Aku pernah mengeluh, mengapa circle pertemananku malah menjadi semakin sempit saat semakin dewasa ini? Mengapa obrolan kami semakin tidak asik? Mengapa obrolan tentang wacana pergi ke suatu tempat benar-benar hanya menjadi wacana saja? Mengapa chatku di grup WhatsApp hanya sebatas pajangan yang tidak penting untuk dibalas? Lalu aku merasa benci menjadi dewasa.
Satu per satu mereka menikah dan membangun keluarga kecilnya. Sedangkan aku masih setia dengan keluh kesah pekerjaan tetapi tetap saja dijalani dan tidak malah memilih untuk resign. Melihat beberapa sedang sibuk berfoto maternity, prewedding, newborn dan hal-hal lainnya menjadikan aku berpikir apakah aku masih sejauh itu? Dulu semua kisahku hanya mereka yang tahu, mereka yang selalu mendengar keluh kesahku. Sekarang aku sendirian dan harus berjuang menghidupi diri sendiri. Aku punya hidupku sendiri, mereka punya hidupnya sendiri, kami punya hidup masing-masing.Â
Ternyata, makin dewasa bukan cuma makin banyak yang harus dipikirkan. Tapi juga makin banyak yang harus direlakan.
Fiersa Besari, 2021.
Namun, perlahan semua itu tidak menjadi masalah. Walaupun kami jarang berkabar bahkan hampir tidak berkabar, aku masih bisa hidup menjadi diriku seperti biasanya. Aku masih bisa bernafas, beraktivitas walaupun membosankan, mencari pundi-pundi Rupiah demi membayar keinginanku yang belum terwujud. Â Aku pun masih bisa pergi ke tempat-tempat yang indah walaupun sendirian. Aku juga bisa membeli barang lucu yang akhirnya menambah koleksiku. Selain itu, aku bisa menonton konser musisi favoritku tanpa harus bingung mengajak teman.
Melepas yang pergi supaya lelah berhenti, menyenangkan hati karena enggak ada yang bisa diharapkan selain diri sendiri.
Tsana (Rintik Sedu), 2019.
Seseorang pernah berkata kepadaku, tidak apa mereka pergi dan harusnya bersyukur mereka pergi. Karena setelah mereka pergi, ada orang baru yang datang dan tiba-tiba menjadi sedekat itu. Padahal sebelumnya tidak dekat sama sekali bahkan hanya sekedar kenal atau sebatas hubungan teman seangkatan bahkan hanya senior dan juniornya. Setelah itu aku menjadi berpikir, ternyata memang benar katanya. Aku tidak perlu khawatir lagi akan hidup dan kehidupanku. Hidup ini memang bukan ajang perlombaan yang harus dimenangkan oleh salah satunya.
Hidup hanya sekali, kesempatan tidak datang dua kali. Jadi, yang harus dilakukan adalah menikmati hidup ini dengan semangat dan bersyukur. Dewasa memang berat, dewasa memang sulit. Tapi, bukankah kita akan lebih hebat jika bisa mensyukuri hidup yang singkat dan berat ini?Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”