[CERPEN] Autumn dan Aku yang Masih Menunggu

Dia tak sabar menanti tangannya bisa menyentuh salju untuk pertama kalinya.

Jaket tebalnya yang berbahan beludru itu diraih cepat-cepat dari atas meja makan. Diujung tangga sebelum pintu telah menanti ranselnya dengan berbagai jurnal dan laptop sakti didalamnya. Pintu dibuka, dan seperti biasa udara dingin langsung menghambur ke wajahnya. Sekarang memang sudah penghujung musim gugur, seminggu kedepan mungkin salju sudah akan turun. Dia tak sabar menanti tangannya bisa menyentuh salju untuk pertama kalinya. Matanya selalu berkaca-kaca menantikan hal itu. Sampai sekarang dia masih tak percaya akan menjadi satu-satunya mungkin orang dari kampungnya yang bisa kuliah sampai ke Amerika. 

Advertisement

Langkahnya tidak boleh pelan. Bus menuju kampusnya akan tiba dalam 10 menit. kompleks apartemen ini terlalu besar untuk ukuran seorang gadis desa yang tinggal berjalan kedepan pagar rumahnya menanti angkot. Tepat waktu, sesaat setelah sampai di shuttle bus, dari kejauhan bus sudah tampak dengan lampu putih diatasnya bertuliskan "29K George Mason University". Bus ini bukan bus yang disediakan kampus. Bus ini adalah bus umum dengan rute terakhir adalah kampusnya. Maka dijadikanlah nama kampusnya sebagai nama tujuan dari Bus. 

"Hi sir, Good morning" dia menyapa bus driver yang ditemuinya sambil menempelkan bus cardnya di sebuah alat disamping bus driver. Tanpa menunggu jawaban dari sopir bus, Dia langsung berjalan menuju deretan bangku bus yang sudah lumayan penuh. Dia tidak menunggu jawaban dari sopir bus karena ucapan salam seperti itu kadang hanya menjadi formalitas dalam kehidupan sehari-hari di Amerika, namun dia bisa melihat anggukan dan balasan senyum manis dari bus driver yang tampaknya seperti wanita paruh baya itu.

Sekitar 30 menit perjalanan bus, sampailah dia di pelataran kampus. Masih ada satu jam sisa waktu sebelum kelas dimulai. Dia berjalan menuju sebuah bangku kayu dibawah pohon mapple di samping gedung perpustakaan. Bangku kayu ini memang selalu menjadi tempat favoritnya menunggu kelas. Dia senang bila beberapa kali wajahnya dijatuhi daun-daun mapple yang mulai memerah itu. Selama ini dia hanya melihat daun mapple di film-film amerika atau di penjual-penjual bunga imitasi di kampungnya. 

Advertisement

Setelah merenung beberapa menit dia merasakan ada seseorang yang datang duduk disampingnya. dia hanya bergeser sedikit memberikan ruang agar orang tersebut bisa duduk juga. Tak begitu lama orang itupun menyapa. 

"Woi Ikha…cuek amat sih" sapanya sambil meninju lengan Ikha dengan lembut

Advertisement

"Eh, astaga, kamu ternyata Ndra. Sorry tadi sibuk mikirin bahan presentasi kuliah, makanya bengong gitu deh" jawabnya dengan penuh antusias 

Indra sedikit mendekatkan badannya ke Ikha, lau kemudian bertanya "Bagaimana 6 bulan pertama disini? kerasan?" 

"Alhamdulillah, kangen rumah sih, tapi juga excited banget nungguin salju pertamaku disini" Ikha mulai ceria menceritakan banyak hal unik, lucu, aneh bahkan mengesalkan yang dia alamai selama menjadi mahasiswa disini. 

Indra meluruskan badannya dan memandng jauh kedepan. Dia lalu berkata "Nah kamu akhirnya bisa kan? Masih ingat tidak betapa labil dan kekanak-kanakannya kamu dulu. Jangankan belajar, minum obat saat sakit ajah malasnya minta ampun. Kamu lebih suka nongkrong dengan teman-teman dan sedikit mengabaikan masa depanmu. Tapi akhirnya setelah begitu banyak sikap keras dan tegasku yang ingin melihat kamu lebih baik, perlahan-lahan kamu akhirnya berubah" 

"Iya yah. Aku pernah ngancam kamu kan? Kalau kamu masih keras dan menekan aku kayak gini, aku minta putus" jawab Ikha dengan pelan 

Indra lalu menjawab "Dan kamu masih ingat kan jawabanku apa?"

"Iya, kamu bilang, Iya nggak apa-apa. Mending kita putus daripada selama kita jalan aku nggak pernah bisa mengajarkan hal-hal baik kepadamu" Jawab Ikha sambil memegang tangan Indra

"Dan akhirnya semua pertengkaran dan sikap kerasku selama ini berbuah manis kan? Kamu berhasil meraih beasiswa dan menjadi seorang mahasiswi di Luar negeri. Kamu juga sudah menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga besarmu di kampung sana"

Ikha dengan kedua tangannya langsung menggenggam erat kedua tangan Indra "Makasih banyak yah Ndra. Semua berkat kamu" 

"Akh bukan, itu berkat micin yang selalu kita makan di warong bakso berdua"

Mereka berdua lalu tertawa terbahak-bahak dan Ikha pun langsung memeluk Indra dengan begitu erat. 

"Oya, udah dulu yah Kha ceritanya, aku ada kerjaan lain" Kata Indra sambil melepaskan pelukan Ikha dengan pelan.

"Ndra, kasih motivasi dong buat aku hari ini! kan kamu biasanya tiap hari ngirim kata motivasi di WhatsApp aku" Pintanya sambil memasang wajah lugu. 

"Hum, apa yah, gini deh, Ikha, jangan nungguin aku terus. Kamu mungkin gak akan bisa nemuin yang sama seperti aku, tapi kamu bisa menemukan lelaki lain yang seperti dirimu dulu, mencintainya, lalu lakukan seperti apa yang pernah kulakukan padamu dulu. Berhentilah menunggu"  

Indra pun berjalan pergi, menjauh, dan hilang ditengah daun mapple yang jatuh berguguran. 

Ikha lalu menangis. Menangis sejadi-jadinya. Dia tenggelam dalam khayalannya sendiri bersama lelaki yang telah mengubah hidupnya 360 derajat. Lelaki yang paling lembut namun juga paling tegas kepadanya. Lelaki yang mengajarkannya bahwa hidup tak sekedar senang-senang, ada keluarga dan orang tua yang harus dia bahagiakan sebaik-baiknya.  

Dia mengingat Indra. Lelaki yang sangat dicintainya, yang kini sudah abadi disana. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini