Aku dan Segala Keakuanku

Hanya karena mendengar namamu sekali saja, aku langsung teringat

Hanya karena mendengar namamu, sekali saja aku langsung teringat.

Bahkan yang selama bertahun-tahun bisa dipendam pun jadi hancur berantakan. Bahkan yang sempat berpindah pun jadi kembali. Yang bahkan tidak pernah kuucap di doa tiba-tiba kuucap kembali

Advertisement

Hanya karena sekali mendengar namamu, secara tidak sengaja.

Semesta memang kejam setiap menyangkut tentangmu. Padahal aku sudah yakin bukan kamu. Sekarang jadi ragu lagi. Padahal aku sudah bertekad, “selesaikanlah, tolong”

Sekarang jadi, “bagaimana kalau kita ?”


Aku dan segala keakuanku


Advertisement

Padahal kamu yang menyadarkan bahwa aku perempuan yang tegas, mandiri, keras kepala, dan ambisius. Kamu yang menyadarkan bahwa perempuan sepertiku tidak banyak. Selanjutnya kamu yang menyadarkan bahwa aku harus bergantung jika harus bergantung.

Mengeluh jika ingin mengeluh. Marah jika ingin marah. Menangis jika ingin menangis. Berhenti jika memang harus berhenti. Berkat kamu aku jadi lebih mengenal diriku sendiri. Mengenal aku dengan segala keakuanku. Tapi tidak mengenal kamu dan segala kekamuanmu

Advertisement

Terlihat kuat bagiku tapi ternyata rapuh

Terlihat selalu tertawa bagiku tapi ternyata juga menangis

Terlihat selalu sabar tapi ternyata juga marah

Kamu dan segala yang melekat padamu membuatku memahami bahwa apapun yang terjadi kepadamu, kamu bukanlah orang yang lemah. Kamu mampu membuatku menyadari kekuatanku sendiri. Kamu yang membantuku membangun diriku sendiri. Aku terlalu bergantung kepadamu hingga aku sendiri tidak sadar bahwa kamu juga butuh bergantung

Tumbuh bersama. Menemani masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa dengan kamu memberiku banyak hal. Tapi aku yang melewati bayak hal darimu. Kamu yang selalu bertambah dewasa, tapi aku yang justru tidak dewasa

Saat aku menyadari dan mulai menyesali. Ini adalah perasaan menyesal paling kusesali seumur hidup dengan tameng, “I’m not the good one for you” aku mundur

Padahal aku bisa berjalan selaras dengan langkah kakimu. Tidak seperti kamu yang selalu menyeimbangi jalanku. Aku egois, maaf. Selama ini aku merasa bahwa aku yang selalu rapuh. Egois menjadi kambing hitam dalam hubungan ini. Terkadang, ketika aku menemui hal yang buntu aku ingin bertemu denganmu dan menceritakan segala keluh kesahku. Saat aku bahagia, ingin rasanya berlari ke arahmu dan mengajakmu menari riang Terkadang, aku ingin memulai lembaran baru dalam hidupku, tetapi terkadang aku ingin memulai kembali dengan orang yang sama. Namun sepertinya aku sampai pada satu kesimpulan, bahwa hal ini hanya akan menyakiti kita.

Menyakitimu lebih tepatnya. Aku terlalu takut untuk memulai lagi dan sekali lagi menyakitimu tanpa kusadari. Akhirnya, aku ingin bertemu denganmu untuk menceritakan segala keluh kesahku ini. Bagaimana menurutmu ?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nothing changes if nothing changes