Perjuangan ini bukan lagi tentang mempertahankan kebahagiaan tapi telah berubah menjadi penentangan apa yang dikatakan hati. sekarang kamu mengenalku begitu pun aku mengenalmu, tetapi semua hal tidak dapat kita ukur hanya dari apa yang dapat kamu lihat didepan mata, kamu juga perlu merasakannya lewat hati. aku yang selalu membuka hatiku tanpa berfikir jika esok akan dilukai, dilukai, dan dilukai kembali olehmu lambat laun akan mengerti dengan kebodohanku selama ini. mungkin selama ini juga kamu tertawa ketika aku mulai luluh.
tentu aku masih ingat saat dirimu melontarkan kata-kata indah ditelinga dan hatiku kala itu. bagaikan wanita terbahagia kau mebuatku lupa akan rasa sakit yang kau ciptakan juga hanya untukku.
memang aku belum lama mengenalmu walaupun kita berada dilingkungan kampus yang sama, aku pernah merasa beruntung masuk disalah satu organisasi kampus yang membawaku mengenalmu. teman-teman sepergaulanmu adalah teman diorganisasiku. hmmmm bahkan faktor teman-teman itu yang kadang ikut andil menghancurkan harapanku padamu.
kau tidak datang tiba-tiba, tapi kedatanganmu menembus relung hatiku sampai detik ini. kau menawarkan segala kondisi yang belum aku jamah. aku harus terus membuka mata akan kehadiranmu yang sampai detik ini tidak pernah menjadi milikku, yaa dia tak pernah mengutarakan isi hatinya padaku. hanya kalimat-kalimat mesra yang romantis.
saat aku menerima kepahitan darimu, aku hanya bisa pasrah menerimannya mengingat kembali bahwa menuntut apa yang aku inginkan padanya adalah kesia-siaan aku bukan siapa-siapanya.
"mengikhlaskan", mudah mengucapkannya kepada orang-orang yang mengetahui hubunganku ini. tapi pada dasarnya ikhlas itu sulit karena tak ada langkah yang bisa aku lakukan lagi untuk memperbaiki.
"sifatku", kau selalu membencinya tanpa mengkoreksi didalam dirimu terdapat sifat yang seperti apa? apa kau sempurna? ohhh cukup, aku tak sanggup melontarkan kata-kata kasar padamu. disini kau pemenangnya. kau boleh ceritakan keluhan-keluhanmu kepada orang lain. kenapa aku terlalu dalam mencintaimu bahkan aku rela bersabar ekstra dihadapanmu saat kau mencibirku.
kau boleh jadi orang pertama yang mencabik-cabik hatiku saat digenggamanmu, aku harap kau bisa temukan wanita yang membuatmu bahagia seperti yang kau cari-cari selama ini. mungkin kau benar kita tidak memiliki kecocokan yang sama hingga selama ini hanya menimbulkan perih dihati masing-masing.
kau selalu menuntut akan sikap dan perhatianku, tapi coba kamu berfikir kita berdua cuma temen dekat belum jadi siapa-siapa, apa harus saat berdua kayak orang pacaran? dimana hati dan pikiranmu saat berucap seperti itu?. sampai kata-kata itu jadi pesan masuk di handphoneku.
"kita lebih baik kayak dulu lagi aja, bersahabat mungkin lebih asik."
ohh yaa mungkin itu yang terbaik. saat itu aku mungkin bisa menjelaskan apa yang sebenarnya dia rasakan sama dengan apa yang aku rasakan ketika itu, kondisinya kau yang tidak memahamiku.
karena kata-katamu itu lah yang membuatku melontarkan kata
"aku tak bisa lagi membohongi perasaan ini kalau aku sayang padamu"
aku bisa terima mungkin dia benar kita ditakdirkan hanya untuk saling menyakiti bukan saling membahagiakan. aku tak pernah tau isi hatimu sampai sekarang, kadang kau begitu manis mengawali hariku dengan menyapa pagiku mendengar suaramu, jika aku terlalu bahagia kala itu kau dapat dengan spontan menjerumuskanku dalam lubang terdalam yang membuatku menghela nafas dalam-dalam, ketika aku mulai menerima perkataanmu kau salahkan lagi sifatku yang aneh ini saat itu juga aku sadar semua sifatku tak ada yang terkenan dihatimu, tapi dengan lembut kau memohon maafku.
karena cinta ini sudah membutakanku, aku tak tahu harus memaafkan seperti apa.
aku selalu salah dimatamu, aku tak kan bisa jadi apa yang kau mau, inilah aku dengan segala kekurangan yang aku pikir kau mampu menyempurnakanku, tapi ternyata tidak. aku tak pernah menyesal mengenalmu, karena aku sempat berjanji untuk tidak akan pernah menjauh darimu tanpa pengecualian.
aku sadar manusia hanya bisa berencana ketika semua terjadi tak seiya dengan harapan, kamu hanya bisa mengikhlaskan, tuhan sebaik-baiknya perencana untuk masa depan umatnya. berulang kali aku memohon pun takkan pernah jadi mungkin jika tuhan tak meng iyakan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Sungguh hal yang sangat berat untuk dapat menentang apa yang dikatakan hati.
terimakasih komentar kamu menambah semangat menulisku
Five years