendorong pembangunan multiguna agar lahan dapat digunakan secara efektif jika perlu parkir. Oleh karena itu, tidak perlu lagi memiliki kendaraan pribadi, dan kebutuhan parkir pun akan berkurang.Ketika suatu kawasan menjadi tempat berbagai aktivitas, dimungkinkan dan bermakna untuk menyediakan ruang parkir bersama.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”