Tidak Cukup Cerdas dan Pandai Saja, Menjaga Adab dan Perkataan Tidak Kalah Penting

Ingat ! Mulutmu Harimaumu, Jaga Perkataan Penting !

Bisa belajar sampai ke luar negeri itu merupakan suatu kebanggaan lho. Itu kesempatan yang tidak semua pelajar bisa melakukannya. Hanya mereka yang bisa tersaring, tentunya cerdas dan bisa bahasa asing terutama Bahasa Internasional yaitu Bahasa Inggris. Bukannya sebelum ke sekolah ke luar negeri harus di tes kemampuan bahasanya terutama diukur TOEFL nya.

Advertisement

Cerdas sih nggak heran, kalian juga cerdas tetapi untuk bisa belajar ke luar negeri harus punya tekad kuat dan kalau tidak ingin menyia-nyiakan usaha orang tua atau kalau mendapat beasiswa tentu harus meyakinkan mereka bahwa mereka tidak salah pilih membiayai pendidikanmu.

Terus di luar negeri bukan hanya belajar untuk melatih kecerdasan dan ketrampilan saja sih menurut saya. kata orang tua saya sih yang penting dan tidak kalah pentingnya adalah menjaga adab. Apalagi bagaimana mulut, jari dan pikiran dijaga, jangan asal njeplak saja. Apalagi memanfaatkan media sosial dengan tujuan mengkritik tetapi adab luar negeri yang kadang terbuka dan kurang adab tidak perlu dipakai di Indonesia yang latar budayanya berbeda.

Kalian banyak melihat dan mendengarkan tiktoker, atau netizen yang benar-benar tidak menjaga kata dan mulutnya sehingga saat julid berbicara.  Lahir dan dibesarkan di Indonesia dengan ajaran dan budaya yang berbeda dengan saat kalian menimba ilmu. Bukan berarti menyerap semua budaya di sana.

Advertisement

Adab, sopan santun, dan penghormatan kepada orang tua itu masih harus dijunjung tinggi. Aneh jika ditayangan medsos kita kita bicara seakan lupa bahwa nenek moyang bangsa mengajarkan untuk menjaga mulut, menjaga bahasa, menjaga tingkah laku dan tutur kata. Semua sebetulnya demi hubungan baik dengan sesama terutama masyarakat Indonesia yang heterogen.

Kalian tahu Bima Yudho Saputra anak Lampung yang tinggal  dan sedang belajar di Australia? Baru-baru ini  viral dan mendapat apresiasi tinggi berkat video dia yang mengkritik gubernur Lampung yang membiarkan jalan di Provinsinya rusak parah. Sentilan Bima mendapat respon terutama RI 1 Bapak Joko Widodo yang baru baru ini meninjau jalan-jalan di Lampung.

Advertisement

Tetapi Bima lupa bahwa ia lahir dan besar dalam budaya Nusantara yang amat menjaga kata dan adat ketimuran. Dalam konten yang diupload kembali di Instagram Nih Luh Djelantik, terlihat bahwa Bima tidak bisa menjaga adab, sopan santun dan aturan-aturan tidak tertulis yang diwariskan leluhur.

Pintar dan kecerdasan saja tidaklah cukup, harus bisa menjaga mulut dan tingkah laku untuk bisa dihargai oleh orang lain. Bima mesti belajar bahwa orang tua, meskipun bagaimana tingkah dan kelakuannya tetaplah harus dihormati. Kalau saya boleh saran sih, perbaiki bahasa yang digunakan untuk mengkritik atau memberi saran dengan bahasa yang tidak menimbulkan sakit hati.

Tidak semua orang bisa menerima kritikan seperti Bima, apalagi tinggal di Indonesia khususnya orang berlatar Melayu, Jawa, Sunda, Bali yang mempunyai latar budaya halus, tidak secara frontal mengkritik tetapi dengan kata-kata halus namun bisa lebih menyentuh nurani.

Intinya sih, bebas belajar dan mengejar cita-cita setinggi bintang di langit, menimba jauh sampai ke negeri  China tetapi adab, sopan santun dan ajaran luhur bangsa tetap diutamakan.


Dalam filosofi Jawa dikenal, Ajining diri gumantung asoko obahing lathi. Terjemahan bebasnya kurang lebih harga diri seseorang ditentukan oleh ucapannya. Semula orang respek karena jasanya namun lama-lama ilfil oleh kata-kata yang cenderung kasar, jorok dan tidak mencerminkan  pendidikannya yang katanya tinggi. Pintar tetapi tidak bisa menjaga ucapannya ya sama saja.


Penting sih blak-blakan, tidak ada yang ditutup-tutupi, jujur pada yang dirasakan. Tetapi ya tetap melihat situasi. Kalau sekedar nyablak semua orang bisa, tetapi orang-orang yang bisa mengendalikan ucapan, pikiran, dan kata-katanya akan selalu dikenang. Sebaliknya orang yang ucapannya seringkali menyakitkan akan mendapat tamparan atas tingkah dan tutur katanya yang kadang tidak disaring sebelum diungkapkan di media sosial.

Kenal istilah mulutmu harimaumu kan? Ya itulah. Dari pada disentil orang banyak mending yuk menyentil diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Guru, Konten kreator, blogger