Aku Menulis Kenangan Kita dan Membuangnya Ke Luar Jendela

Sepertinya baru beberapa bulan lalu aku menuliskan surat cinta untukmu. Namun ternyata, kau merobeknya di depan mataku akhir minggu lalu, di kota yang dulunya pekau pernah menancapkan pisau di hatiku. Setahun yang lalu. Saat langit sedang muram. Saat matahari tak pernah ingin muncul. Kau pergi begitu saja, bahkan aku tak pantas mendapatkan kata-kata perpisahan. Aku mati rasa saat itu dan mulai terbiasa berbicara pada bintang-bintang yang bahkan mereka tak pernah benar-benar ada untuk mendengar perihku. Tapi aku tak peduli. Aku terus saja berceloteh. Ku bilang pada satu yang terang, “dia sudah mati”.

Advertisement

Aku menghianati hatiku saat itu, ku sebut kau mati pada bintang malam itu, tapi kau tak benar-benar mati. Entah sejak kapan akarnya kuat menancap. Dan aku tahu ku berkhianat pada hatiku yang selalu setia menemani kesendirianku. Tapi cinta memang buta. Semuanya terasa benar dan aku cinta pada kesalahan.

Ternyata perasaan ini, kebohongan kau mati setahun yang lalu, tak pernah terbukti. Toh, aku jatuh lagi pada bulan Januari. Kau datang membawa ribuan kupu-kupu dan aku tak bisa berkata apa-apa. “Ini musim hujan” ujarku, “namun tak di sini, kubawakan engkau satu bagian dari hidupnya dunia ini” balasmu meyakinkanku sekali lagi. Aku terpongah. Ku genggam lagi tanganmu. Aku seperti menggenggam ribuan bintang angkasa.

Tuhan, mengapa ini terasa begitu benar dan indah. Mengapa perasaanku yang meletup-letup ini seakan tak pernah reda. Aku benar di sisimu, biarkan aku berjalan sekali lagi. Aku lelah menyaksikan lewat teropong. Aku ingin aku ada. Di sisimu. Sekali lagi.

Advertisement

Pada akhirnya, akhir selalu punya cara untuk mengejutkanmu. Tak ada gejala. Tak ada bencana. Hanya kita berdua. Terduduk layu menatap gelas kopi masing-masing. “berakhir” bisikmu. Tatapku kosong saat itu dan aku berpura-pura tuli. Berdoa pada alam-alam di sekitarku untuk membiarkan aku tuli. Hari minggu itu saja. Cukup hari minggu itu saja. Namun, akhir adalah akhir. Apakah aku tak pantas untukmu yang setahun lalu? Apakah aku tak pantas untukmu hari ini? apakah aku tak pantas untukmu esok?

“Jangan, aku lelah menyaksikanmu lewat benda kecil itu, aku ingin menatapmu di setiap hela napasku. Sekali sajaa..” Balasku, sembari tanganku mencari kesibukan lainnya. Ku ketukkan pena ke meja. Ritmenya tak lagi teratur. Kau menatapku dan menggelengkan kepalamu. “Kau tergantikan pada musim panas tahun ini” jawabmu mencoba untuk mengalihkan pandanganmu.

Advertisement

Aku seolah tak percaya. “Lalu apa maksud kupu-kupu yang kau bawakan untukku saat itu? Apa maksud cinta yang kau sebut dulu?” Bantahku. Aku bahkan tak berkedip. ”Jika kau tergantikan dan perasaan cinta, ini, merupakan hal yang sama, mungin kita harus mengartikan ulang keduanya. Aku benar mencintaimu, hanya saja kau tergantikan. Musim panas ini, kau takkan pernah benar-benar ada. Kau hanya akan menjadi gambaran-gambaran yang tak lagi jelas. Dan aku tak ingin menggunakan kacamata untuk waktu yang lama.

Dan ya, aku mencintaimu” penjelasanmu mengakhiri semuanya, kau berdiri dan meninggalkanku di antara kebingungan memilah-milah mana yang menyakitkan mana yang terbuang mana yang tersisa mana cinta. Aku mencintaimu, benar aku mencintaimu. Sampai detik ini. Hanya saja, musim panas ini sayang, aku mencintaimu dengan mengumpulkan memori-memori kita, ku tuang ke dalam buku dan ku buang ke luar jendela. Setidaknya, aku tak akan ingat lagi sakitnya. Biar buku itu saja yang menyimpan memori tentang kita. Aku tak mau. Aku tak mau lagi. Dan jangan pernah kembali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"I hate" from hate away she threw, And saved my life, saying "not you." W.S