Pa, Ma, Kami ini Anakmu, Bukan Propertimu. Stop Emotional Blackmail dan Tolong Hargai Keputusan Kami

Pa, Ma, tolong sadari, kita ini cuman anakmu, bukan milikmu. Kami terlahir dengan tujuan hidup yang berbeda dengan kalian.


All parents damage their children. It cannot be helped. Youth, like pristine glass, absorbs the prints of it handlers. Some parents smudge, others crack, a few shatter childhoods completely into jagged little pieces beyond repair.

Advertisement

– Mitch Albom, The Five People You Meet at the Heaven –


Orang tua sering bilang kalau mereka lebih berpengalaman, lebih mengerti tentang hidup. Apalah kita anak kecil yang baru gede, gak ngerti apa-apa. Bermimpi mau jadi seniman? Musisi? Atau profesi lainnya yang tidak pasti menghasilkan puluhan juta Rupiah per tahun? Gak bisa! Pasti gagal! Lebih parah lagi kita juga ditakut-takuti katanya kalau ngotot, kita bisa miskin melarat, kecuali kalau kita jadi dokter atau profesi lain yang orang tua mau.

Apapun yang dilakukan dan dipilih oleh kita pasti salah dimata orang tua. Entah karena pikiran sempit mereka, atau karena kita melakukan suatu hal yang mereka tidak pernah lakukan sebelumnya. Segala hal yang kita kerjakan harus sesuai kehendak mereka dan dilaporkan kepada orang tua. Seakan-akan kami hanya karakter di game rumah-rumahan yang dikontrol dari lahir, kapan istirahat, pilihan karir, bahkan cara matinya, bukan manusia yang punya kehendak dan hidup sendiri.

Advertisement

Berdalih ini demi kebaikan anaknya, atau agar kami tidak mengalami kesulitan di masa yang akan datang. Ada juga yang beralasan karena temannya yang entah darimana pernah memilih jalan itu lalu gagal. Padahal mungkin hanya langkah kita dan mereka yang pernah gagal yang sama, bisa jadi nasib kita berbeda.

Pa, Ma, tolong sadari, kita ini cuman anakmu, bukan milikmu. Stop berpikir kalau kalian gak mungkin salah dan kami, anakmu berkewajiban untuk harus selalu menuruti apa maumu. Kami terlahir dengan tujuan hidup yang berbeda dengan kalian. Bahkan, sebenarnya kami juga tidak pernah minta untuk dilahirkan di keluarga ini kok. But you choose to have kid(s) and give birth to us.

Advertisement

Kami juga manusia dengan akal dan kehendak sendiri. Mungkin kami tidak hidup selama kalian di bumi ini, tapi ajaran-ajaran yang kalian wariskan kepada kami hingga sekarang, harusnya sudah lebih dari cukup. Kami sudah besar, bukan lagi anak balita yang gak bisa apa-apa. Kami sudah bisa mencari makan sendiri, kami bukan anak kecil yang makannya berantakan, atau anak bayi yang hanya bisa menangis kalau lapar.

Tau nggak Pa, Ma, kalian selalu mendikte jurusan apa yang harus kami ambil, kegiatan apa yang harus kami lakukan, bahkan saat kita berhasil keluar dari tahun-tahun pemaksaan dan penuh siksaan dikuliahan yang tidak sesuai minat kami ini, kami masih harus didikte profesi apa bahkan tempat bekerja seperti apa yang harus kami pilih. Saat kami memilih jalur lain, dengan seenaknya kalian berkata kami anak durhaka, tidak tahu diri, dan sebutan-sebutan lainnya.

Kalian boleh lebih tua, tapi itu bukan jaminan kalian akan lebih bijaksana. Karena emotional blackmail ini, kami sekarang jadi tidak mengenal siapa diri kami sebenarnya. Kami juga tidak mengerti bagaimana cara menilai baik diri kami sendiri. Kami tidak tahu harus menjadi apa selain yang kalian mau, dan bagaimana harus bertindak kalau tidak diperintah oleh kalian.

Di saat kami mencoba untuk tegar dan pasrah, kalian malah semakin semena-mena. Saat kami mencoba membicarakan masalah ini baik-baik, kalian malah menyakiti kami dan membuat kami merasa tidak berharga.

Pa, Ma, ketahuilah di saat kalian menyakiti kami, kita tidak akan berhenti mencintai kalian, tapi kami berhenti mencintai diri kami sendiri.

Disclaimer: Artikel ini diangkat bukan untuk menghujat orang tua atau mengajak anak membangkang melawan ortu. Tapi sebagai reminder, hidup anak bukanlah milik orang tuanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Spilling irregular ideas through words