Aku Memegang Teguh Janji untuk Selalu Ada, tapi Kamu Hanya Mengada-ada

memegang teguh janji

Kamu menyilaukan. Membuat semua hal tentangmu tak dapat lagi kulihat. Aku begitu kecil, sehingga wajahmu tak dapat lagi kusentuh. Kita terlalu jauh, 1 berbanding tak terhingga. Tak banyak yang dapat aku andaikan sebagai definisi betapa berbedanya kita saat ini.

Advertisement

"Aku hanya bisa memberikan satu hal, yakni untuk selalu ada", pungkasnya.

Entahlah, rasanya lain. Membuatku semakin bertanya tentang definisi sesungguhnya dari kalimat yang kau ucapkan. Aku begitu lelah menunggu perwujudan nyata darimu, hingga lupa untuk menghargai diri. Aku terlalu sibuk membahagiakanmu, hingga lupa membersihkan luka yang terpatri dalam hati. Sampai akhirnya, luka itu membusuk.

Biar kuingat masa yang telah lalu, saat diri ini aku abaikan untuk menyelamatkan raga yang lain. Aku tak pernah jemu menunggumu yang enggan mengingatku. Aku tak pernah patah ketika berusaha menggapaimu meski kau memintaku untuh pergi dari hadapanmu. Aku pernah rela menginjak patahan kaca saat kau merusak segala benda di sekelilingmu, hanya untuk membuatmu tau bahwa inilah wujud 'selalu ada' yang sesungguhnya.

Advertisement

Aku sangat terluka. Aku pun bisa runtuh oleh orang yang kupercayai dapat membangun diriku. Sesekali aku berpikir, mengapa aku begitu bodoh? Mengapa aku bisa percaya pada warna abu-abu? Mengapa aku dapat hidup dalam raga yang tak mengenal hati?

Tuhan seakan sedang menunjukkan sesuatu yang harus aku ketahui dengan cara yang istimewa. Tuhan memberiku kesempatan untuk menggunakan akal sehat, menggunakan hati yang tak terlalu banyak, memberikan kesempatan yang tak akan disia-siakan, hingga memberikan pilihan untuk tetap tinggal atau menyelamatkan diri dari kegamangan.

Advertisement


Tak ada yang lebih buruk dari merasa sepi di tengah keramaian, merasa sendiri di saat kau yakin memiliki pendamping hidup, atau merasa tak berarti disaat kau mati-matian berjalan disampingnya meski tak ada jalan bagimu untuk bersanding dengannya.


Namun, kita berdua hanya manusia biasa yang terbagi menjadi dua hal berbeda, yakni manusia biasa yang bisa lupa, dan manusia biasa yang bisa memegang kata.

Aku hanya dapat menerka, berspekulasi, atau berhalusinasi tentang hal yang seharusnya aku terima. Mengingat hati ini tak diberi waktu untuk relaksasi, sehingga aku hanya bisa mencuri sambil iri hati terhadapmu yang bisa memiliki seluruh atensi, walau sering lupa diri dan segera berlari jika hal buruk datang menghampiri.

Ketahuilah, aku tetap di sini. Jangan pernah tanyakan mengapa aku sudi tetap berdiri di atas duri, karena aku hanya ingin memberikan kualitas hati, bukan untuk mempermalukan diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku adalah penikmat bualan, tapi tak kumakan mentah-mentah. Terlebih dulu kugoreng atau kurebus, lalu ditaburi rumput laut. Yummm!

Editor

une femme libre