Pertemuan pertama kita, tahun 2016 yang lalu, dimana aku dan kamunNyata bertemu dan bertatap muka dengan mata bengkakku, sebab ada hal bodoh yang aku tangisi di hari itu.
Ketika malam tiba seakan kamu akan menemaniku, menggantikan orang bodoh yang pernah aku tangisi. Menangis bukan perihal aku ditinggalkannya, melainkan harga diri dari seorang wanita. Hari-hari kau selalu menemaniku. Berat bagiku menerima lelaki baru setelah aku mengenal pria bodoh itu. Jera bagiku untuk dekat dengan pria manapun. Trauma bagiku untuk membuka hati untuk pria lain. Perkenalan itu masih berlanjut dari bulan ke bulan.Â
24 Agustus 2016
Lebih tepatnya, dimana aku memberanikan diri untuk mengenalmu lebih jauh tapi bukan perihal keinginanku, melainkan paksaan dari kedua sahabat gilaku. Menolaknya sudah tidak mungkin karena mereka berdua telah mengiyakan semuanya. Sedangkan aku? Melanjutkannya seorang diri.
Agustus, September, Oktober, November, Desember. Selama itu, aku tidak ada sedikit rasa ingin memilikinya. Hanya saja aku menjaga perasaan pria polos itu. Aku tidak ingin merasakan apa yang ia rasakan saat aku tiba-tiba hilang dari kehidupan yang nyata ini.Â
Satu bulan berikutnya aku mulai membuka hati sedikit demi sedikit. Nyatanya, pria tidak semua sama seperti pria bodoh kemarin. Aku menjalani dengan semestinya, aku benar-benar menjadi diriku sendiri sedangkan dia adalah pria yang selalu aku banggakan karna kepolosannya.Â
Namun, beberapa minggu kemudian satu per satu keanehan berdatangan.
Tepat ditanggal 7Â Januari 2017Â
Salah satu sahabatku datang untuk mendekatinya. Entah dalam rangka apa ia mulai mendekatinya lagi. Ya memang sebelumnya meraka berdua memiliki kisah cinta yang terhenti karna restu orang tuanya. Sempat aku abaikan karena aku tidak terlalu berpikiran lebih tentang mereka berdua. Setelah itu kita kembali melanjutkan perjalanan setelah problem itu.
Singkat cerita, tepat pada bulan Maret aku ingin mengakhiri cerita kita hanya untuk seorang sahabat yang mungkin cerita mereka berdua sempat tertunda agar bisa ia lanjutkan kembali sampai bab terakhirnya. Namun sad ending bagiku.
Semua tidak masalah dan aku tidak pernah berpikir untuk menjauhi sahabatku itu. Nyatanya percuma. Aku kehilangan keduanya. Kehilangan dia yang kurelakan untuk sahabatku dan aku kehilangan sahabatku. Entah mengapa ia menjauhiku padahal aku yang mengikhlaskannya. Bahkan ia menceritakan seolah olah aku yang paling salah, hingga aku dijauhi oleh orang-orang sekitar, dan hanya sedikit yang paham tentang cerita dan kejadian yang sebenarnya.Â
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”