Aku Memilih Sakit Hati

Setiap orang pasti pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan pahitnya patah hati. Saya rasa itu hal paling mendasar yang harus dirasakan oleh semua orang karena merupakan proses pembelajaraan, pembekalan dan pendewasaan mental dan hati. Banyak mereka pasangan muda mudi yang merasakan indahnya jatuh cinta seperti yang ada di "ftv", sinetron bahkan telenovela. Tapi tidak jarang dari mereka yang hanya mendapatkan sakit hati, pahitnya kecewa bahkan trauma dengan jatuh cinta itu sendiri.

Advertisement

Sebenarnya bukan 'jatuh cinta' yang harus disalahkan ketika kamu merasakan sakit hati atau kecewa. Tapi harapan yang terlalu besar yang seharusnya diredam. Kita memiliki pilihan, bebas memilih untuk menerima perasaan jatuh cinta itu atau menolaknya. Memang hati tidak bisa berdusta, karena hati tahu persis kemana harus pergi dan pada siapa akan berlabuh.

Bukan kita yang memilih, tapi hati yang menuntun dan memilih pada siapa kita jatuh cinta.

Sama halnya seperti aku yang terus memilih untuk dikecewakan berkali-kali oleh orang yang sama. Orang yang pernah membuatku jatuh cinta sedalam-dalamnya adalah orang yang sama yang memberikan luka. Aku sendiri tidak tahu akan seperti apa hubungan kami selanjutnya. Aku yang terlanjur sayang, yang terlanjur nyaman dengan perlakuannya yang menurutku jauh dari kata 'sayang' itu sendiri.

Advertisement

Aku terbiasa untuk mandiri, tak bergantung padanya, jauh dari kata manja. Atau memang dia tidak pernah peduli terhadap hidupku. Yang ia pedulikan hanyalah fantasi dan bahagia semu semata. Ia tidak pernah memberiku setangkai mawar, sebatang cokelat atau bahkan mengajakku nonton bioskop layaknya pasangan kekasih pada umumnya.

Rasa sayangku tak bisa dibendung, tak cukup ditulis melalui frasa, atau diucapkan melalui nada. Rasa ku cukup dalam diam, kuuntai melalui serangkaian doa.

Advertisement

Dua tahun kami, atau mungkin hanya aku yang merasakan rasa ini. Rasa yang tidak bisa dia berikan kepadaku, aku tidak pernah sedikitpun meminta dia untuk menyayangiku. Berkali-kali aku berterus terang padanya, apa yang aku inginkan dari hubungan kita, namun tetap aku tidak mampu merubah hatinya. Hatinya terlalu keras dan beku untuk bisa menerima kehadiranku. Tak apa bagiku kehadirannya sudah cukup membuatku bahagia.

Karena bagiku dia bukan hanya orang yang paling kukasihi dan kusayangi, dia adalah sahabatku, temanku berbagi cerita. Dan aku tak sanggup untuk kehilangannya.

Pintaku selama dua tahun bersamanya tidak banyak. Aku hanya ingin dianggap sebagai bagian dari hidupnya, bagian dari proses pendewasaan hidupnya. Karena bagiku, dia telah menjadi bagian dari hidupku yang tak akan bisa kulupakan. Aku telah melalui banyak proses bersamanya, asam pahit kehidupan, kisah yang jika kuceritakan lebih detail kalian tak akan percaya. Dan itu semua tidak mudah, mungkin banyak orang yang tidak sadar dan tidak tahu akan apa yang kualami dan kujalani. Karena memang dia pandai menutupi semuanya.

Yang menjalani ini kita, mereka ngga perlu tahu semakin banyak intervensi semakin ribet nanti. ucapnya padaku berkali-kali.

Entah apa alasannya untuk diam-diam dan sembunyi, aku tidak ingin tahu karena setiap kalimat yang keluar dari mulutnya hanya akan membuat hatiku makin sakit dan terluka. Namun entah kenapa aku sudah terbiasa dengan kecewa yang ia beri, dengan luka yang ia buat. Mungkin aku terdengar gila, tapi aku nyaman dengan lukaku sendiri. Aku enggan untuk berdiri dan berpindah tempat. Sakit hati yang aku rasakan, ketika aku tahu dia mendekati wanita lain, dia berkata jujur apa adanya padaku. Dan ya lagipula apa hakku untuk marah padanya, karena memang sedari awal dia hanya menginginkan hubungan yang sifatnya sementara dan tak pasti.

Aku hanya bisa berharap seberapapun jauh kamu melangkah, seberapa banyak wanita yang akan kau temui dan kemudian kalian saling jatuh cinta, aku hanya bisa berharap semoga kamu bahagia. Aku yang dulu pernah berharap menjadi pelabuhan terakhirmu. Kini perlahan melangkah keluar dari belenggu mimpi menuju realita bahwa tidak semua yang kita cintai harus dimiliki.

Dia pernah disakiti dulu, oleh wanita pujaannya, kekasih hatinya, hingga hatinya hancur berkeping-keping dan trauma menjadi pilihannya. Disinilah aku berada antara mimpi yang tak sesuai dengan kenyataan atau angan yang buram, pelampiasan atau pelarian atau mungkin hanya sebatas teman yang selalu mengerti dan menerima keadaannya. Watak dan sifat kami yang hampir sama, karena tanggal lahir kami yang bersebelahan mampu membuat kami merasa nyaman.Terkadang kami bisa sedekat nadi, bahkan tidak jarang bertengkar hebat dan sejauh matahari.

Kini apa yang kulalui biarlah menjadi pembelajaran untuk hidupku. Aku yang memilih untuk sakit hati, untuk bertahan meski terus disakiti, aku selalu menjadi wanita pertama yang mendukungmu namun tak pernah kau anggap. Aku ikhlas, aku sadar. Memang ikhlas sesungguhnya tidak perlu diucapkan dengan frasa tak perlu dilontarkan cukup dirasa dalam hati.

Aku memilih jatuh cinta yang sekarang terseok-seok untuk bisa bangkit dan bangun kembali. Untuk bisa lepas dan pergi namun bukan karena aku tidak peduli, tapi karena aku tahu bukan aku wanita yang kamu impikan, bukan aku wanita yang akan menjadi pasangan hidupmu nanti. Karena tanpa kau sadari, sedari awal aku sadar bahwa hatimu memang tidak pernah memilih aku.

Jalani hidupmu seperti biasa, seolah kamu tidak pernah mengenalnya, seolah hatimu tidak pernah remuk sebelumnya. Rasakan dan nikmati nanti kamu akan tumbuh jadi wanita yang lebih kuat dan lebih mandiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta parfum, penyuka cokelat dan pengagum sunset.