Teruntuk kamu yang saat ini sedang bersama dia yang telah menghalalkanmu, dia yang memang telah ditakdirkan untuk menemani hidupmu. Ya walaupun katamu itu perjodohan yang dilakukan oleh orang tuamu dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya, tetap saja itu sudah menjadi ketentuan mutlak dari Tuhan dan aku tak akan menyalahkan keadaan, dan berbahagialah meskipun tanpa aku.
Mungkin kamu merasa bersedih ketika kita saling berpasan, aku sama sekali tak menyapamu seperti biasanya. Percayalah, bukan aku segaja melakukan itu, bukan inginku seperti itu. Dalam hati sangat ingin menyapamu, namun aku takut, aku takut dia yang saat ini bersamamu, menjagamu, menafkahimu, dan juga mencintaimu setulus hatinya takut merasa sedih karena dia juga tahu kita saling mencintai sejak dulu.
Senyum pun bukan aku tak mau melontarkannya kepadamu, atau bukan pula karena senyumku sudah habis aku berikan untukmu saat kita masih bersama, dan menghilang setelah kamu pergi. bukan, senyumku masih tetap sama, sama seperti dulu, hanya saja aku simpan dalam hati dan tak ingin melihatkannya ke kamu, karena aku takut berdosa memberi senyum kepada seseorang yang telah memiliki ikatan suci, itu tak baik.
Bukan juga aku segaja melakukannya, bukan pula aku melupakanmu. Bukan, kamu masih tetap ada, namun bukan proritas seperti dulu, namun hanya tersimpan rapi dalam rak buku memori hidupku, dan mungkin tidak akan aku buka lagi untuk melanjutkan ceritanya, karena semuanya sudah usai.
Kamu bilang aku bahagia sekarang tanpa kamu, aku sudah melupakan semuanya. Percayalah, itu pikiran burukmu saja. aku harap kamu tak egois dalam hal ini, karena sejatinya kamulah yang telah melupakan semuanya, sementara aku hanya pura-pura lupa. Dan tahukah kamu, aku sangat sulit menghapus jejakmu dalam benakku setelah kata sah aku dengar dari penghulu pernikahanmu.
Aku berusaha keras untuk melewati masa sulitku kehilangan seseorang yang menjadi ujung tombak semangatku setiap hari. Aku kehilangan tempat di mana aku bisa tersenyum ,tertawa, menangis, dan bahagia. Namun tempat itu seketika waktu menghilang bak ditelan bumi, hilang entah ke mana aku tak bisa menemukannya lagi, sampai aku tersadar jika dirimu telah menjadi tempat untuk orang lain.
Percayalah, tak mudah bagiku untuk melewati masa itu, masa dimana aku kehilangan arah mana lagi yang harus aku tempuh untuk bisa mencari tempat berteduh seperti hatimu. Namun dengan seenaknya kamu bilang setelah kita bertemu, setelah tidak saling sapa menyapa dalam kurun waktu yang lama, aku terlalu bahagia tanpa dirimu. Bukan seperti itu, kamu salah, aku melupakanmu bukan karena aku segaja, bukan aku memang telah menghapus semuanya tentangmu, namun demi kebaikanmu dan kebaikanku, anggap saja cerita kita dulu sebagai sebuah film bergenre rindu, yang hanya teringat ketika sepi lalu menghilang ketika ramai.
Aku harap kamu tak lagi menyalahkanku, bahkan mengklaimku telah membencimu dengan dalih melupakan. Aku tak lupa, aku tak pernah lupa dengan seseorang yang memberiku cobaan dan rintangan yang membuat aku bisa setegar saat ini, setangguh saat ini, dan sedewasa saat ini dalam menghadapi hidup.
Aku tidak akan melupakan jasamu itu, bahkan saat ini. Rasa sakit itu tak pernah aku biarkan menjadi amarah apalagi dendam. aku menjadikan semua itu sebagai motivasi bahwa tak selamanya sesuatu yang buruk itu akan menjadi buruk, namun tergantung kita bagaimana mengelolahnya untuk menjadi baik.
Seperti kamu, kamu yang dulu pernah menjadi pelangi dalam hariku, seketika berubah menjadi badai. Namun aku tak pernah merasa jika badai itu adalah bencana, namun aku anggap sebagai pelajaran, dan berkah jika di balik itu semua selalu ada jawabannya dari sang Tuhan jika akan muncul pelangi kembali jika berdiam dalam sabar. walaupun bukan pelangi yang sama, tapi pasti lebih indah dari pelangi sebelumnya, dan aku mempercayainya.
Jadi, rindu yang kamu punya, cinta yang kamu punya, bahagia dan cerita yang kamu miliki saat ini, tetaplah kamu berikan untuk dia, dia yang telah berhak atas semuanya darimu seorang istri baginya, bukan aku. Aku pun seperti itu, rindu, cinta, bahagia adalah aku. Bukan kamu lagi, dan akan aku beri kepada dia yang memang menjadi takdirku nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”