Aku Siap Sedia Memugar Cintamu, Meski Terus Tergilas Luka

Kehadiranmu adalah nafasku


Tak perlu kututupi

Roman duka, luka diri

Tak perlu terlalu malu

Menderai air mata

Meraung, bak di tengah belantara

Seperti apa aku kini?

Sudikah kau menatapku?

Tidak lagi penting bagiku



Inilah aku.

Menangis lepas selepas kau pergi.

Bertekuk lutut memohon kau kembali

Aku tidak perduli

Selagi kau duniaku

Akan selalu dan itu tidak akan terganti

Biar saja aku semakin terseret dan tersayat

Terombang-ambing dan patah

Perasaan-perasaanku bermuarakan luka

Tetap saja aku siap sedia merangkak dengan tubuh ringkihku

Dan kembali memugar cintamu


Aku telah siapkan. Segala kekuatan untuk bertahan. Dalam segala keadaan. Untuk melumatkan semua rintangan.

Aku telah bersiap. Sebelum kuputuskan untuk mencintaimu. Dalam setiap keadaan. Dalam suka. Dalam duka. Dalam tawa. Dalam tangis. Dalam penderitaan. Dalam penantian.

Aku siap siaga. Mencintai tanpa kenal situasi. Takaran yang sama dalam setiap suasana. Aku berikan tanpa meminta sebuah kembalian yang setara. Aku tidak akan berhenti. Meski kau memintaku untuk berhenti. Karena bagaimana mungkin aku berhenti. Aku memberikan hati hanya teruntuk satu. Cinta yang tersalurkan tak untuk dibagi-bagi. Tak akan berhenti.

Kau satu-satunya. Dunia. Yang bagiku adalah tempatku berlangsung hidup.

Kau satu-satunya. Udara. Karenamu aku bisa terus menghirup segarmu.

Kau satu-satunya. Bumi. Adalah satu-satunya tempatku berpijak.

Kau satu-satunya. Hati. Yang kutuju untuk kucintai.

Ketika kau memilih pergi. Tanpa kemauan untuk kembali. Aku berhak berlari. Menghalangi. Tanpa memberi ijin.

Aku akan terus memintamu untuk tetap tinggal. Sekalipun kau mengusirku untuk keluar. Tidak akan aku keluar. Aku tetap berniat untuk tinggal. Entah sampai kapan. Sampai datangnya ajal. Kehadiranmu adalah nafasku. Jangan pernah sekali-kali kau mencoba pergi. Mungkin rohku tidak akan hadir lagi. Pergi. Selepas kau pergi.

Jangan mencoba untuk mengujiku. Cukup cintai aku dengan cukup. Tak lebih dari cintaku. Tak kurang dari cintaku. Hanya cukup. Meskipun telah kupersiapkan segala kekuatanku untuk bertahan. Dalam setiap keadaan. Yang paling tidak memungkinkan untuk bertahan pun. Aku tetap memilihmu sebagai satu-satunya.

Kuputuskan mencintai satu.

Kuputuskan mencintai sampai selesai nafasku.

Kuputuskan untuk bersamamu.

Sampai tenggat waktu yang kitapun tak pernah tau.

Aku tak mau yang lain. Jangan mencari yang lain. Karena hanya dirimu satu yang merupakan akhir pencarianku.

Kita bermula. Tapi kita tidak akan pernah selesai. Akan ada waktu untuk kita bersama kembali. Di keabadian. Yang begitu nyata. Yang begitu kudambakan. Yang selalu kudoakan. Kita bersama lagi menuju-Nya. Diatas segalanya. Hanya sang pemilik cinta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini