Setiap kisah cinta, tak ada yang bisa menebak akhirnya itu akan seperti apa. Akhir bahagia kah, karena merasa cocok dan memutuskan untuk menikah atau akhir yang menyedihkan yang kita terima karena harus berpisah dan mencari kebahagiaan masing-masing.
Tentunya, semua orang menginginkan kisah cinta yang sedang dijalani sekarang, berakhir bahagia. Berduduk bersama di pelaminan, mengikat janji suci untuk selalu bersama sampai maut memisahkan, dan bertukar cincin dihadapan semua orang yang kita sayangi. Namun, pada kenyataannya tidak semua kisah cinta berakhir di pelaminan. Seperti kisah cintaku, yang kupikir akan bertahan lama selamanya. Tapi pada akhirnya, hubungan kita hanya berjalan mulus sampai 3 bulan.
Saat itu, aku masih berumur 16 tahun. Dan momen ketika aku mulai dekat denganmu dimulai saat aku belajar ngawan di gereja. Ketika sedang belajar ngawan, tiba-tiba hpku berdering. Semua temanku yang ada di ruangan tersebut, melihat kearahku, termasuk pendetanya. Malu, itulah yang aku rasakan. Apalagi ketika mataku dan matamu saat itu saling bertatapan. Kamu memberikan senyum kecil ke arahku, namun aku tak meresponnya sama sekali. Karena ku tahu, senyum manismu tak hanya kau perlihatkan padaku, tetapi kepada semua cewek yang kau kenal. Ya, dirimu terkenal playboy di lingkungan gereja. Dan hampir setiap belajar ngawan, namamu selalu jadi perbincangan terheboh di kalangan teman-temanku yang cewek.
Awalnya, aku biasa saja ketika dirimu selalu diceritakan oleh mereka. Namun lama kelamaan, aku penasaran, kenapa mereka bisa terpesona dan begitu menginginkanmu. Ternyata, kamu itu orangnya baik dan ramah. Walaupun kamu memiliki wajah yang ganteng, kamu tidak pernah memilih untuk berteman dengan cewek yang cantik saja. Semuanya kamu jadikan teman, karena bagimu, berteman dengan siapa saja tidak boleh memandang dari wajah, melainkan sikaplah yang perlu dipandang.
Setelah aku mendengar ciri-ciri tentangmu, yang kutangkap sendiri dari obrolan mereka semua, aku baru sadar, kenapa mereka begitu terpesona denganmu. Selain cakep dari luar, kamu juga cakep dari dalam. Aku tidak bisa mempungkiri, kala itu aku benar-benar menyukaimu.
Tring…
Saat aku masih asik memikirkan tentangmu, tiba-tiba ada sms masuk tanpa kutahu siapa pengirimnya.
“Hai Gita, ini aku Tarigan 1 gerejamu.”
“Tarigan siapa?” balasku singkat.
“Tarigan yang paling ganteng di gereja, hehehe…”
Sambil mengetik balasan sms darinya, aku kembali menebak siapa sebenarnya dia.
Akhirnya dia mengaku, bahwa dia adalah Tarigan yang terkenal playboy di gereja. Senang? Udah pasti dong! Bahkan, kita semakin saling berkomunikasi. Bisa dibilang tiap hari tanpa jeda sekalipun. Dan setelah sekian lama kita dekat, akhirnya kamu mengungkapkan perasaanmu kepadaku. Tanpa menunggu waktu lama, kukatakan ya dan akhirnya kita jadian.
Selama 3 bulan kita menjalani hubungan ini, tak ada satupun temanku yang menyukai hubungan kita. Mereka bilang kepadaku, “sekalinya playboy akan tetap playboy. Selama pacaran sama dia, kamu jangan terlalu cinta ya Gita, ntar kalau dia punya pacar lain selain kamu, nanti kamu sakit hati lho,” ucap salah seorang teman dekatku digereja. Mendengar kata-kata itu, aku mulai berubah kembali menjadi yang dulu. Cuek dan bersikap seperti tidak menginginkanmu.
