Ketika kusadar hari wisuda semakin dekat. Aku tahu bahwa satu persatu sahabat- sahabatku akan pergi. Entah untuk mengejar mimpi atau memulai hidup baru. Akupun pasti begitu. Hingga satu persatu dari kita mulai menyisakan kenangan di setiap sudut kota tempat kita menimba ilmu selama kurang lebih 4 tahun ini.
Dulu jika ingin sekedar chat spam, tak perlu berpikir dua kali hanya untuk bertanya apa kamu sibuk atau terganggu? Bahkan terkadang, diantara kita terkesan tak peduli jika ada yang benar-benar terganggu. Sedikit menjengkelkan memang, hahhaha. Nongkrong tiap malam minggu hanya untuk ngobrol nggak jelas semalaman pun, oke-oke saja.Â
Namun, dulu tak lagi sama dengan keadaan sekarang. Jika dulu kita masih belum mempunyai prioritas dan tanggung jawab. Kini, kita harus mendahulukan tanggung jawab terlebih dulu. Bukan berarti kita tak bisa berkumpul lagi dengan sahabat. Bedanya mungkin di intensitas pertemuan yang tak sesering dulu.
Di saat kita berjauhan seperti ini, aku jadi lebih sering mengingat saat awal kita bertemu hingga memutuskan terus bersama sebagai sahabat. Aku mulai mengenalmu 5 tahun lalu, ketika pertama kali menginjakkan kaki di bangku kuliah. Empat tahun lebih bersama adalah waktu yang cukup bagi kita untuk saling mengerti satu sama lain.
Aku yakin tiap orang punya ceritanya masing-masing, tentang bagaimana berkenalan dan bertemu dengan seseorang yang berarti di hidupmu hingga sekarang. Bertanya nama, jurusan, dan no hp adalah hal wajar yang pertama kali kita lakukan saat itu. Sungguh senang tak terkira bisa bertemu dan berkenalan dengan teman yang sejurusan dengan kita.Â
Seiring berjalannya waktu, kita pun mulai saling paham karakter atau sifat masing-masing. Tak jarang pula kita sering adu mulut dan berujung ngambek hingga beberapa hari. Berbagai pikiran yang mengutuk kesalahan diri sendiri diiringi dengan penyesalan memang selalu datang terlambat, bukan?Â
Urusan minta maaf pun, terkadang kita masih punya ego yang tinggi. Tapi kita sadar tak baik jika seperti ini terus-menerus. Maka bisa dipastikan selanjutnya yang terjadi yaitu saling memaafkan dan intropeksi diri. Bila diingat-ingat kembali, terkesan seperti anak kecil yang marahan lalu dengan cepat pula akan balikan. Bukankah hal seperti itu wajar terjadi di dalam persahabatan?Â
Apapun yang pernah kita lalui bersama saat itu, entah susah atau senang adalah proses berharga yang membentukku menjadi seperti sekarang. Walau jarak membentang di antara kita, kuyakin kita saling terhubung dengan doa yang senantiasa terpanjat kepada-Nya. Kita hanya butuh saling percaya dan tetap positive thinking terhadap satu sama lain. Kuyakin suatu hari nanti kita pasti bisa bertemu kembali.Â
See you on top!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”