Malam sunyi, tetapi mengapa pikiranku bising sekali? Berkali-kali aku berkeliling mencari jawaban pada hati yang sepi ini. Sejenak aku menghela nafas panjang, berharap oksigen sampai pada otak yang membuat ku semakin rumit dengan jawaban yang tak kunjung pasti.
Pelan-pelan aku mencoba menenangkan diri. Kepada hati: Bukankah aku sudah berkali-kali membicarakan serius tentang hal ini agar kau berhenti mengharap sesuatu yang tak pasti? Lalu, kepada pikiran: Bukankah aku selalu ingin kau memastikan bahwa hati dalam kondisi yang kuingini? Dengan logika yang selaras agar bisa kuterima dengan ikhlas. Di dalam segala ketidakpastiin ini, aku masih saja keras kepala mempercayai bahwa doa yang kuucapkan sepanjang tengadahnya tanganku akan menang melawan takdir. Pagi, siang, malam, berganti, berlalu begitu saja. Aku sendiri enggan bertanya lagi tentang segala yang semakin tidak pasti.
Pada akhirnya, aku memberanikan diri mengulik lebih dalam demi mengetahui isi hatimu walaupun tak menutup kemungkinan bahwa terbesarnya akan berakhir pada laranya hatiku. Tapi lagi-lagi aku mengesampingkan bahagiaku, entahlah tapi memang sebegitu berartinya kamu bagiku.
Kini senyap dan sunyi, tapi kali ini lebih menusuk kedalam hati. Tidak terasa air mata kujatuhkan lagi, entah yang keberapa yang jelas aku tak mungkin mengingat angkanya secara pasti. Kepada hati: akhirnya hari ini kamu menemukan jawaban yang memastikan atas ketidakpastian dari segala yang kamu rasa. Hancur? Kecewa? Ternyata bukan, lebih tepatnya adalah patah. Lalu kepada pikiran: Terima kasih sudah menguatkan hati, dengan segala penjelasan yang rumit dan susah payah kau pecahkan. Setelah jawaban yang mematahkan hatiku itu, aku tidak lantas berhenti pada meratapi, kau pasti tau aku tangguh dalam hal ini, ya.. tentu saja. Mana mungkin aku berlari sedangkan hatiku tetap saja mencintaimu?
Aku, masih saja sibuk memikirkan semua jawabmu yang ambigu, tetapi aku sebenarnya tau bahwasannya jawaban yang kau maksud adalah kau tidak menginginkanku. Hanya saja, hati dan pikiranku terlalu teguh atas perasaanku padamu. Lalu, apalagi yang bisa kulakukan kini? aku sendiri tak bisa menjawabnya secara pasti. Namun satu hal yang pasti, yakinlah, aku tetap mencintaimu, aku tidak pergi darimu.
Maafkan aku jika rasaku ini mengganggumu, semakin hari semakin membuatmu risih aku tau seiring dengan berubahnya sikapmu padaku. Aku bahagia kamu tau bagaimana rumitnya perasaanku dalam mencintaimu, sekalipun menjauh akhirnya kau jadikan cara terbaik untuk menghentikan perasaaanku. Biarlah segala tentangmu kini hanya menjadi angan juga impianku, yang aku lebur menjadi satu didalam mantra sujudku, aku tenang menitipkanmu pada Tuhan.
Kepada aku: segala sesuatu yang tersirat sulit untuk dipahami, kau akan kesulitan mercari arti. Jadi, segala sesuatu yang tersirat dan ambigu itu jangan kau pusingkan lagi, sebab ketika waktunya menjadi tersurat kau akan paham sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”