24 Jam yang Sama

24 jam

Halo, setelah sekian waktu yang cukup lama. Akhirnya bisa lagi bercerita tentang kehidupan atau jalan lika-liku manusia yang saya temui. Maaf atas keabai-an saya dan doakan saya semoga bisa kembali lagi mendapatkan sesuatu yang saya senangi untuk berkeluh-kesah. Yaitu bercerita haha.

Advertisement

Seseorang bertanya ke saya dan sepertinya sering juga ditanyakan kepada anda semua, Kalo kamu punya waktu 24 jam lagi denganku, apa yang kamu lakukan? Begitulah tanya seorang wanita lugu itu yang lumayan cukup mengnyeritkan logika dan kepalaku.

Kenapa harus 24 jam? Tanyaku, mungkin sebagian besar dari kita 24 jam merupakan waktu yang sangat terbatas untuk seseorang yang mempunyai jadwal yang amat sangat padat atau waktu yang sangat luas buat seseorang yang kegiatannya cukup efektif tanpa menguras waktu.

24 jam yah, mari kita bedah secara harfiat. Dalam keseharian, 24 jam kita bisa dibedah dengan kegiatan seperti: istirahat yang bisa menghabiskan waktu sampai 8 jam, pekerjaan di kantor yang menghabiskan 8 jam kerja, itupun belum dengan waktu istirahat. Bayangkan, untuk dua hal itu saja sudah menghabiskan kurang lebih 17 jam dari 24 jam waktu yang kita punya, sisanya pun pasti akan habis dengan kejebakan rutinitas harian, macet misalkan? Entahlah. 

Advertisement

Saya maklumi jika sering mendengar keluhan yang rasanya 24 jam itu kurang sekali buat mereka, karena terjebak rutinitas yang seperti itu dari Senin hingga Jumat secara berulang-ulang. Ada akhir pekan pun, malah digunakan kegiatan yang melepas hingga semua tau. Semua orang berlomba-lomba untuk menyegarkan pikiran dan raga mereka. Selesai? Tidak.

Dalam bukunya Bagaimana Hidup dalam 24 Jam Sehari Arnold Bennet pernah berkata karena pekerjaan lah yang membuat kita merasa waktu kita terasa sempit. Dunia kerja sering kali menjadi alasan seseorang merasa kekurangan, bahkan kehabisan waktu.

Advertisement

Tapi berbanding terbalik dengan mereka yang mempunyai atau keluasan waktu yang sangat lapang sibuk banget lo, sampe gak ada waktu buat kita-kita ucapnya. Pada akhirnya saya hanya mengiyakan pernyataan mereka karena ini hanya masalah produktivitas dengan berbagai kegiatan masing-masing.

Saya sependapat dengan ini, karena masalah efektivitas cukup mempengaruhi kinerja waktu untuk diri kita sendiri. Sehingga sering kita ngerasa, sudah dinihari lagi, sudah bangun lagi hingga tidak sadar sama sekali jika sudah berada di akhir pekan lagi. Ya begitulah kita, terperangkap dalam rutinitas sehari-hari.

Tapi pertanyaan ini cukup membuat saya berpikir, apa yang saya lakukan jika hanya 24 jam bersama dia? Tentunya akan menjadi hal propaganda yang menimbulkan beda makna. Tapi apakah melakukan aktivitas selama 24 jam secara penuh akan menyenangkan? Dan dilakukan secara berdua? Tentunya tidak, karena konversi energi kita tidak tersalurkan secara baik.

Akhirnya saya mencoba menjawab seperti ini.

Mungkin kita gak punya kegiatan yang banyak untuk menghabiskan waktu kita, saya lebih memilih mencari taman yang sejuk dan damai. Sepi, tenang, dan hanya kita berdua saja pada saat itu. Saya tau, lebih menyenangkan rasanya untuk berjelajah ke berbagai tempat hingga tak terasa untuk waktunya berpisah ucapku.

Saya tidak akan pernah memilih itu, karena hanya melewatkan hal yang tersirat saja tanpa meninggalkan rasa makna yang benar untuk saya. Saya lebih milih untuk duduk diam di taman bercengkrama dengan kamu dan bercerita banyak hal, reminisensi tentu hal yang manis bukan? tanyaku.

Saya akan berbicara awal mula saya ketemu kamu, saya akan memberikan kesan saya terhadapmu. Saya akan menceritakan beberapa hal kekonyolan yang kamu buat. Seperti Ketoprak make lontong? Atau gula rasa kecap? entahlah, kejenakaanmu membuatku lebih memilih untuk mendengarkan pernyataanmu.

Sampai pada akhirnya jika ada pertanyaan, kenapa saya akhirnya memilih kamu. Tentu bukan hal yang sulit untuk dijawab, karena kamu adalah sebagian dari masalah yang membuat logikaku sering cedera. Tak apa, terkadang aku yang lebih waras pun harus memakluminya :)). Terlepas dari itu, bisa menemukan seorang yang bisa satu paham dengaku adalah hal yang berharga, maka aku tidak akan berpikir panjang dan lebih memilih menghabiskan waktu denganmu. Se random apapun itu

Jika pada akhirnya, nyata kita adalah hal yang beda. Tak apa, saya bersyukur pernah dipertemukan orang hebat sepertimu. Yang bisa bertumbuh secara sempurna untuk dilihat. Kalopun nanti kamu lupa, biarkan ini semua jadi hal yang saya ingat dan saya catat di kehidupan saya. Kataku

Jadi buat kamu, terimakasih sudah mau berbagi dan menjalani peran yang menyenangkan denganku, maaf masih seadanya dan se-sederhananya saja. Makasih untuk ngebuka buat hal-hal yang sifatnya aku tutupi dan hindari. Kalopun enggak bisa ketemu di belanga, setidaknya sudah jadi garam dan laut yah.

Maka, dengan bercengkramalah caraku menghabiskan waktu 24 jam bersamamu.

Buat kamu. Terimakasih untuk kisahnya

Hati-hati di jalan.

Semoga kisah lainnya menyenangkan :)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemain bola yang selalu mulai dari posisi bangku cadangan. hobi menggerutu jika melihat peluang bagus terlewatkan dan berkata " kalo gua pasti masuk tuh "