Setiap kali kamu ajak aku nonton bioskop, aku selalu punya alasan untuk tidak nonton denganmu. Kamu ajak aku jalan kemanapun tempat yang aku suka, aku juga kukuh dengan pendirianku, yaitu tidak mengiyakan ajakanmu. Dan selama itu, kamu merasa jenuh denganku dan kita pun memilih untuk mengakhiri hubungan ini baik-baik. Setelah putus darimu waktu itu, setiap jumpa digereja, kita selalu saling menatap tapi tak saling menyapa.
Aku sangat sedih, karena udah nyia-nyiain kamu yang tak henti-hentinya memberi perhatian kepadaku, walau aku selalu cuek terus padamu. Dan aku menyesal, karena terlalu percaya omongan temanku daripada penjelasan darimu.
Sebulan berlalu, dan aku masih terus memikirkanmu. Penyesalan demi penyesalan selalu datang mengacaukan pikiranku. Coba aja waktu bisa diulang kembali, aku gak akan cuek ke kamu, merasa paling cantik dari cewek-cewek yang ada digereja kita, karena bisa pacaran sama kamu. Udah ganteng, ramah, perhatian, mapan lagi. Siapa sih yang gak bangga bisa milikin kamu. Tapi, itulah kesalahanku. Aku menyia-nyiakan kamu dan memilih jalanku sendiri.
Setelah bertahun-tahun, aku menjalani kehidupan tanpa kehadiranmu lagi, akhirnya aku menemukan penggantimu. Kami pun berpacaran dan akhirnya memutuskan untuk menikah, karena sudah merasa saling cocok. Kupikir, cowok yang menjadi teman hidupku ini akan menjadikanku wanita yang paling terbahagia, seperti yang kamu lakukan kepadaku selama ini. Tetapi ternyata, aku merasakan kepedihan yang teramat sakit dalam pernikahanku. Dia mencampakkanku dan tidak peduli dengan keadaanku dan juga anakku. Andaikan kamu tahu, betapa menderitanya aku menikah dengan dia, laki-laki yang tempramental.
Setelah sekian lama aku menikah dengan laki-laki yang sangat tak menghargaiku, aku pun memutuskan untuk bercerai dengannya. Dan saat aku sudah cerai, kamu yang entah datang darimana setelah sekian lama tidak bertemu, tiba-tiba mengajakku jalan dan mencoba mencari tahu tentangku yang sudah menikah dan sudah punya anak. Karena kamu memaksaku terus untuk cerita, aku pun menceritakannya kepadamu. Tapi tak semuanya, setengahnya saja aku ceritakan padamu, karena aku sangat malu.
Sekilas, saat kita sudah kembali dekat, aku mikir mau balikan denganmu lagi. Tapi, aku merasa nggak pantas untukmu, karena aku tau diri kalau keadaanku yang sekarang tidak sama seperti aku waktu gadis dulu.
“Tarigan, kamu udah punya pacar, setelah putus dariku?”
“Udah, tapi tenang aja!”
“Kalau aku tau, kamu udah punya pacar, aku gak bakal mau diajak jalan sama kamu.”
“Kita kan masih pacaran, dan dia belum jadi istri aku. Bisa jadi, dia jodohku, bisa juga enggak.”
Mendengar perkataanmu waktu itu, aku jadi teringat dengan perkataan temanku kalau kamu itu playboy. Baikmu ke semua cewek, tidak hanya aku saja. Tapi, setelah kudengar kabar, bahwa kamu menikah bulan Januari 2020 kemarin, aku semakin yakin kalau kamu dan pacarmu itu memang berjodoh.
Ya, meskipun kita sudah menjalani kehidupan rumah tangga masing-masing, tapi aku belum bisa melupakan semua tentang kita. Kenangan yang kamu berikan kepadaku terlalu banyak dan terlalu membahagiakan. Sampai-sampai aku nggak sadar, kalau aku sebenarnya nggak boleh mengingatmu lagi. Kamu itu sekarang sudah menjadi suami dari wanita lain. Seharusnya aku sadar sekarang, bahwa aku dan kamu tidak akan pernah menjadi kita. Kisahku dulu bersamamu, akan pelan-pelan kulupakan. Dan aku berjanji kepada diriku sendiri, gak akan memikirkanmu lagi.
Selamat tinggal masa lalu, selamat datang masa depan.
Semoga kamu bahagia selalu ya bersama dia pilihanmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”