Pernahkan kalian sedang asyik sekali dengan mimpi-mimpi yang kalian bangun kemudian dengan begitu saja diruntuhkan? Padahal belum selesai dibangun, masih proses mengumpulkan bahan dan berjalan perlahan penuh semangat.
Sakit?
Iyalah! Masa tidak, sih?
Begitu pula yang pernah aku rasakan.
Mungkin aku memang bukan siapa-siapa sih, apalagi sampai harus bercerita panjang lebar tentang cerita tidak penting ini. Tapi, cobalah baca pelan-pelan dan rasakan bagaimana sensasinya. Sebut saja aku Cahya, perempuan biasa usia 20an yang sedang memahami arti hidup, aku punya impian menjadi penulis buku, sesederhana itu saja kok.
Aku yang masih amatiran ini pernah berusaha begitu keras dengan mimpiku itu, menulis apa saja yang ada di dalam benakku.
Aku tulis di mana saja, bisa di ponsel atau sekedar kertas. Aku benar-benar ingin menulis, semauku. Sampai akhirnya aku berani membuat sebuah cerita di portal Facebook yang saat itu sedang populer di zamannya.
Aku lupa judulnya, tapi saat itu respon dari pembaca lumayan meski aku sangat-sangat pemula, cerita yang aku tulis saat itu hanya berupa Flash Fiction atau fiksi pendek yang memiliki beberapa episode. Saat itu aku diajak Mbak Zahra, kakak kelasku untuk bergabung pada sebuah fans page cerpen dan saat itu aku mulai menikmati komentar dari pembaca yang memang tidak terlalu banyak tapi aku senang, aku merasa tidak lagi menulis untuk diriku sendiri.
Tapi itu tidak bertahan lama, aku berhenti pada episode ketiga atau entah aku sedikit lupa. Setelah itu, aku membuat sebuah akun di aplikasi Tumblr, tentu saja sebelum akhirnya Tumblr di blokir pemerintah. Aku menulis segalanya di sana dan beberapa kali aku bagi di sosial media lain dan alhasil beberapa sahabat mendukungku untuk terus maju, meski aku sebenarnya tidak pernah yakin pada kemampuanku sendiri.
Sampai pada akhirnya beberapa orang mulai tahu akun Tumblr-ku dan di sinilah letak menyerahku dimulai. Seseorang menyunting kata-kataku tanpa izin dan dia tambahkan beberapa kalimat miliknya. Kemudian dia bagikan di sosial media pribadi miliknya. Yang menyakitkan adalah aku tahu itu siapa, dan lagi komentar-komentar yang bertengger di sana begitu banyak dan mendukung.
Padahal aku tahu ada tulisanku di sana, dimodifikasi sedemikian rupa, tapi bagian milikku masih ada. Ada 2 pos seingatku saat itu, manusia itu bukan perempuan biasa sepertiku, dia punya beberapa banyak pengikut, dan disukai banyak orang sebab ya banyak hal yang dia punya selain hanya pintar menulis. Lho? Aku ini siapa? Bukan apa-apa tahu!
Tentu itu sangat membuatku terpukul dan sedih. Sejak saat itulah aku berhenti menulis dalam waktu yang cukup lama. Padahal seharusnya aku bangkit dan lebih semangat lagi. Entahlah, aku mulai merasa tidak sanggup lagi, nyatanya menjadi penulis juga butuh modal, selain materi dan kecerdasan ternyata masih ada. Fisik.
Sejak saat itu, dia makin berkembang dan aku masih mematung. Dia mulai menjadi sorotan dan aku masih menjadi bunga layu yang kurang air, apalagi mendapatkan komentar-komentar orang lain tentang mimpiku yang hanya berakhir wacana. Dibanding-bandingkan, dicap gagal, disudutkan oleh beberapa orang. Sakit. Beruntung aku punya mereka, sahabat-sahabat sejatiku yang tidak pernah berhenti menyemangatiku dalam keadaan yang sangat terpuruk, bersedia membaca tulisan-tulisanku yang pada akhirnya tidak lagi aku kirim ke media sosial karena takut.
Aku memilih menjadi figuran di saat orang lain sibuk menjadi pemeran utama. Hingga suatu saat aku bangkit, karena sahabat-sahabatku, karena orang-orang di balik layar ini mendukungku terus menerus, membuatku sedikit demi sedikit memulai langkahku kembali meski tak sebanyak dulu. Aku akan tetap mejadi figuran, tapi sekarang bukan figuran yang mudah menyerah tapi yang bangkit dari jatuhnya. Terimakasih untuk orang-orang yang telah mematahkan semangatku, aku bangkit, aku bisa!
Bagi kamu yang sedang menyerah dengan mimpimu, bangkitlah! Orang-orang yang setia mendukungmu selalu siap menuntunmu saat kamu jatuh ?
Semangat!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”