Agama dan Sains

Pandangan Rohani Kristen terhadap Perkembangan Sains

Saat ini, perkembangan sains dan teknologi berlangsung dengan cepat. Berbagai inovasi dalam bidang sains dan teknologi telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, kita perlu menyadari bahwa kemajuan ini tidak selalu tanpa dampak negatif atau bahkan masalah, terutama jika dilihat dari perspektif iman Kristen. Terkadang hal ini menimbulkan perdebatan karena ada kontradiksi antara apa yang diajukan dalam sains modern dengan apa yang diyakini dalam iman Kristen. Sebagai mahasiswa, yang terlibat dalam dunia sains dan teknologi, penting bagi kita untuk memahami dan memiliki sikap serta pandangan yang benar mengenai hubungan antara sains dan iman Kristen.

Advertisement

Agama dan sains bisa dianggap seperti dua sisi koin yang berbeda namun saling terkait. Keduanya memiliki peran masing-masing dalam kehidupan manusia. Sains menjadi sumber pengetahuan, sementara agama menjadi sumber nilai-nilai yang mengarahkan kehidupan manusia. Hubungan antara keduanya sangat dinamis, mulai dari konflik dan kontras hingga saling konfirmasi dan integrasi.

Sebelum lebih lanjut membahas hubungan agama dan sains, penting bagi kita memahami makna keduanya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "tradisi". Istilah lain yang memiliki makna serupa dengan agama adalah "religi" yang berasal dari bahasa Latin "religio" yang berarti "mengikat kembali". Agama dapat dianggap sebagai sistem yang mengatur kepercayaan dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta aturan-aturan yang terkait dengan budaya dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan. Di sisi lain, kata "sains" dalam bahasa modern berasal dari kata Latin "scientia" yang berarti "pengetahuan". Pengertian modern tentang sains sebagai pengetahuan yang terstruktur dan diperoleh melalui metode tertentu berkembang secara bertahap pada abad ke-18 dan ke-19.

Pada akhir abad ke-19, muncul teori yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah dua pihak yang saling bermusuhan. Teori ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Sebagai contoh, Richard Dawkins, seorang penulis, biolog evolusioner, dan ilmuwan asal Britania Raya, secara terang-terangan menyatakan penentangannya terhadap agama dan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang ateis. Menurutnya, agama menghalangi dan bahkan merusak perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam salah satu bukunya yang berjudul "The God Delusion", Dawkins menjelaskan dasar-dasar pemikirannya yang menciptakan konflik antara agama dan sains.

Advertisement

Ia berpendapat bahwa agama membuat seseorang menutup diri terhadap kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga mencemarkan citra ilmiah. Bahkan, pada waktu itu, para ilmuwan Kristen juga berpikiran serupa bahwa agama dan sains adalah musuh dan perkembangan teori evolusi Darwin mendapatkan banyak dukungan di Amerika Serikat. Banyak fundamentalis dan orang Kristen pada akhirnya menganggap sains sebagai ancaman bagi agama Kristen dan memilih untuk membatasi diri mereka dalam komunitas intelektual yang terpisah.

Namun, para teolog Old Princeton memiliki pandangan yang berbeda mengenai hubungan antara agama dan sains. Mereka meyakini bahwa Kekristenan dan sains tidak dapat dipisahkan, dan teolog-teolog ini secara kritis melibatkan sains tanpa mengorbankan doktrin mereka. Charles Hodge, seorang teolog utama di Seminari Teologi Princeton, menyatakan bahwa "the world and the word" adalah hasil dari karya Tuhan dan tidak akan saling bertentangan.

Advertisement

Dalam Alkitab yang berisi Firman Allah, tidak ada pertentangan antara ajaran Kitab Suci dengan fakta-fakta sains, bahkan Tuhan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Keterbukaan terhadap kemungkinan rekonsiliasi adalah alasan mengapa para teolog Old Princeton mampu menerima temuan-temuan ilmu pengetahuan modern. Ketika mereka menghadapi tekanan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam konteks evolusi, mereka tidak ragu untuk menerima fakta-fakta evolusi. Namun, mereka tetap tidak menerima semua teori ilmu pengetahuan karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran yang terdapat dalam Firman.

Sejarah mencatat bahwa sains berkembang pesat di daerah-daerah yang didominasi oleh kekristenan. Ini tidak mengherankan karena bagi sarjana yang mendasarkan pemikirannya pada Firman Allah (Alkitab), setiap upaya mereka berhasil. Alkitab tidak mengandung ajaran yang bertentangan, melainkan memberikan dorongan kreatif untuk berpikir lebih jauh. Pertentangan terjadi ketika para sarjana mengabaikan Alkitab sebagai dasar dan menggantinya dengan pendekatan empiris, sehingga muncullah sains modern atau yang dikenal sebagai sains empiris.

Pendekatan sains yang berdasarkan Alkitab adalah bahwa segala sesuatu dapat dipahami melalui rangkaian sebab-akibat dalam sistem terbuka. Dengan pendekatan ini, apa pun yang tidak dapat dimengerti melalui metode ilmiah, dapat ditemukan dalam firman Allah, yaitu Alkitab. Di sisi lain, pendekatan sains modern (empiris) adalah bahwa segala sesuatu harus dapat dipahami melalui rangkaian sebab-akibat dalam sistem tertutup. Dengan pendekatan ini, keberadaan Tuhan ditolak, dan alam semesta dianggap ada sendiri tanpa campur tangan dari entitas lain di luar alam semesta. Tidak mengherankan, ini menciptakan kontradiksi antara sains modern dan Alkitab. Bahkan, iman Kristen dianggap tidak lagi relevan dan cenderung menghalangi perkembangan ilmiah.

Penulis melihat pandangan yang sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh para teolog Old Princeton dan memegang teguh pendekatan sains yang berdasarkan Alkitab. Keduanya memiliki keyakinan bahwa agama dan sains tidak saling bertentangan, tetapi sebaliknya, mereka saling mendukung. Agama dan sains memiliki peran penting yang sama dalam kehidupan manusia. Penulis juga percaya bahwa Tuhan Yesus memiliki kedaulatan atas perkembangan sains. Seperti yang tertulis dalam Amsal 1:5, "Hendaklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan orang yang berpengertian memperoleh nasihat yang baik." Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk mengembangkan sains dan teknologi serta mencari pengetahuan agar kita menjadi bijaksana dan memperoleh bahan pertimbangan. Itu juga menjadi tujuan hidup bagi orang Kristen.

Sains dan agama memanglah dua entitas yang berbeda. Sains merupakan sumber pengetahuan, sementara agama menjadi sumber nilai dalam kehidupan manusia. Meskipun secara filosofis keduanya berbeda, secara historis kita dapat melihat bahwa pada awalnya hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan berjalan secara positif. Dampak negatif muncul ketika manusia tidak konsisten dengan iman mereka dan mulai menyimpang dari jalan yang benar. Oleh karena itu, agama dan sains perlu dioptimalkan agar dapat saling melayani kepentingan kesejahteraan dan kemakmuran manusia

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini