Aku Tetap Menantimu Hingga Engkau datang Kembali.

Ditemani secangkir kopi sembari mengukir secerca tulisan tentangmu

Aksara dalam secangkir kopi serpihan endapan kecil yang kau sematkan. Tak mampu kuteguk dalam hangatnya kenikmatan. Meremuk merengkuh ibarat kopi yang mengendap. Aromanya yang memikat. Pecintanya pun menikmatinya. Mengendap melebur menjadi satu didalam manisnya rasa. Rasa yang bercerita dalam aksara secangkir kopi sore ini.

Advertisement

Mengingatkan tentangmu. Rasa yang belum memudar hingga detik ini. Semuanya masih sangat berbekas dalam ingatan meski dengan mata terpejam. Saat kepenatan menyapa sepeninggal jejakmu. Kau yang masih kukasihi. Menjelma di dalam ilusi yang kian nyata. Senyata itukah kau masih berkuasa didalam sanubariku.

Jemari inipun kian menari meliuk diatas lembaran pada pena yang menemaninya. Melukiskan ukiran cinta bait demi baitnya didalam puisi yang berkisah. Masih adakah ruang ingatan serupa di dalam benakmu. Pada luasnya waktu yang terbentang, Berjarak bertumpu pada kisahnya yang berjalan sepadan dan sepaham.

Engkau yang dahulu selalu menjadi elegi putih di dalam kehidupanku. Tercurah mencerahkan segala asa yang terpendam. Mampu menjadikan semua berjalan bak lakon yang menari dengan keindahannya. Dan kini, hanya tinggal kenangan yang mampu mengaksara didalam air mata. Rasa yang masih ada hanya untukmu. Mengendap sekian lama seperti kopi yang kau abaikan lalu berlalu. Namum Aku, masih setia dengan secangkir kopi sendiri.

Advertisement

Berteman bayangmu sembari menanti pilur hatinya dapat kembali lagi, menyerukan ramanya mampu bersuara kembali pada irama yang sangat populer didalam pendengaranku. Kala kesederhanaan melingkupi, dan keluguan selalu menginspirasi di dalam nurani. Menanti tanpa jeda terkurung diantara ruang dan waktu.

Seperti roman picisan yang beraksara tanpa jedanya, tanpamu di sisi, aku melewatinya dan terbiasa menata hari sendiri. Sendiri dalam fikirku yang menyapamu. Sebenarnya aku membutuhkanmu. Andaikan tiada lagi diri berpijak pada bumi, andaikan ini kalimat akhir, sejenak saja dengarkan pintaku, berikan waktu sebentar saja untuk diri dapat merengkuhmu di sisi.

Advertisement

Bersua pada diri dari sekian lamanya kata yang tak bersapa menyapamu tanpa jeda. Di dalam lirihnya liukan hati. Yang menghantarkanku pada keabadian Ilahi. Namun kau pernah berkata, aku tidak akan mencari dan mencari lagi, aku akan berhenti, saat engkau mendampingiku. Saat kau menghidupkan kembali cerita tentang kita seperti didalam mimpi yang nyata. Tiada lagi aku harapkan apapun, beribu bintang dilangit yang indah, Hanya engkau yang mampu menyinari lingkup hati dengan cahaya.

Hanya engkau satu bintang terindah yang paling benderang di dalam titian hidup sanubariku yang pernah ku kenal. Menyapa tanpa jeda tak lekang oleh waktu yang mengikis harinya dalam kotak kehidupan yang penuh misteri. Menantimu tanpa jeda, tiada lagi ada selain namamu yang melingkupi ruang hati ini.

Pada setiap keadaan mengalah hati ini untuk pilihanmu. Biarkan aku tetap menyapamu walau tanpa suara lagi, biarkan aku tetap menantimu hingga engkau datang kembali.

Anggun Gerardine/@anggungerardine

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini