Ada Kau dan Dia, Namun Keduanya Tak Bisa Kumiliki

Aku berusaha mengatur rasa dihatiku. Aku ingin menghapus semua bayangmu. Kini entah mengapa bayang dia yang dulu hadir lagi,dulu dengan mudahnya bayang itu pergi dengan kehadiranmu, namun kini entah mengapa dia kembali lagi. mungkinkah ini pertanda dia akan kembali dan kau akan pergi? Namun mengapa bayangnya tak mampu menghapus bayangmu?

Advertisement

Bagaimana aku harus bersikap? Bagaimana aku bisa melupakanmu disaat kaulah yang pertama hadir dibenakku, ketika aku begitu lelah dengan semua rutinitas? mengapa aku merasa kau cukup mengerti aku, padahal kita jarang berkomunikasi? Bagaimana bisa aku begitu merindukanmu di saat-saat hati ini ingin menghapusmu untuk selamanya? Bagaimana perjumpaan yang begitu singkat mampu membuatku menyimpan mu begitu dalam?

Aku berusaha menenggelamkanmu dalam semua rutinitas, namun kau selalu berhasil terlesip disana untuk kembali hadir dalam ingatanku.

Kini, saat dia yang dulu datang, aku benar-benar tak tahu apa yang harus ku perbuat. Dia yang selalu mengharapkanku, namun hatiku tak bisa melihatnya, kini kembali hadir disaat kau tak memberi kepastian. Haruskah aku memilihnya, dan mencoba menenggelamkan dirimu di dalam kisah yang baru bersamanya? akankah aku sanggup melakukannya?

Advertisement

"Aku berada di antara dua pilihan, namun seperti tak punya pilihan"

Kini, di hatiku terukir dua nama, dengan tinta yang berbeda, namun aku tetap tak bisa memiliki keduanya. Nama yang terukir dengan tinta emas itu, memilih pergi, sementara nama yang terukir dengan tinta yang lain itu ingin tinggal, namun belum terselip ruang yang cukup layak di hatiku untuk dirinya.

Aku memilih, berlalu sendiri dalam keheningan, asalkan aku tidak melukai dia yang lain dengan sebuah kepalsuan demi menjaga hati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menyukai hutan, menyukai petualangan, dan sementara belajar menjadi penulis yang baik

9 Comments

  1. David Andrias berkata:

    Bukankah itu sulit ?