Aku adalah bayangan cipta yang menemanimu
Terkisah didalam sepenggal hati yang meremuk sendiri. Aku masih sangat menyayangimu. Kita berjalan didalam perbedaan klimaks yang menjadikannya ada diantara dua benteng yang menjulang dengan kokohnya. Maafkan aku yang masih menyayangimu. Maafkan aku yang belum melupakanmu.
Tanpa kamu sadari, ada hadirku yang sering kamu abaikan. Aku yang tiada jemu hanya inginkan kebahagiaanmu. Walaupun hatiku yang dirimu korbankan. Untuk dapat menatap kebahagiaanmu dipenghujung kejauhan sana.
Aku mungkin bukanlah menjadi satu purnama dibenak mu saat ini. Setelah ada dia yang dirimu pilih.
Aku bukanlah juga kejora. Tetapi aku selalu ada disisimu. Aku ada untuk setia menemani mu. Tanpa kamu sadari, aku selalu ada dekat disisimu. Aku adalah cipta bayangan yang selalu menjagamu. Aku ada di setiap sisimu. Tanpa kamu sadari, aku ada untuk selalu melihat dirimu tersenyum bahagia.
Kita yang pernah saling menggenggam. Kita yang pernah saling menyayangi. Kita yang pernah saling ada untuk berjuang. Namun, seketika itu juga dirimu remukkan. Aku dihadapkan pada pilihan antara rasaku dan rasamu dan juga dia. Aku memang bukan dia. Aku hanya mampu menjaga dan menyayangimu dengan caraku yang sederhana.
Jika kamu masih ingin mencari pelabuhan hati mengatasi namakan kata puja cinta yang menggema, jika kamu ingin mencari lebih dan lebih. Tanpa kamu sadari, kamu tidak akan pernah menemukan keabadian yang sedang sesungguhnya. Kepayahan dan kepatahan yang dirimu yang tancapkan. Seolah meradang. Sedikit saja aku berbisik, mampukah kamu merasakan?
Semoga kelak kamu tidak akan pernah merasakan kesakitan kesedihan yang mendera. Seperti yang dirimu hembuskan ke ruang-ruang hati para pemiliknya. Cukuplah aku yang dirimu taburi percikkan diatas luka yang memar. Seperti sembilu yang menghantam keruas-ruas hati. Luka yang masih menganga terasa goresan bayangnya. Luka itu lantas dirimu taburi air dingin yang membuatnya semakin dingin dan membeku. Di mana hatimu ?
Saat kamu memilih untuk menyudahi dan mengabaikan tiada peduli. Sayatan perih itu masih sangat terasa. Aku berharap kamu selalu bahagia. Tanpa kamu sadari, dalam tangis pun aku masih sanggup tegar tersenyum diatas kebahagiaan kalian. Biarlah aku menata hati disini. Dengan bayang dan kasih Tuhan.
Tangisan ku, kebahagiaan mu, melihat mu bahagia adalah keinginan ku. Meskipun dengan hati tersayat saat aku harus merelakan kepergianmu. Satu hal yang tidak pernah aku mengerti, mengapa kamu merumitkan rasa di atas rasa. Bukankah jika kamu masih sangat mendamba dan mencinta, kamu tidak akan sanggup berpaling. Bukankah seharusnya kamu mampu menjaga hati. Aku membiarkan waktu yang berbicara dan mengobati seluruh luka yang menganga. Aku hanya ingin kamu bahagia.
Sejenak aku tersadar, saat aku memulai dengan kesibukan yang melanda. Berharap semua raut, semua memori memudar. Namun, ternyata aku salah. Saat aku mulai lelah. Bayangmu malah menyelinap lagi dan lagi tanpa permisi merasuk saat terjaga. Entah mimpi yang membuatnya sempurna mengingatkan kembali memori tentang kita. Entah pahit itu ada namun tetap manisnya tak mampu untuk ku kecup. Kamu tetaplah kamu. Yang pernah ada dan selalu ada meskipun dalam mata terpejam.
Kita tak perlu banyak kata. Kita hanya membutuhkan waktu untuk bisa menjelaskan perkara yang pernah ada. Namun belum juga kita tuntaskan. Sejenak saja kamu pahami, akan arti hadir diri yang selalu setia menantimu di sini.
Untuk yang terakhir dan tiada pernah berakhir. Mengutip rasa di atas kata sejati.
Melepaskan hati dengan senyuman
Menepi aku memandang dari jauh dan lepasnya hati. Hari berganti hari tiada pernah meramu tentang segala kepenatan yang sedang melanda. Terkadang aku mampu dengan segala kekuatan ketegaran menjelajahi waktu demi waktu. Tuhan lah yang menguatkan raga dan hatiku.
Aku tak ingin lengah. Karena kejatuhan yang kerap melanda diri dari segala kemelut noda yang kamu biaskan.
Namun sesekali aku pun kerap kelelahan. Dari segala tumpukkan tuntutan. Serasa raga benak gerak ini mengikat. Terkadang aku ingin terbang seperti merpati yang dapat terbang kian kemari menghelakan geraknya dengan lepas sejenak. Dengan rasa yang tiada percuma. Bagaimana mungkin menyanggah berpijak namun hati dan benak ini letaknya ada disana. Hati yang selalu aku rengkuh dengan selalu tertuju hanya kearahmu.
Hati yang selalu terarah menjaga dari segalanya yang ada telah aku selami. Aku mengunci hati ini. Karena letih dan sesak meramu menjadi satu. Aku melipat hati ini untuk sebentar saja menghelakan nafas. Bukan untuk meredupkannya. Karena hati yang tulus begitu sangat berharga dan berarti. Aku melepaskan hati ini. Karena kamu yang memilihnya. Takdir akan menemukan kembali jalannya. Takdir akan meramu kembali jalannya.
Saat aku lelah dengan segala yang ada meremukkan. Hati berbisik, aku harus tegar dan aku tidak boleh menyerah. Aku mengikuti alurnya seperti air yang mengalir dengan apa adanya. Dan aku bersyukur didalam senyuman diri kepada semesta. Yang telah mengukir dan merangkai jalan cerita kehidupan dengan sangat indah penuh hikmah. Yang tak mungkin terselami dengan nalar. Namun dapat sangat membekas dihati dengan nyata. Jalanku menemuimu kembali.Â
@anggungerardine
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”