Untukmu yang Menghilang Tiba-tiba, Lebih Baik Kita Sudahi Kisah Ini. Aku Tidak Akan Memaksakanmu Kembali Lagi

kita sudahi kisah ini

Setelah kita berusaha memperbaiki kembali hubungan yang dirintis pada delapan tahun lalu, kita pun mulai menapaki kembali jejak yang pernah tertanam di dalam hati. Rasa bangga bercampur duka lara kala kamu menuturkan dengan jujur tentang  rasa yang kamu miliki dulu ternyata hingga sekarang belum jua punah. Masih sama seperti dulu sejak pertama kali kita bertemu.

Advertisement

Sudah hampir tiga bulan kita merajut kembali setelah sekian tahun break tanpa keputusan yang pasti. Perlahan-lahan rasa yang tertahan pun bersemi kembali ke dalam ruang kenangan. Rasa yang dulu sempat lesap karena ego masing-masing kini dipompa kembali agar tertata dengan apik. Denganmu hari menjadi lebih istimewa, tanpamu hari-hariku hanya berkutat dengan resah.

Teramat susah memintal kembali benang-benang yang telah putus, hingga untuk mewujudkannya dibutuhkan daya juang yang lebih agar tak kembali pupus. Itikad yang baik untuk memulai seperti sediakala harus diimbangi dengan keinginan yang kuat. Tanpa itu semua, rencana kita akan sia-sia, merengkuhnya kembali ke dalam dekapan tak akan berjalan seperti yang kita kehendaki.  

Sepertinya Dewi Fortuna berpihak pada cerita kita berdua. Terbukti ia memberikan kesempatan kedua pada kita untuk memulainya dari awal. Berbagai orang menginginkan untuk mendapatkan kesempatan kedua, tetapi adakalanya terhalang oleh kerikil tajam hingga untuk menjajakinya tidak bisa dilalui sama sekali. Beruntung kita berada pada barisan yang diberikan ruang dan waktu untuk menikmati kesempatan kedua.

Advertisement

Karena itu sudah seharusnya untuk tak lagi sia-siakan kesempatan kedua. Indahnya merayakan rindu yang tertahan sebagai pintu masuk untuk mempererat kembali hubungan yang sedang dirajut. Saya percaya bahwa menata suatu hubungan seperti sediakala memang agak berat. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk mencoba kembali. Mencoba lebih baik dari pada mengurungkan niat hingga memilih untuk tidak mencobanya sama sekali.

Berjuang untuk merengkuhnya memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Segala keinginan sejak kita memilih untuk merujuk kisah berharap semuanya berjalan seperti dulu, masih sama meski telah bertahun-tahun tak bersama. Bertubi-tubi harapan didaraskan bersama dengan segala rasa yang disandarkan.

Advertisement

Namun semakin ke sini engkau justru semakin bergeser jauh dari sisi. Engkau tak seperti biasanya saat kita mencoba untuk memperbaiki hubungan ini layaknya pada tiga bulan yang lalu. Setelah kita sempat mencoba untuk memulainya seperti sediakala, ternyata kepingan rasa yang tercecer faktanya begitu pelik untuk disusun kembali seperti saat pertama kita berjumpa. Engkau tidak seperti dulu lagi, saya merasakan ada rasa yang mulai berbeda.. Alih-alih menjadi lebih baik, engkau malah membuatku tersekap dalam kerisauan.

Pengakuan yang dulunya pernah diucapkan sungguh terasa berbeda ketika kembali diadaptasikan dalam keadaan yang terjadi selama sebulan terakhir. Rasa yang muncul pada pandangan pertama tergerus dengan sendirinya. Entah penyebabnya tersulut dari mana, saya juga rada-rada pening. Engkau perlahan-lahan sudah berubah total.  

Tentangmu semakin kabur selama sebulan terakhir, engkau lesap tanpa kabar yang pasti. Komunikasi yang awalnya baik-baik saja pun ikut-ikutan purna. Bahkan bertanya kabar sekalipun tidak mampir pada aplikasi berbagi pesan. Saya juga tidak tahu pasti kenapa engkau kembali hilang.

Terlalu lama engkau pergi tanpa ada pesan. Satu bulan bukan waktu yang singkat untuk membiarkan suatu hubungan tanpa kepastian yang jelas. Rasa dongkol semakin memuncak saat engkau tidak menginformasi lebih lanjut apa dan bagaimana dalihnya sehingga rasa yang engkau miliki perlahan berubah.

Padahal sebelum malam kian beranjak selalu sempatkan sedikit waktu untuk berdoa pada Yang Kuasa agar engkau lebih serius meniti hubungan kita. Mungkin engkau kembali singgah demi menikmati kebahagiaan sementara, hanya untuk mengisi ruang kosong pada langkah yang hendak engkau gapai, tidak apa-apa untukku. Dan mungkin engkau bukan jawaban dari pertanyaan dan pengembaraan yang sedang saya jajaki. Aku tidak akan memaksakanmu sekali lagi.

Saya akui engkau tak seperti dulu lagi. Rasa sayang yang kamu miliki mungkin sudah terkikis dan lekas punah. Saya pun berhak mengambil keputusan final, sebab membiarkannya semakin larut hanya menghabiskan masa yang kian hari kian berubah, menghabiskan hari yang kian hari kian menua, dan menghabiskan usia yang kian hari rambut kian beruban. Aku memilih pamit untuk menyudahi, bukan meludahi kisah kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

Editor

une femme libre