Gomgom adalah seorang pemuda asal Sumatera Utara yang berkuliah di salah satu universitas negeri di Jogjakarta. Dia biasa dipanggil Gom oleh teman-temannya. Gom adalah pemuda yang cerdas, tapi karena sesuatu hal dia sempat mengalami masa-masa sulit di awal perkuliahannya yang menyebabkan dia banyak ketinggalan dari teman-teman seangkatannya.
Â
Ini adalah tahun kelima dia kuliah. Semua teman-teman seangkatannya sudah lulus, kecuali Gomgom dan 2 orang sahabatnya.
Gom belum datang? Udah mau masuk loh ini tanya Rey kepada seseorang di sebelahnya. Mereka sedang berada di ruang kelas, menunggu dosen Metodologi Penelitian yang sebentar lagi masuk.
Â
Ck! Palingan juga telat lagi. Kosongin aja tempat duduknya di sebelah lo balas Anson.
Chat aja Son. Jangan-jangan tu anak lupa kalo ada kelas pengganti hari ini ucap Rey sambil meletakkan tasnya di bangku kosong di sebelahnya.Â
Tanpa membalas lagi ucapan Rey, Anson yang sejak tadi asik main game ML di ponselnya, merespon ucapan Rey dengan menghentikan permainannya, membuka aplikasi Whatsapp lalu menelepon Gom.
Tiga kali Anson mencoba menghubungi ponsel Gom, tapi tidak diangkat. Panggilannya sih tersambung, namun tidak ada jawaban.
Selamat pagi Pak Arifin, dosen Metodologi Penelitian sudah memasuki ruangan kelas.
Karena Gom belum juga muncul, dan telponnya tidak diangkat, akhirnya Anson mengirim pesan kepada Gom.
Woi, kampret. Dimana lo? Buruan goblok, Pak Arifin udah ngabsen ini!
***
Dan disinilah Gomgom sekarang.
Suhu di dalam kamar mulai gerah karena tadi malam Gom tidak menyalakan kipas angin sebelum tidur.
Selain itu, dia juga mulai lapar karena memang jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB dan dia belum sarapan. Bahkan tadi malam dia melewatkan makan malam.
Gom! Gom! Lo di dalam kan? Buka pintu terdengar suara Rey sambil mengetuk pintu kamar beberapa kali menggunakan kunci motornya. Rey dan Anson sekarang ada di depan pintu kamar Gom, setelah Gom melewatkan 2 mata kuliah hari ini.
Beberapa saat kemudian terdengar suara kunci pintu diputar dari dalam, dan tanpa menunggu lagi Rey langsung membuka pintu kamar Gomgom dari luar.
Astaga! seru Anson dan Ray hampir bersamaan melihat penampilan Gomgom yang kusut.
Berisik banget sih lo berdua ucap Gom tanpa rasa bersalah. Tampaknya dia belum sadar akan kesalahannya hari ini.
Rey dan Anson saling bertatapan beberapa detik, kemudian mengalihkan pandangan mereka pada Gom.Â
Lo udah ngelewatin dua mata kuliah hari ini, goblok seru Anson sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke depan muka Gom.
Lo mau ngulang 1 semester lagi gara-gara absen lo yang banyak itu? Ayolah bro, gua gak mau tau ya, kita harus wisuda tahun ini. Tinggal kita bertiga loh dari angkatan kita yang belum cabut. Kita berdua gak mau ninggalin lo sendirian sambung Rey sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
Iya gua tahu. Gua ketiduran tadi. Semalam pulang pagi dari tongkrongan jawab Gom tak bersemangat.
Gom lalu mengambil sebungkus rokok dan korek dari saku jaket yang digantung di balik pintu kamarnya. Kemudian ia duduk di tepi jendela sambil menghisap rokoknya.
Beginilah hidup yang dijalani Gom sekarang. Berjalan terus seperti tidak ada tujuan. Tidak ada target yang ingin dicapai. Gom menjadi seperti ini sejak ia mengalami patah hati yang sangat menyakitkan baginya, yang membuat dia seperti tidak ada gairah lagi untuk mempersiapkan masa depannya. Luka itu belum benar-benar sembuh.
*** Pagi-pagi sekali Gom sudah berada di boarding lounge Bandara Internasional Yogyakarta. Dia mengambil penerbangan pertama karena dia harus secepatnya sampai di rumahnya, di sebuah kecil di Sumatera Utara. Dengan tertunduk lesu, ia menatap sebuah foto di layar ponselnya. Tadi malam adalah malam paling buruk dalam hidup Gom. Sekitar pukul 23.00 WIB, dia menerima telepon dari kakaknya yang paling tua yang tinggal di kampung. Perasaannya sudah tidak enak saat melihat panggilan itu, karena tidak biasanya keluarganya menelepon tengah malam begini. Pikirannya langsung tertuju pada ibunya yang sedan dirawat di rumah sakit sejak seminggu yang lalu. Dan benar seperti apa yang dia takutkan, kakakknya menelepon untuk memberi kabar bahwa ibu mereka sudah meninggal dunia beberapa saat lalu. Hati Gom sangat hancur. Dia menangis sejadi-jadinya. Sedewasa apapun usia seorang anak, ia tidak akan pernah siap untuk kehilangan seorang ibu untuk selama-lamanya. Gate maskapai yang akan dinaiki oleh Gom sudah dibuka. Sambil beranjak dari tempat duduknya, ia menelepon seseorang. Kak, aku udah berangkat ya. Gak usah dijemput di bandara. Aku naik bus aja ke rumah ucapnya kepada kakaknya yang terhubung lewat telepon. Iya dek, hati-hati ya. Tenangkan fikiran Iya kak. Udah dulu ya, aku udah mau masuk pesawat Gom memutus sambungan telepon, lalu mengaktifkan mode pesawat. Sepanjang perjalanan, Gom hanya memandangi foto ibu yang dikasihinya dengan wajah murung. Sekuat tenaga dia menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak ingin dirinya menjadi perhatian orang disekitarnya.Â
(Bersambung)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”