Aku Terlahir di Dunia Bukan Untuk Kau Patahkan Hatinya

Hai kamu pelangi terindah yang Tuhan ciptakan sebagai sebuah anugerah, yang mampu membuatku jatuh hati dengan begitu mudah. Kau yang hadir bersama senja dan gerimis yang menjelma sebagai rindu. Kau yang memberi warna cerah pada hari-hariku yang kelabu. Izinkan aku mencurahkan isi hati, tentang perasaan resah yang akhir-akhir ini datang menghampiri. Coretan tentang sebuah hati yang tersakiti, yang patah oleh cinta yang ia miliki.

Advertisement

Mencumbu senja dalam sendu, aku teringat akan cerita masa lalu. Melayang bersama luka yang terdalam, menghancurkan rindu yang selama ini terpendam. Merangkai kata dalam kecewa, menangis tanpa air mata. Hangatnya senja telah membawanya pergi, bahkan jejaknya pun sudah tak dapat lagi kutemui. Kau tau apa itu? perasaan cintaku untukmu. Iya, ini adalah kisahku bergelut bersama waktu untuk melupakanmu. Kamu yang dulu begitu aku kagumi, yang begitu pandai merangkai puisi dan membuatku semakin jatuh hati dan kemudian menghilang bersama hujan yang mengguyur kota ini. Bukan aku yang mengusirmu pergi, tapi kau sendiri yang menginginkan berlari mencari awan baru unruk kau singgahi. Pelangi indahku kini telah menghilang, yang ada hanya awan mendung bertanda akan turun hujan.

Tak mengapa, akan kujadikan hujan sebagai teman, melepaskan semua kekecewaan yang kurasakan. Dalam selembar kertas kutorehkan sebuah cerita kesedihan. Mengenangmu dengan penuh penyesalan. Dulu rintik hujan menjadi saksi, betapa kau sangat kukagumi sejauh perjalanan panjang yang kita lalui. Hanya kau yang mampu mengisi celah-celah kosong dalam hati. Namun saat celah-celah kosong itu hampir sempurna terisi tiba-tiba saja kau tarik kembali semua apa yang kau beri. Seketika air mata ini menetes dengan sendirinya. Perasaan ini hancur dengan begitu mudahnya. Entah berapa lama aku terkurung dalam perasaan tak percaya bahwa kau telah tiada, hingga akhirnya aku tersadar bahwa kau tak pantas lagi untuk kutangisi. Terlalu berharga air mata ini untuk kutitikkan. Sudah begitu banyak yang kukorbankan, dan kini saatnya untukku kembali menatap masa depan. Tak akan ada lagi kesedihan dan kekecewaan, esok pasti akan kutemukan kembali sebuah kebahagiaan. Hujan yang telah membawamu pergi dan hujan pula yang akan menyembuhkan patah hati ini. Kubiarkan cinta ini pergi bersamanya, menyusuri sungai dan bermuara di samudra sana.

Advertisement

Hujan telah reda dan kini saatnya aku menyapa senja, yang semburat jingganya begitu menentramkan jiwa. Menyembuhkan luka-luka yang tercipta. Bersamanya, aku belajar untuk melupakan dan mengikhlaskan juga memaafkan dengan penuh ketulusan. Mungkin saja Tuhan menciptakanmu untu membuatku kecewa tapi aku terlahir di dunia bukan untuk kau patahkan hatinya. Memang pelangiku telah tiada, namun senjaku masih setia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ambifert, pluviophile, book lovers