Kamu Memang Pernah Jadi Alasan Paling Kuat Menulisku, tapi Itu Dulu

alasan menulis adalah kamu

Kamu pernah menjadi alasan di balik karyaku. Kamu pernah menjadi bait puisi di setiap puisiku. Kamu pernah menjadi lembar dalam bukuku, dan kamu pernah menjadi kalimat di setiap tulisanku. Namun itu dulu, dulu pokoknya sebelum kamu meninggalkan semuanya dengan kata kenenangan yang saat ini masih tersimpan rapi dalam catatan harianku.

Advertisement

Tentang kamu, jangan ditanya lagi kenapa aku menjadikan itu semua alasan di setiap karyaku. Jelas kamu indah, jelas kamu memiliki latar belakang diri yang angun, sehingga setiap waktu aku melihatmu, memandangmu, dan merindukanmu, seakan aku tak kehabisan kata untuk memuji salah satu ciptaan Tuhan yang maha indah dimuka bumi ini, dan aku pernah menemuinya.

Tentang kamu, sulit untuk aku berkata, aku tidak menyukaimu. Karena yang aku tahu, setiap hari yang aku ingat hanya kamu. Tapi itu dulu, dulu saat kamu dan aku masih satu jalan, satu cerita, satu rasa, dan satu tujuan dalam harapan yang kini hanya tertinggal kenangan saja.

Kenapa aku menulis tentangmu baru saat ini? Oh tidak, aku selalu mengingatmu di setiap tulisanku. Bukan aku inginkanmu kembali, bukan inginkan hadir kembali, atau sekedar melepas rasa rindu yang masih ada dalam hatiku.

Advertisement

Bukan. Aku hanya mengenang jasamu dulu, jasa yang pernah membuatku bangkit dari keterpurukanku, aku bangkit dari orang yang tidak bisa apa-apa menjadi bisa. Aku mengingatmu. Aku hanya ingin dunia tahu, jika seseorang yang dihadirkan dalam kehidupan seseorang bukan untuk dibenci, bukan untuk lupakan, bukan untuk dikatakan pembawa lukalah, pembawa sialah, pembawa sedihlah, atau karena dia aku sengsara. Bukan itu tujuan Tuhan.

Tuhan menghadirkan seseorang dalam hidup kita untuk kita belajar, jika kita tak akan pernah mampu hidup sendirian dimuka bumi ini, dan apapun yang terjadi setelahnya, jangan pernah bilang aku membencinya, karena tanpa dia, kamu tidak akan pernah punya masa lalu dan rindu seperti saat ini.

Advertisement

Seperti kamu, iya kamu. Kamu yang dulu pernah ada di sini bersamaku, perlahan telah menjadi bagian dari masa laluku. Menurutmu aku kehilangan? Jelas kehilangan. Namun saat itu saja, karena setelahnya aku sudha terbiasa dengan hari tanpa kamu.

Apakah aku membencimu karena telah meninggalkanku disaat aku belum mampu berdiri seperti saat ini tanpa kamu? Tentunya tidak, benci dalam hatiku telah aku ubah dengan kata maaf, karena aku pikir kamu luar biasa, kluar biasa bisa menemukan orang yang lebih baik dari aku.

Aku sadar, terkadang orang bilang yang baik untuk yang baik. Makanya saat ini, mungkin aku bukan yang terbaik bagimu, atau bisa juga kau bukan yang terbaik bagiku. Ya sederhana saja, aku mengikhlaskan semua tentangmu dengan sebuah lagu yang pernah kita dengar bersama dulu dari Sheilla On 7 jika kamu “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki.”

Aku sempat kehilangan motivasi untuk tetap menulis sejak kamu tak lagi disini, aku pernah kalah menghadapi hari tanpa kalimat apa lagi yang ingin aku tulis, sementara alasanku menulis telah menghilang.

Butuh waktu memang, tapi perlahan aku mulai mengerti, jika aku hanya hidup tergantung pada sesuatu di dunia ini selain Tuhanku, maka aku akan musnah ditelah waktu, tanpa berarti apa-apa. Untuk itulah, hingga ku tersadar akan perihal itu, makanya akan terus menulis seperti saat ini, jika pun bukan kamu alasannya aku menulis, aku akan tetap menulis, menulis dan menulis lagi sampai dunia bosan kenapa aku melakukannya dengan terus menerus.

Untuk kamu, ya aku bilang terima kasih telah mendidik aku menjadi seorang yang bisa merangkai kata seperti tulisan-tulisan yang pernah aku ciptakan hingga saat ini. Bukan berarti aku menghilangkan jasa terbaikmu untukmu, tapi perlahan tentangmu aku tak lagi berkomentar, karena aku yakin kau sangat bahagia di sana, bersama seseorang yang Tuhan berikan dengan kata terbaik untukmu, jadi berbahagialah!

Dan aku, aku tetap akan terus berkarya seperti saat ini, dan jika nanti aku berhasil menjadi cita yang pernah aku katakan kepadamu dulu jika aku ingin menjadi seorang penulis beneran, aku pastikan jika itu hadiah untukmu, hadiah untuk orang yang pernah menjadi inspirasi dalam hidupku, dan orang itu ‘kamu”

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"

Editor

Not that millennial in digital era.