Alasan Mengapa Media Sosial Bisa Merusak Mental Remaja
Media sosial adalah wadah berupa media yang ditujukan untuk bersosialisasi satu sama lain yang dilakukan secara online sehingga memungkinkan manusia untuk berinteraksi tanpa dibatasi oleh ruang maupun waktu. Dengan adanya media sosial mampu membantu masyarakat untuk bisa berinteraksi, mengenal orang baru, dan juga bisa menambah insight serta pengalaman baru. Sayangnya media sosial ini juga menimbulkan dampak merugikan bagi penggunanya. Khususnya para remaja yang menghabiskan banyak waktunya di media sosial.
World Health Organization (WHO) menyatakan media sosial dapat menyebabkan anak-anak serta remaja di seluruh dunia rentan untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Berdasarkan data yang mereka miliki, mayoritas gangguan mental yang dialami oleh remaja akibat media sosial adalah gangguan kecemasan serta depresi (Anjani et al., 2022). Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10 – 17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.Â
Remaja adalah usia dimana mereka sedang mencari jati diri dan membangun ‘self branding’ dirinya masing-masing. Tapi justru dengan adanya media sosial, orang malah membandingkan aspek di diri mereka dengan orang lain baik kehidupan, fisik, maupun perilaku. Sehingga timbul rasa minder, rasa kurang percaya diri, rasa ‘tertinggal’ dengan pencapaian orang lain, dan rasa takut merasa ‘tertinggal’ karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, nah ini adalah sikap yang sedang populer di kalangan remaja yaitu fear of missing out (FOMO). Banyak juga para pengguna media sosial yang tidak bijak dalam berinteraksi di dalamnya seperti membuat konten atau komen yang saling menjatuhkan. Isi comment dan jumlah likes juga bisa mempengaruhi mental para remaja.Â
Jika penggunaan media sosial ini tidak dibatasi, rasa yang bercampur aduk itu bisa mengakibatkan suatu gangguan kecemasan yang berlebihan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan mental. Perlunya kesadaran dari masing-masing individu untuk membatasi durasi penggunaan, membatasi konten yang dilihat, dan membatasi konten yang dibagikan serta perlunya pengawasan orang tua dalam penggunaan media sosial sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang dirasakan para remaja. Pengawasan orang tua dan orang sekitar juga diperlukan untuk bisa mendeteksi dini terjadinya gangguan mental di remaja.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”