Saat itu udara malam sangat menusuk. Aditya berjalan dalam keramaian. Langkah demi langkah terus berjalan mengikuti arus keramaian. Di tengah kota yang penuh hiruk pikuk kepentingan. Saat itu tepat pukul delapan malam di sebuah tempat yang dikelilingi bangunan tua. Bangunan-bangunan yang terkenal dengan arsitektur Belanda. Ia berhenti sejenak, namun sekelilingnya terus melangkahkan kaki sesekali melirik dirinya yang terlihat berbeda dengan apa yang dilakukan mereka.
Matanya tajam memandang. Pada sosok wanita cantik berjilbab merah jambu. “Tampaknya aku kenal?” gumamnya dalam hati. Sejenak ia melangkahkan kakinya untuk mendekat, namun sekejap itu pula langkah itu menghilang tak tahu kemana arah. Disusurinya sekeliling tempat itu, namun tidak ada hasil. Bak mencari jarum di tumpukkan jerami.
Dengan rasa penasaran Aditya bergegas pulang. Malam telah larut, bintang-bintang berkaburan dan rintik hujan mulai berjatuhan. Hari ini ia sangat disibukan dengan program-program stripping yang tak ada habisnya. Tubuhnya sudah lelah dan sedari tadi menuntunnya untuk bersandar. Sepanjang jalan tangan dan matanya sibuk dengan smartphone miliknya. Hiruk pikuk keramaian bis kota, suara klakson bersautan tak dihiraukannya. Dibukanya semua kontak tentang wanita yang tadi dilihatnya. Facebook, twitter, hingga nomer handphone yang mungkin sudah tidak lagi berfungsi. Hasilnya nihil. “Apa benar wanita yang ku lihat tadi adalah Anna?” bisik hatinya.
Anna, nama yang akan selalu terngiang dalam ingatannya. Wanita cantik, putih, dengan lesung pipit di pipinya dan mata tipisnya yang tak pernah bisa ia lupakan. Malam itu telah membawanya kembali ke masa tiga tahun silam. Masa dimana canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari mereka. Memandang matanya yang selalu membawa keteduhan dan lesung pipit yang selalu menyisakan kenangan. Itu lah Anna, wanita yang akan selalu dirindukannya.
Ia masih bersandar dengan seragam hitam yang sudah mulai lusuh ketika suara yang ia kenal memecahkan lamunannya. Sesuatu berbunyi dari dalam tas Aditya, sebuah chat masuk di handphone nya. Sejenak ia terdiam, kaget melihat kontak bernama “Anna” meng-invite nya. Diletakkannya hp itu tak jauh dari dirinya bersandar. Ia masih ragu dan menebak-nebak. “Apa itu Anna yang ku maksud?” tebaknya. Diambilnya kembali hp itu. Perlahan ia buka dengan rasa yang sudah campur aduk. Disetujuinya permintaan itu.
“Hai Dit,” kata seseorang dibalik pesan itu.
Gemetar, deg-degan dan senang bercampur aduk jadi satu. Seperti tidak percaya, seseorang yang baru saja dipikirkannya kini hadir. Bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, itulah yang Aditya rasakan saat itu.
“Hai Anna,” balas Aditya dengan senyum sumringah.
“Kamu apa kabar?” balas Anna dengan emoticon love.
Malam itu menjadi malam yang tidak pernah Aditya rasakan setelah tiga tahun lamanya ia bekerja. Sejenak ia terlepas dari beban yang selama ini menggelayuti tubuh dan pikirannya. Ya, jelas saja selama ini pekerjaan itu tidak pernah usai walaupun ia sudah di rumah. Senyum yang tak pernah lepas mengiringi obrolan dunia maya itu. Rindu yang selama ini tertahan akhirnya terlepaskan.
"Tak perlu bumi dan seisinya mengerti, begitu juga dengan engkau, maka biarkan cinta menafsirkan dirinya sendiri." (Sudut Imaji)
Sampai pada satu momen waktu seperti terhenti. Raut wajah Aditya menegang seperti orang tidak percaya. Ia tidak percaya bahwa Anna masih menjalin hubungan dengan Andre kekasihnya. Seseorang yang telah membuat mereka lost-contact sekian tahun lamanya.
“Wait, tunggu dulu. Bukannya Andre baru saja merayakan hari jadinya dengan wanita lain?” gumam Aditya dalam hatinya.
“Jadi, selama ini Anna di selingkuhin?” lanjutnya menerka-nerka.
Awalnya Aditya enggan untuk memberitahukan hal itu, namun Anna mendesak. “Ceritain saja Dit, jangan bikin aku penasaran,” paksa Anna. Lama ia terdiam, tak sadar Anna telah mengirimkan chat kepadanya cukup panjang. “Adittyaa…” tulis Anna sedikit kesal. Dengan perasaan yang campur aduk, terpaksa Aditya berikan bukti capture kata mesra Andre dengan wanita tersebut. Cukup lama Aditya menunggu balasan chat Anna.
“Sepertinya waktunya tidak tepat,” sesalnya.
“An, are u okey,” balasnya lagi.
Tak berapa lama muncul pop-up chat dari Anna. “Sebenarnya sudah banyak orang lain yang berbicara seperti itu Dit sama aku tentang dia, tapi aku selalu memaafkan dia,” lanjut Anna membalas percakapan mereka.
“Entah bodoh atau memang setia wanita dihadapanku ini,” bisik hatinya yang sudah mulai geram.
Ribuan kalimat seakan tak mampu membuat hati Anna terbuka. Aditya yang sangat mencintainya hanya berusaha menolongnya untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya terjadi.
"Tidak menahanmu pergi bukan berarti tidak cinta lagi. Hanya saja, terkadang lebih baik melepaskan dari pada memaksa terus bersama." (Boy Candra)
Yang ada dibenaknya sekarang adalah apa maksud dibalik semua ini? Kenapa ia dipertemukan kembali dengan Anna disaat seperti ini? Apakah ini jalan dari Tuhan? Atau perannya hanya sebagai pembongkar kebohongan yang nantinya menyatukan dua insan manusia? Lalu apa untungnya untuk Aditya? Berjuta pertanyaan berkecamuk di pikirannya.
Dua Malam. Ya, Tuhan hanya memberikannya kesempatan dua malam untuk melepas rindu dengan Anna. Dan setelah itu Anna menghilang untuk memilih melanjutkan kisahnya dengan kekasihnya yang jalang.
Namun ada rasa lega dihati Aditya, malam sebelum Anna menghilang ia beranikan diri untuk menyatakan cintanya. Dan Anna pun sesungguhnya tidak ingin kehilangan Aditya seperti sebelumnya. Namun, hati yang membuat ia memilih jalan lain, kembali kepada Andre.
“Mungkin setelah aku terbangun nanti, semuanya akan menghilang,” tulis Aditya.
“Keep calm Dit, I’ll be yours,” balas Anna menutup percakapan yang hingga kini tidak pernah terjadi lagi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”