Beberapa waktu lalu netizen dihebohkan dengan berita seorang presenter cantik yang memutuskan untuk menikah setelah berkenalan selama 7 hari. Ray Utami nama perempuan beruntung itu. Berkaca pada diri sendiri aku sempat pula berkenalan dengan beberapa laki-laki lewat social media. Dan sepertinya, ada satu orang yang benar-benar berhasil menarik diriku untuk lebih mengenalnya. Caranya mengajakku berkenalan sungguh unik.
Awal pertemuanku dengannya yaitu melalui aplikasi We Chat lewat fitur “shake” nya pada tahun 2013 yang lalu. Entah bagaimana caranya dia menyapaku pertama kali, dan bahan obrolan apa yang kita bahas di ruang chatting. Yang pasti obrolan kita saat itu pasti sangat menarik. Karena jika tidak, pasti aku sudah memblokirnya sejak awal.
Masaku berselancar lewat akun social media We Chat bisa dibilang sangat singkat. Hingga pada suatu waktu aku memutuskan untuk mencopot pemasangan aplikasi We Chat dari ponselku dan secara otomatis aku memutuskan hubungan dengan teman-teman di apliasi itu. Entah apa alasanna aku mencopot pemasangan aplikasi itu, mungkin kala itu aku sudah bosan bermain-main disana.
Pada tahun 2016 seseorang dengan nama yang sama, yang dulunya pernah kukenal di We Chat mengontakku lewat akun facebook. Bertanya padaku apakah aku masih ingat dengannya, aku ragu untuk menjawab iya. Dia mempernakalkan dirinya dan mengatakan bahwa dia adalah salah satu teman chattingku dulu di We Chat. Kubalas pesan yang dia kirimkan dengan segala bentuk keramahanku, benar-benar seperti sepasang teman yang sudah lama tidak berjumpa.
Di mataku kau terlihat begitu percaya diri. Kau meminta nomer ponselku, dan mengatakan ingin mendengar suaraku. Namun, aku menolak dan hanya membaca pesanmu saja. Entah angin apa yang membawamu hingga kau dengan percara diri mengirimkan nomor ponselmu dan mengatakan “Kalau mau telpon silahkan, aku bakal angkat kok. Kalau di reject berarti aku lagi ada kuliah”. Namun, aku hanya membaca pesanmu tanpa meninggalkan balasan.
Meskipun aku tak memberikanrespon positif kepadamu, kau terus saja menghubungiku. Dan lama-kelamaan kau membuatku merasa nyaman dan berhasil mempercayakanmu untuk memberikan akun social mediaku yang lain. Perkenalan kita berlanjut lewat akun Line. Disana kau benar-benar memperkenalkan dirimu dengan baik kepadaku. Memberikan perhatian kepadaku dengan cara klasik yang memang selalu dilakukan laki-laki ketika mendekati seorang perempuan.
Mengingatkannya untuk makan, mandi, bertanya rutinitas sehari-hari, dan hal-hal lain yang sebenarnya tidak penting untuk dibahas. Namun, ada satu hal yang membuat pandanganku terhadapmu berbeda dari kebanyakan laki-laki di dunia maya. Kau mengingatkanku untuk melakukan ibadah sholat, dan terkadang memberikan sentilan ilmu Agama kepadaku. Aku merasa mendapatkan banyak manfaat selama chatting denganmu.
Dengan sikapmu yang seperti itu, kurasa aku sedikit goyah. Aku tidak tahu apakah aku mulai mengangkat namamu menjadi deretan orang yang menjadi prioritasku, yang pasti balasan pesan darimu sungguh sangat kunanti. Namun, aku terkadang berpikir bagaimana jika semua ini hanya sebuah permainan yang kau ciptakan sendiri.
Hingga detik ini aku masih belum yakin, apakah semua yang kau katakan adalah sebuah kejujuran atau hanya sebuah permainan kata lewat dunia maya saja. Tapi satu hal yang pasti, bahwa aku tidak akan mempercayai tiap kalimat yang tercipta lewat sebuah ketikan jari oleh orang yang tidak aku kenali secara nyata. Namun, tiap rangkaian kata yang kau kirim itu terkesan benar-benar jujur. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menanggapimu.
Berkaca dari pengalaman masa lalu, aku tidak ingin mengulang lagi rasa sakit yang dulu pernah kurasa. Sejak pengalaman itu, aku menjadi lebih selektif. Aku tidak ingin menyakiti diriku sendiri, juga orang lain yang tidak aku kenali. Kuputuskan untuk mengakhiri saja semua ini. Dengan situasi yang tepat ketika kau mengirim pesan yang berbunyi “Terimakasih telah mencintai aku”, kujelaskan semua maksudku sejak awal.
Mulai dari diriku yang hanya ingin menambahkannya sebagai teman chat semata, aku yang hanya merespon tiap pesannya sebagai sebuah gurauan dan mengatakan bahwa aku tidak mencintainya. Karena memang faktanya aku tidak cinta kepadanya. Semua yang kulakukan di dunia maya hanya main-main, dan dalam bermain aku tidak menaruh keseriusan disana. Aku hanya takut jika kalimat yang dia kirim benar-benar menggambarkan perasaan yang sesungguhnya, sementara aku disini hanya merespon itu sebagai sebuah gurauan.
Sebelum perasaanmu semakin dalam, maka kusudahi saja semuanya. Aku yakin, di waktu yang tepat kau akan benar-benar menemukan orang yang akan menerima dirimu dengan sangat baik, tanpa ada kepalsuan didalamnya. Hiduplah dengan bahagia disana, berjuanglah untuk menjadi sukses seutuhnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.