Anak Rantau Rindu Kampung Halaman

Dua tahun lebih berpisah dari Papa dan Mama. Bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Begitu banyak sesak dan air mata yang membasahi bumi. Kala sakit tiada yang menemani, dan kala dibalut masalah tak ada yang dijadikan tempat bersandar.

Advertisement

Kelaparan dan kekeringan uang saku menjadi problema yang biasa dan wajib dirasain oleh anak rantau seperti saya yang di hadiahkan Allah dengan keluarga sederhana. Saya menuliskan kisah nyata ini bukan untuk niat di kasihani, melainkan dengan harapn tulisan ini dapat menjadi gambaran dan motivasi bagi kawan-kawan yang sedang menjalani pendidikannya jauh dari kampung halaman.

2014, awal pertama saya menuju kota perantauan. Di tahun pertama kuliah saya pulang kampung hingga 4 kali. Tahun kedua 2 kali, dan tahun ini belum sama sekali. Di tahun pertama, keluarga di kampung berjatuhan sakit, dikarenakan saya memang tidak pernah berpisah jauh dari mereka. Itu yang menyebabkan saya sering pulang.

Meski di zaman sekarang teknologi sudah canggih, seperti video call atau teleponan dengan tatapan muka, namun itu semua tidak mengubah sedikitpun kerinduan ini. Hari-hari perkuliahan di kota rantau, saya habisi untuk belajar, berorganisasi dan bekerja.

Advertisement

Hampir setiap minggu diadakan rapat dan kegiatan, menjadi bagian dari sekretaris, bendahara, konsumsi dan kesehatan merupakan makanan saya. Terkadang jarang di rumah, lupa makan, lupa mandi, pulang larut dan sakit kepala menjadi bagian dari pelengkap kisah saya menjadi anak rantau. Ketika di kampung dulu, Mama tidak pernah memberikan ijin bagi saya untuk bekerja, sehingga ketika saya jauh seperti saat ini, saya memberanikan diri dan tekad yang bulat untuk belajar mencari uang dari hasil keringat sendiri.

Mulai dari bekerja di tempat sate dan bakso, apam pinang dan kue, menjagi guru honorer di sebuah TK dan terakhir menjadi tenaga pendidik di TPQ. Semua saya lakukan dengan keterlapangan hati. Sehingga hasil yang didapat, insyaallah akan baik pula.

Advertisement

Di kota rantau ini, saya mempunyai banyak sekali keluarga. Namun, saya tidak mau menyusahkan mereka di karenakan satu pesan Papa yang akan selalu saya ingat hingga menghembuskan nafas terakhir. "Jangan pernah meminta dan berhutang apapun pada siapapun, karena hutang budi akan dibawa mati dan hutang harta dikandung badan".

Lidah terkadang hambar dan kaku, untuk berbahasa ala kampung halaman lagi. Kan ku persembahkan toga dan ijazah kelulusan S1 ku nanti untuk Mama dan Papa ku tersayang….tercinta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Smile_Until_Die

8 Comments

  1. Anes Huninhatu berkata:

    Terimah kasi para admin ya
    Dari kata ini bisa menjadi bahan atau pedoman bagi kami anak rantau dalam masa2 perjuangan ini
    Semoga apa yang kamo perjuangkan bisa dapat membahagiakan kedua orang tua kami

  2. Jamuna Ulfah berkata:

    amin amiin….hidup memang arus merantau dan ngerasain nikmatnya perpisahan..buat ngerti makna hidup..and apa yg di raih akan jadi lebih berarti….jgn pernah nyerah ya….terus berjuang….