Sering kali kita mendengar kata emosi di kehidupan sehari-hari. Biasanya emosi ini dianggap identik dengan marah. Namun, ternyata marah itu hanya merupakan salah satu dari emosi dasar, loh! Emosi dasar ini terdiri dari bahagia, sedih, jijik, marah, takut, dan terkejut. Emosi tersebut sudah kita ketahui tanpa dipelajari. Seperti halnya balita yang menangis untuk mengekspresikan rasa takut saat tidak melihat ibunya, padahal sebelumnya dia tidak diajarkan bagaimana caranya untuk merasakan dan mengekspresikan rasa takut. Saat mengalami kejadian baik kita bahagia dan saat mengalami hal buruk kita menjadi sedih.
Lalu, apakah mungkin ada seseorang yang tidak bisa mengekspresikan emosinya sendiri? Nah, orang yang mengalami hal itu mungkin sedang berada dalam kondisi yang disebut dengan alexithymia.
Apa itu Alexithymia?
Jadi, istilah alexithymia ini dibawa pertama kali oleh Peter Sifneos pada tahun 1973 untuk menggambarkan pasien yang menderita gangguan psikosomatik. Menurut Sifneos, alexithymia ini merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan atau memililki ketidakmampuan dalam mengidentifikasi emosinya sendiri dan juga orang lain, tidak mampu untuk mengungkapkan emosinya dengan kata-kata, serta tidak mampu untuk mengekspresikan emosinya sendiri.
Di titik tertentu, hampir semua orang pasti merasa sedih, bahagia, takut, cemas, dan yang lainnya. Tapi seseorang yang mengalami alexithymia ini tidak bisa mengidentifikasi dan mengungkapkan emosinya sendiri. Penderita alexithymia tidak tau emosi apa yang dirasakan dan tidak mampu untuk mengekspresikan emosinya. Selain itu, penderita alexithymia juga mengalami kesulitan dalam mengenali dan menangani emosi orang lain, baik dari nada suara ataupun ekspresi orang lain.
Alexithymia ini bukan termasuk gangguan mental, melainkan pada awalnya digambarkan sebagai sifat gejala yang terdapat pada pasien dengan gangguan psikosomatik. Apakah alexithymia ini berbahaya?Jawabannya adalah tidak. Namun, jangan dianggap sepele karena apabila dibiarkan dapat berakibat buruk dalam hubungan interpersonal dan intrapersonalnya, loh!
Mengapa Alexithymia Bisa Terjadi?
Sebenarnya penyebab dari alexithymia ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah faktor genetik, trauma seseorang yang terjadi di masa lalu, dan penyakit fisik atau mental yang mempengaruhi fungsi pada bagian otak tertentu seperti autisme, alzheimer, cedera otak, dan lain sebagainya.
Selain itu ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa penyebab alexithymia ini berkaitan dengan insula anterir. Apa itu insula anterior? Insula anterior merupakan bagian otak yang memiliki fungsi terkait perasaan dan emosi seseorang. Nah, apabila insula anterior ini mengalami kerusakan, maka dapat memicu gangguan emosi yang mirip dengan alexithymia.
Apa saja Ciri-ciri dari Alexithymia?
Ciri utama dari alexithymia ini adalah tidak mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi. Adapun ciri lainnya adalah sebagai berikut:
- Sulit mengenali emosi dan perasaan.
- Tidak mampu mengungkapkan emosi dengan kata-kata. Pada saat penderita alexithymia merasa tidak nyaman pada suatu hal, dia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata
- Memiliki pemikiran yang logis dan kaku karena tidak melibatkan emosi dan perasaan didalamnya. Hal ini juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berdasarkan logika dan tidak menggunakan perasaan.
- Kesulitan dalam berimajinasi.
- Kurang memiliki rasa empati terhadap orang lain
Bagaimana Cara Mengatasi Alexithymia?
Apabila kamu merasakan ciri-ciri dari alexithymia diatas, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah datang ke psikolog untuk berkonsultasi. Psikolog akan membantu kamu dengan mencari tahu pemicunya dan dengan memberikan terapi sehingga alexithymia dapat diatasi. Terapi yang digunakan antara lain adalah skill-based therapy, terapi kognitif dan perilaku, dan lain sebagainya. Terapi tersebut berfungsi untuk membantu kamu mengenali hubungan emosi, perasaan, dan pikiran yang kalian rasakan.
Walaupun alexithymia ini bukanlah gangguan mental, kamu tidak perlu ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog karena apabila alexithymia dibiarkan akan berdampak lebih buruk terhadap kehidupan penderita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”