16 November 2019, sebuah cerita tidak happy ending.
Harus menjalani 9 tahun agar aku tahu sikap aslimu, ternyata memakan waktu yang lama agar semuanya bisa diketahui secara gamblang. Apakah aku sedih? Apakah aku patah? Apakah aku cemburu? Tentu, tak usah kamu utarakan pertanyaan itu, kamu sudah tahu jawabannya. Apakah aku membencimu? Apakah aku akan membelas dengan hal yang sama? Tidak.. karena cinta yang tulus tidak akan pernah melukai.Â
Aku tidak berkabar, bukan berarti berhenti mencitai. Ketika aku menangis membawa namamu dalam doaku, ternyata kamu ciptakan akses sedang menuju bahagia dengan perempuan lain. Aku tidak seperti dulu lagi, ketika kamu sedang membahagiakan diri dengan perempuan lain aku sibuk mencari tahu sampulnya. Sekarang ini justru memilih tidak mencari tahu sama sekali. Karena yang kutahu, sejatinya cinta tidak akan membagi perhatiannya dengan perempuan lain.
Malam itu, aku mengikuti Kebaktian Kebangkitan Iman dengan semangat dan tergesa-gesa aku memilih konseling dengan seorang pendeta yang sudah memiliki ilmu dan pengalaman yang matang di bidang konselor. Beliau seorang Bapak Mantan Eporus GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun).
"Apakah kamu punya pacar?" tanyanya.
"Punya," jawabku dengan sigap.
"Apakah kamu sering meminta pacarmu memegang tanganmu?" tanyanya lagi.
"Sering pak" jawabku dengan yakinÂ
"Kamu adalah tipikal orang yang sangat sensitif, bahkan sampai ke hal-hal yang kecil."
"Betul sekali pak, aku merasakan itu," gumanku dalam hati.
"Kamu merasa aman dan kuat ketika tanganmu dipegang, itu makanya sering meminta ke pacarmu untuk memegang tanganmu."
"Oh.. bukan tanpa sebab ternyata yang kuminta selama ini sama dia," gumanku lagi dalam hati.
Malam itu aku lega dan merasa tidak sendiri walau aku menuturkan hatiku degan isak tangis. Bapak ini mengerti sekali sama isi hatiku gumamku. Malam itu yang masih meyakini bahwa kau masih milikku. Tapi ternyata malam itu juga aku baru mengetahui bahwa kamu sudah berbagi kebahagiaan dengan perempuan lain. Aku yang beranggapan bahwa kamu tetap pada komitmen dulu, aku yang percaya bahwa walaupun tak berkabar tapi tetap menjaga hati.Â
Malam itu aku merasa menjadi orang yang terpilih. Aku diberi kesempatan dan konsultasi langsung dengan seorang konselor. Aku juga orang yang dipilih merasakan kepahitan dari wujud aslimu. Aku tidak dendam, juga tidak membencimu karena yang kutahu kau tidak salah, kau hanya menjalankan peranmu sebagai pemberi warna dalam hidupku. Aku hanya perlu mengubah konsepku untuk melihat kamu yang sekarang.
Aku yakin, kamu akan merindukanku ketika nanti kamu gagal mencari penggantiku. Tapi aku tidak mengharapkan momen itu lagi, karena malam ini kamu sudah bukan bagian dari doaku lagi. Bukankah di awal hubungan ini kita sepakat, bahwa tidak akan menciptakan akses untuk berbagi dengan orang lain? Nah ketika kamu melanggar kesepakatan kita, itu artinya kau sudah siap kehilangan aku (lagi).
Aku yakin, aku adalah orang yang dipilih Tuhan menjalani ini. Sekarang memang sakit untukku, tapi aku yakin di hari nanti aku akan berkata "Ini maksud Tuhan. Ini ternyata tujuan Tuhan."Â Aku tak menyesali kisah ini. Karena semua hal tidak terjadi dengan kebetulan. Tuhan berikan masalah sepasang dengan jalan keluarnya.
Sekarang kupahami, hubungan 9 tahun ini, tidak menjanjikan kesetiaan.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”